Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 6 April 2025
Bacaan Alkitab: Yesaya 43:16-21; Mazmur 126; Filipi 3:4b-14; Yohanes 12:1-8
Yohanes 12:1-8 mengambarkan 3 pribadi yang masing-masing melayani Tuhan dengan karakter yang berbeda.
1. Karakter Martha.
Martha menjadi pelayan meja untuk makan. Dia mengasihi Yesus, sebagai seorang yang praktis, ia hanya dapat menyatakan kasihnya melalui pekerjaan tangannya. Martha selalu memberikan apa yang dapat ia berikan. Di mata Tuhan, melayani di dalam rumah tangga, di dapur maupun di mimbar sama baiknya di hadapan Allah asal motivasi untuk melayani Tuhan tak ada perbedaan status dan jabatan. Di dalam melayani Tuhan anda dan saya tidak dapat menghakimi pelayanan orang dalam status dan jabatannya.
2. Karakter Maria.
Maria adalah seorang wanita yang mengasihi Yesus di atas segala sesuatu. Nampak dalam sikapnya :
• Memberikan miliknya yang terbaik
Maria memberikan yang terbaik, sangat mahal, yang paling berharga, 300 dinar kurang lebih gajinya 10 bulan. Kasihnya kepada Kristus membuat dia memberikan yang terbaik ketimbang untuk dirinya sendiri. Ini adalah tanda bahwa maria: menyerahkan dirinya, merendahkan dirinya dan mengambil sikap sebagai pelayan dengan mengurapi Yesus.
• Kerendahan hatinya.
Suatu kehormatan untuk mengurapi Yesus, bagi Maria tindakannya adalah tindakan yang melayani secara total sebagai tanda hormat dan kagum kepada Yesus yang dengan rela merendahkan diri baginya. Demikian juga dalam Filipi 3:4b-14 Paulus menggambarkan siapa dirinya sesungguhnya. Pribadinya di mata orang Yahudi adalah suatu kebanggaan yang tak terkira. Tetapi perjumpaan dengan Kristus merubah secara total pandangan Paulus dan sikap hidup pelayanannya. Ia belajar terus meneladan pada penderitaan Kristus.
• Tidak mengutamakan rasa harga dirinya.
Kasih maria kepada Yesus sampai menyeka kaki Yesus dengan rambutnya. Padahal tabu mengurai rambut di depan umum ini adalah gambaran dari Maria yang rela di cela, rela dipergunjingkan, siap menanggung resiko asal dapat melayani Tuhan.
3. Karakter Yudas
Yudas menempatkan diri sebagai pribadi yang suka menghakimi, pengkritik atau lebih suka mencela pelayanan orang lain ketimbang berbuat nyata. Lebih suka menyalahkan orang lain ketimbang mendoakan orang lain. Ia memiliki sifat yang tidak jujur atau tidak tulus, terbukti dengan ucapan seakan-akan ia peduli terhadap orang miskin padahal ia berharap uang dari minyak itu untuk dapat digunakan olehnya. Ia tidak dapat mengendalikan lidahnya, tidak dapat melihat perbuatan baik, dan dengan cepat ia mencela perbuatan atau pelayanan orang lain.
Pdt. Em. Santoni