Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 29 September 2024
Bacaan Alkitab: Bilangan 11:4-6,10-16,24-29; Mazmur 19:8-15; Yakobus 5:13-20; Markus 9:38-50
Saya yakin kita pernah mendengar istilah “Out of the box”. Berpikir “Out of the box” berarti cara berpikir tanpa dibatasi batasan diri, cara berpikir tidak konvensional, atau cara berpikir di luar dari yang umum (uncommon way). Sementara orang Israel beserta Musa (Bilangan 11), dan para murid Yesus (Markus 9: 38-50) masih berpikir “in the box”, sebagaimana cara pikir pada umumnya, tetapi sebaliknya dari bacaan hari ini (Bilangan 11 dan Markus 9:38-50) kita melihat bahwa Allah dan Yesus memberikan jawaban yang “out of box”. Jadi dapat dikatakan bahwa cara berpikir “in the box” berpotensi menghasilkan keputusasaan dan kemandekan karena berpikir dalam ruang yang terbatas, sebaliknya cara berpikir “out of the box” menghasilkan pengharapan baru.
Tidaklah mengherankan apabila orang yang berpikiran sempit, yang pikirannya dibatasi dalam ruang tertentu, akan juga menghasilkan karya yang terbatas. Karya yang tidak terbatas hanya terjadi apabila ia bersedia menerobos sekat yang membatasinya. Bagaimana hal itu terjadi? 1. Percaya kepada Allah yang tidak terbatas..(Bilangan 11)
Persoalan yang dihadapi Musa adalah orang Israel tidak merasa puas hanya makan manna saja. Mereka meminta lebih yaitu daging. Musa mengeluh di hadapan Allah. Dalam Bilangan 11:23 demikian: ‘Tetapi, jawab TUHAN kepada Musa, “Apakah tangan TUHAN kurang panjang? Sekarang engkau akan melihat apakah firman-Ku terjadi atasmu atau tidak!”’ 2. Mereformasi pikiran terus menerus untuk memahami kehendak Allah. Pemikiran yang terbelenggu oleh ajaran tradisional turun temurun itulah yang membuat para murid bersikap memusuhi orang yang memakai nama Yesus untuk mengusir setan. Namun Tuhan Yesus ingin para murid memperbarui cara pikir tersebut seperti cara pikir Yesus yang melampaui sekat pemikiran tradisi. Sebagaimana kata Yesus dalam Markus 9:39-40: Namun, kata Yesus, “Jangan kamu cegah dia! Sebab, tidak seorang pun yang telah mengadakan mukjizat demi nama-Ku dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Siapa yang tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.”
Yesus ingin menyadarkan para murid untuk memperbarui pemikiran mereka terus menerus agar mereka memiliki pikiran yang sama dengan Yesus Kristus bahwa Yesus bukan hanya dimiliki kelompok tertentu saja melainkan juga oleh semua orang. Dengan demikian mereka dapat dengan bijak bergaul dengan orang yang berbeda dengan mereka.