Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 28 Oktober 2012
Konon ada seorang raja yang di akhir masa pemerintahannya mencari seseorang yang layak untuk menjadi penggantinya. Syaratnya sederhana saja, yaitu hanya boleh memerintah selama 5 tahun saja. Namun setelah itu akan dibuang ke sebuah pulau tak berpenghuni, yang dipenuhi oleh banyak sekali binatang buas, yang terkenal sangat ganas. Syarat pertama tentu saja mudah untuk dilakukan, tetapi syarat kedua membuat banyak orang yang kecut hatinya dan merasa tidak sanggup memenuhinya. Sehingga cukup lama waktu berlalu, namun tidak satu pun orang yang berani menerima tantangan itu. Sampai suatu ketika ada seorang pemuda berani mengajukan dirinya sebagai raja dan siap dengan semua syarat dan resikonya. Akhirnya dilantiklah sang pemuda menjadi raja. Namun di sepanjang jalan pemerintahannya, ia tidak bahagia dan tidak bertanggung jawab melaksanakan tugasnya sebagai raja, sebab ia dihantui oleh rasa takut yang luar biasa. Ia membayangkan bagaimana nantinya jika ia dibuang di pulau yang angker itu?! Demikianlah tanpa terasa waktu 5 tahun berlalu begitu cepat, masa pembuangan pun dilaksanakan. Dan tidak lama kemudian orang mendengar bahwa sang pemuda telah tewas di pulau ganas itu!
Tetapi tidak lama kemudian muncul pemuda kedua, yang juga siap menjadi raja. Demikanlah setelah diangkat menjadi raja, ia memiliki kebiasaan untuk bersenang-senang, berpesta pora dan berfoya-foya. Rupanya ia ingin memanfaatkan waktu 5 tahun masa kekuasaannya, sehingga dia menggunakan semua kesempatan yang ada untuk mengumbar segala kenikmatan, Aji mumpung!!! Dan masa pemerintahannya pun berakhir, dengan catatan reputasi yang buruk sebagai raja, ia pun menemui ajal di pulau pembuangan!
Akhirnya datang pulalah orang ketiga yang mengajukan diri sebagai raja. Raja kali ini ternyata berbeda dengan yang sebelumnya. Karena ia dapat memerintah dengan tenang, baik dan bijaksana. Banyak terjadi kemajuan pembangunan dan rakyat menjadi aman, makmur dan sejahtera. Apakah ia tidak takut terhadap resiko pembuangan nantinya? O.. tidak!!! Sebab di masa kekuasaanya dia telah mempersiapkan pulau pembuangan itu untuk siap huni! Ia memerintahkan supaya semua binatang buas direlokasi ke suatu tempat yang aman. Pembangunan perumahan, infrastruktur, pariwisata, perekonomian, dan semua potensi dikembangkan di pulau itu. Raja sendiri telah membangun sebuah istana yang megah dan menempatkan para pembantunya di sana sebagai persiapan pada masa pembuangan. Demikianlah sang raja yang bijak, ia berhasil di masa pemerintahannya dan tertawa untuk masa depannya “di negeri seberang sana.”
Cerita di atas sebenarnya mau menggambarkan bagaimana kecenderungan sikap kita sendiri yang hidup sementara dalam dunia ini. Seperti apakah peran yang sedang saya lakoni saat ini? Seperti raja pengganti 1 yang hanya menghabiskan waktunya dalam kekuatiran?, atau raja ke 2, yang hanya memuaskan diri dengan hawa nafsunya di dunia ini? Ataukah raja ke-3 yang bertanggung jawab dan bijaksana? Bahwa banyak di antara kita yang bergulat dengan kekuatiran dan pergumulan hidup sehari-hari di dunia ini. Hal itu memang menjadi bagian dari perjuangan hidup kita. Tetapi jangan sampai kita melupakan Tuhan yang mengasihi kita. Dia berkuasa atas segala sesuatu (Maz 33:8-9). Dialah yang memanggil kita dan mengutus kita ke dalam dunia ini untuk kemuliaan namaNya. Sebab itu, Allah juga yang paling memahami semua ancaman dan pergumulan yang membuat kita gentar. Tetapi jangan takut! Sebab Dia telah mengatur segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita supaya terpujilah namaNya (Rom 8:28-30). Mari mengerjakan bagian kita sebaik-baiknya sambil percaya dan berserah bahwa Allah sedang merenda hidup kita bagi kemuliaan namaNya. Jangan biarkan kita larut dalam kekuatiran, kecewa terhadap Tuhan, lalu membentengi diri dengan kekuatan diri sendiri. Semua itu ibarat membangun rumah di atas pasir lalu datanglah badai dan menghancurkan segalanya! (Mat 7:26-27).
Pada pihak lain, jangan sampai hidup yang singkat ini, hanya kita habiskan untuk mengumbar hawa nafsu. Sebab berpaling dari Allah dan mengejar kesenangan sesaat hanya mendatangkan murka Allah (Rom 1:18; Kol3:5-6). Itu sebabnya Firman Tuhan berkata: “….carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada… “(Kol 3:1). Dengan kata lain, Tuhan merindukan, supaya kita memberi ruang utama bagi Dia dalam kehidupan kita sehingga kita boleh dibentuk dan dipakaiNya menjadi berkat bagi sesama dalam dunia ini. Yosua pun menyadari semua itu, dengan demikian ia berkomitmen bersama keluarga dan bangsanya, ia berketetapan untuk setia hanya kepada Allah dan memuliakan Allah sepanjang hidupnya (Yos 24:27). Sebab itu, jadilah orang tua dan keluarga Kristen yang bijaksana, yang takut akan Tuhan (Ams 1:7). Orang yang takut akan Tuhan, berarti pusat dan tujuan hidupnya adalah memuliakan Allah dan bermakna bagi sesama. Dengan demikian melalui perjalanan hidup yang singkat ini, maupun melalui keluarga kecil yang Tuhan anugerahkan bagi kita, kita membuat Tuhan dan seisi surganya tersenyum menyambut kita… Amin.
RR