Mengarahkan hati kepada Allah merupakan perkara yang sulit dalam kehidupan kita. Mengapa? Karena kita kerap terjebak pada tanda – tanda lahiriah. Tuhan Yesus mengkritisi motivasi yang salah. Banyak orang tertarik pada Tuhan Yesus karena kebutuhan fisik / keinginan duniawi: roti, ikan yang kemudian secara ajaib menjadi berlebih sebanyak dua belas bakul. Padahal peristiwa itu selayaknya banyak orang menjadi punya kerinduan mengenal dan membangun relasi dengan Tuhan Yesus. Pemahaman yang salah disebabkan tidak menggali dan menemukannya makna rohani dari setiap pengalaman yang terjadi dalam kehidupan. Mestinya tiap pengalaman mengakibatkan terjadinya pertumbuhan iman : semakin percaya dan berkarya.
Apakah makna roti yang dibagi – bagikan kepada banyak orang? Tiada lain adalah kuasa Allah. Dan Allah adalah kekal. Tetapi pola pikir mereka hanya sesempit sampai di makanan yang binasa: roti dimakan oleh orang banyak yang kemudian akan kelaparan. Roti itu tentu tidak memberikan hidup yang kekal. Tuhan Yesus menyajikan roti yang berlebih sampai dua belas bakul sesungguhnya sedang mengajarkan pemahaman tentang hidup yang kekal: Yang di dalam Tuhan, tak terganggu perkara duniawi. Makanan yang bertahan sampai kepada hidup yang kekal, yang “tetap tinggal”, yakni Firman Allah senantiasa di hati.
Karena itu responilah dengan melakukan sesuatu untuk Tuhan. Belajarlah dari perilaku yang tidak patut dari para Ahli Taurat dan Orang Farisi. Transformasilah mengenai kepatuhan kepada hukum Taurat. Bukan taat dalam rangka mencapai keselamatan. Mestinya hukum Allah diterapkan untuk membangun Kerajaan Allah. Janganlah berperilaku / peran seperti Ahli Taurat dan Orang Farisi menambahkan tradisi dan menafsir Hukum Taurat. Mereka hanya sedang memenuhi ambisi pribadi hingga mempersulit hidup spiritual umat-Nya.
Mari mengingat kembali peristiwa Tuhan menurunkan roti manna di padang gurun. Makanan ajaib. Bukankah kehidupan di bumi adalah anugerah Tuhan : jasmani maupun rohani. Percayakah? Ketidak percayaan akan menghasilkan : ketamakan, iri hati dan akhirnya kebencian. Percayalah pada Allah. Setelah roti manna kelak ada Roti dari Sorga lagi: Kelahiran Tuhan Yesus Kristus. “Aku datang supaya mereka mempunyai hidup”.
“Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang menemukan makanannya dalam Yesus Kristus, ‘roti hidup’. Ini bukan hanya tentang kelimpahan roti untuk makan, tetapi tentang kelimpahan kasih yang memuaskan kelaparan jiwa. Di tengah – tengah kesulitan dan penderitaan, kita diundang untuk berpartisipasi dalam perjamuan kasih yang dipersembahkan oleh Kristus.” Kosuke Koyama, seorang teolog asal Jepang yang hidup tahun 1929 – 2009.