Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 20 Oktober 2013

Dalam kisah penyembuhan ibu mertua Petrus terungkap sebuah teladan yang indah tentang keluarga yang melayani, sebagai terima kasih atas pemberian anugerah Allah yang luar biasa dalam hidup mereka. Apa yang dilakukan keluarga Petrus untuk melayani Kristus Sang Juruselamat?

1. Menyerahkan seluruh anggota keluarga kepada Kristus.
Clement dari Alexandria, di dalam bukunya yang berjudul Stromateis 7:6, menceritakan tentang istri Petrus yang sebenarnya juga ikut membantu pekerjaan pekabaran Injil. Yang kemudian mati sahid bersama Petrus. Dalam perikop bacaan ini kita juga menemukan bagaimana Petrus “membawa” ibu mertuanya kepada Kristus (Luk 5:38-39). Sebelumnya kita juga telah mengetahui bahwa Andreas adalah saudara Petrus yang menjadi salah seorang murid Kristus (Mat 4:18). Melihat orang-orang terdekat Petrus yang menyerahkan diri kepada Kristus dan bagaimana kiprah mereka yang begitu luar biasa dalam pelayanan. Hal ini bisa saja menjadi petunjuk bagaimana Petrus yang telah menerima berkat dari Kristus, mau membawa pula keluarganya untuk menjadi pengikut Kristus. Inilah hal yang paling mendasar, bagi yang merindukan keluarganya dapat melayani Tuhan. Yaitu membawa anggota keluarganya untuk menjadi murid Tuhan terlebih dahulu.

2. Menyerahkan harta benda dan kepemilikan lainnya untuk pekerjaan Tuhan.
Merujuk ke Lukas 4:31, peristiwa penyembuhan ibu mertua Petrus terjadi di Kapernaum, pada suatu hari sabat, setelah Yesus beribadah di synagoge. Ketika Yesus memberitakan Injil di Kapernaum, rumah Petruslah yang menjadi “pos-Nya” Tuhan Yesus untuk melayani, menyembuhkan orang sakit, berteduh, dll. Dipakainya rumah Petrus sebagai pos pelayanan dan juga keramahtamahan keluarga Petrus untuk melayani banyak orang (ay 38-39), membuktikan totalitas mereka dalam pelayanan. Sehingga rela mengorbankan apa yang mereka miliki; harta, rumah, privacy, dll. Bukankah banyak orang yang berkoar-koar mau melayani Tuhan... sementara sulit sekali bagi mereka untuk menyentuh “rumah”, “dompet”, dan kepemilikan pribadi lainnya, apalagi menyerahkan anak-anak mereka untuk jadi hamba Tuhan!   

3. Menyerahkan seluruh waktu, kekuatan, kesehatan dan segala berkat yang kita terima dari Tuhan untuk melayaniNya sebagai ucapan syukur kita kepada Tuhan.


“Pada suatu hari Yesus meniggalkan lembah putih dan memasuki kota ungu. Ketika Ia menelusuri jalan kota itu, Ia menemukan seorang pemuda yang sedang berpesta minuman keras. Kristus bertanya kepada pemuda itu: “Mengapa engkau menyia-nyiakan hidupmu dengan bermabuk-mabukan?”  Pemuda itu menjawab: “Tuhan, saya pernah sakit kusta, dan Engkaulah yang menyembuhkan saya. Dan sekarang apalagi yang dapat saya lakukan?” Kristus lalu berjalan terus masuk ke dalam kota. Di suatu jalan Kristus melihat pemuda lain yang sedang memeluk seorang pelacur. Kristus bertanya kepadanya: “Mengapa engkau menceburkan dirimu ke dalam percabulan seperti ini?” Pemuda itu menjawab: “Tuhan, dahulu saya buta, dan Engkaulah yang mencelikkan mata saya. Ya, apalagi yang dapat saya lakukan sekarang?” Akhirnya Kristus sampai di tengah kota itu, dan Ia melihat lelaki tua yang sedang menangis tersedu-sedu. Kristus pun bertanya: “Mengapa engkau menangis seperti itu? Orang tua itu menjawab: “Tuhan dahulu saya telah mati, dan Engkau yang menghidupkan kembali. Ya, apalagi yang dapat aku lakukan?” Inilah kutipan cerpen dari Oscar Wilde yang menggambarkan bagaimana orang-orang menyia-nyiakan anugerah Allah dalam hidupnya. Berbeda dengan ibu mertua Petrus yang disembuhkan oleh Tuhan Yesus dari sakit demam, Firman Tuhan menyaksikan bahwa : “.....Ia pun (ibu mertua Petrus) bangunlah dan melayani Dia (Mat 8:15). Setelah diberkati Tuhan, Ibu mertua Petrus tidak seperti kita yang membuang-buang waktu, untuk mengeluhkan persoalan-persoalan lainnya, atau menuliskan sederet daftar permintaan berikutnya kepada Tuhan Yesus. Tetapi Firman Tuhan berkata bahwa: “....Perempuan itu segera bangun untuk melayani mereka (Tuhan)” (Luk 5:39). Rupanya kisah ibu tua di pondoknya yang kecil dan sederhana itu, telah memberi teladan yang indah bagi kita. Yaitu bagaimana mewujudkan terima kasih atas berkat Tuhan bagi dirinya dan keluarganya. Sehingga melalui persembahan pelayanannya  banyak orang lain menerima berkat dari Kristus (Luk 5:40-41). Amin.

RR