Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 5 Januari 2025
Bacaan Alkitab: Yeremia 31:7-14; Mazmur 147:12-20; Efesus 1:3-14; Yohanes 1:10-18
ASetiap orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus mendapat hak menjadi anak-anak Allah. Hal ini dinyatakan dengan tegas oleh firman Allah. Dalam Yohanes 1:12 dinyatakan: “Semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya hak supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.”
Kita mendapatkan hak menjadi anak-anak Allah karena karunia dan karya Allah Trinitas. Allah Bapa yang telah memilih kita sebelum dunia dijadikan (Ef. 1:4), menentukan kita sejak semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya (Ef. 1:5) serta mengasihi kita (Ef. 1:6).
Anak Allah, yaitu Yesus Kristus, yang telah menebus kita dengan darah-Nya (Ef. 1:7a), memberi pengampunan dosa menurut kekayaan karunia-Nya (Ef. 1:7b), menyatakan kehendak Allah kepada kita (Ef. 1:8-10), dan melayakkan kita menerima bagian yang telah dijanjikan Allah (Ef. 1:11-12).
Roh Kudus yang telah memeteraikan kita (Ef. 1:13) dan menjadi jaminan bagian kita sampai kita menerima seluruh janji Alah (Ef. 1:14).
Menjadi anak-anak Allah bukan hanya hak, tetapi juga identitas baru setiap orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus. Alkitab menyatakan: “Sebab, kamu semua adalah anak-anak Allah melalui iman di dalam Kristus Yesus” (Gal. 3:26). Identitas baru itu kita miliki karena kasih karunia Allah (1Yoh. 3:1a). Dulu kita hidup dalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah. Dosa membuat kita mati secara rohani dan terpisah dari Allah (Rm. 6:23; Ef. 2:1). Tetapi karena kasih karunia Allah, kita diselamatkan dalam Kristus (Yoh. 3:16) dan diangkat menjadi anak-anak Allah karena iman dalam Kristus Yesus (Yoh. 1:12; Gal. 3:26). Alkitab mengatakatan, “Lihatlah, Betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan memang kita adalah anak-anak Allah” (1Yoh. 3:1a).
Memiliki hak menjadi anak-anak Allah mengandung konsekuensi. Ya, menjadi anak-anak Allah itu merupakan hak yang dikaruniakan Bapa kepada kita (1Yoh. 3:1a), tetapi ada konsekwensinya (1Yoh. 3:1b). Apakah konsekuensinya? Konsekuensi pertama adalah siap untuk tidak dikenal oleh dunia, bahkan dihina oleh dunia (1Yoh. 3: 1b). Apa yang terjadi pada anak-anak Allah itu, sebelumnya terjadi pada Yesus Kristus, Anak Tunggal Bapa (Yoh. 3:16). Ketika Ia datang ke dalam dunia, Ia tidak dikenal oleh dunia. Dunia menolak-Nya, pemimpin-pemimpin agama mencari-cari kesalahan-Nya, para ulama mendakwa-Nya dan umat berteriak keras untuk menuntut peyaliban atas diri-Nya. Maka janganlah kita heran bila pada masa kini dunia tidak mengenal kita dan menolak kita karena kita iman percaya kepada Yesus.
Konsekuensi kedua adalah selalu menaruh pengharapan kepada-Nya (1Yoh. 3:2-3). Kasih Bapa kepada kita bukan hanya sampai kepada pengangkatan sebagai anak dan kelahiran baru menjadi anak-anak Allah saja, melainkan terus berlangsung sepanjang hidup sampai parousia, kedatangan Kristus yang kedua kali. Anak-anak Allah harus menaruh pengharapan kepada-Nya, dengan menyucikan diri, sama seperti Dia yang adalah suci.
Konsekuensi ketiga adalah pola kebiasaan yang berubah, yaitu tidak lagi hidup dalam dosa, melainkan hidup sesuai dengan jati diri kita sebagai anak-anak Allah (1Yoh. 3:4-9). Alkitab menyatakan bahwa setiap orang yang tetap berbuat dosa, sesungguhnya tidak melihat dan tidak mengenal Dia. Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak terus-menerus berbuat dosa lagi, sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia. Jadi diri sebagai anak-anak Allah harus dinyatakan pola kebiasaan hidup sehari-hari, baik dalam reaksi diri melawan dosa maupun dalam meresponi kehendak-Nya.
Konsekuensi keempat adalah mengasihi saudara-saudara kita (1Yoh. 3:10). Mengasihi saudara-saudara seiman di dalam Tuhan dan sesama dalam pengertian yang luas adalah tugas-kewajiban yang diajarkan terus-menerus oleh firman Allah (Yoh. 13:34-35; Mat. 22:37-40). Sebagai anak-anak Allah hendaklah kita menerapkannya dalam kehidupan dan relasi kita sehari-hari.
Pdt. Andreas Loanka