Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 03 Maret 2013

Ada yang berpikir bahwa musibah atau malapetaka yang dialami manusia adalah akibat dosa dosa manusia. Malapetaka dianggap sebagai siksaan dari Tuhan karena dosa dosa dan kesalahan kita. Demikian juga pikiran orang orang Yahudi di zaman Yesus. Dalam menanggapi dua musibah yang disampaikan orang banyak kepadaNya, yang satu karena kejahatan manusia yaitu orang-orang Galilea yang dibantai Pilatus dan yang satu karena kecelakaan yaitu kedelapan orang yang telah meninggal karena ditimpa menara Siloam. Mereka bercerita kepada Yesus dengan nada mencela orang-orang yang telah menjadi korban itu. Mereka berpikir bahwa orang-orang yang mendapat malapetaka itu sudah menerima siksanya karena dosa-dosa mereka.

Yesus membantah pikiran atau tuduhan mereka bahwa orang-orang itu mengalami keadaan yang demikian karena dosa mereka lebih banyak daripada mereka yang luput dari dua kejadiaan naas tersebut. Yesus tidak setuju, Yesus berkata bahwa kedua bencana itu bukanlah semata-mata sebagai hukuman atas dosa-dosa mereka tetapi terutama sebagai peringatan kepada siapa saja bahwa hidup manusia itu nisbi sekali. Hidup manusia itu tidak pasti, hidup manusia itu tidak abadi. Maka manusia harus mempergunakan waktu sebaik-baiknya. Hidup manusia memang tidak pasti, hidup manusia itu nisbi. Siapa bisa memberi kepastian tentang hidup kita. Hidup dan apa saja yang kita miliki sungguh nisbi. Maka sekali lagi, kita hendaknya mempergunakan waktu hidup kita sebaik-baiknya. Itu sebabnya kita yang masih hidup masih tetap ternyata Tuhan masih sabar dengan kita walaupun kita tidak menghasilkan apa-apa seperti pohon ara dalam Injil hari ini.

Diceritakan pemilik pohon ara yang pohon aranya tumbuh di ladang kebun anggurnya. Tetapi tidak menemukan buahnya. Lalu Ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu. Sudah tiga tahun mencari buah pada pohon itu dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon itu. Untuk apa dia hidup di tanah ini dengan percuma. Jawab pengurus kebun itu : Tuan biarlah dia tumbuh tahun ini lagi, aku akan mencangkul tanahnya dan memberi pupuk kepadanya, mungkin tahun depan ia berbuah, jika tidak tebanglah Dia. Artinya Tuhan memberi kesempatan untuk berbuah. Kesempatan itu artinya dijalani dengan bertobat menurut Lukas.

Kata ‘bertobat’ yang digunakan oleh Lukas adalah present tense yang berarti bukan dimaknai sebagai tindakan tunggal yang akan menyelamatkan manusia dari dosanya, melainkan terus menerus sebagai gaya hidup. Karena itu yang terpenting bagi kita orang Kristen adalah memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk terus mengintrospeksi diri, bertobat dari dosa-dosa kita dan menghasilkan buah hidup yang menjadi berkat bagi banyak orang, sebelum semuanya menjadi terlambat ketika Tuhan datang kedua kalinya.

Injil hari ini mengajak kita menerima tantangan dan menghasilan berkat. Kita hendaknya senantiasa membuat hidup kita semakin berbuah dan bermakna. Tuhan akan tetap bersabar dan memberi kita peluang. Kesabaran Tuhan adalah suatu keajaiban.

SO