Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 1 Januari 2023
Bacaan Alkitab: Matius 25:31-46
Selamat Tahun Baru,
Tidak perlu membayangkan tiga tahun terakhir ini adalah waktu yang tidak mudah dijalani. Pandemi Covid-19 telah mengubah dunia kehidupan kita, tetapi pagi ini kita berbakti untuk bersyukur kepada Tuhan untuk tahun yang baru 2023.
Banyak orang berspekulasi jika tahun 2023 tidak yakin akan lebih baik, bahkan tahun sulit, resesi dan gelap. Buat saya hidup harus berpengharapan. "Berharap yang terbaik tetapi bersiaplah untuk yang terburuk". Jika Anda bertanya kepada saya, saya tidak tahu apa-apa, tetapi tetap berharap. Apa alasannya? Memang COVID-19 telah mengubah dunia kita, tetapi tidak dapat mengubah Tuhan kita.
Firman Tuhan meyakinkan : Tuhan yang tidak pernah berubah di dunia yang selalu berubah, Tidak Pernah Mengubah Tuhan di Dunia yang Selalu Berubah (Wahyu 1:8). Janji itu fakta karena kebaikan Tuhan adalah kenyataan yang konsisten dalam hidup kita. Hari ini, bahkan ketika kita memasuki tahun baru 2023, mari kita belajar dari Matius 25:31-46. Bagaimana bersikap dan menjalani tahun baru 2023.
Dalam Matius 25:31-46 menceritakan bagaimana Yesus sebagai hakim akan meminta pertanggungjawaban dari semua orang. Yang dipertanggung jawabkan bukan sejauh mana kemurnian ajaran, pelaksanaan ritual atau jumlah orang yang telah ditobatkan, tetapi yang harus dipertanggungjawabkan adalah apa yang telah dilakukan terhadap sesama yang miskin atau perbuatan kongkrit terhadap salah satu saudara yang paling hina yakni yang lapar, yang haus, yang asing, yang telanjang, yang sakit dan yang dipenjara. Artinya menyatakan kasih kepada sesama yang paling membutuhkan.
Dengan tegas dikatakan Yesus :”ketika aku lapar, kamu memberi aku makan, ketika aku haus, kamu memberi aku minum, ketika aku telanjang kamu memberi aku pakaian........sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukan untuk Aku” (Matius 25:31-46) dengan tegas dikatakan bahwa menolong orang yang paling hina berarti melayani Tuhan, tetapi mengabaikan orang yang paling hina berarti mengabaikan Tuhan dan tidak melayani Yesus, bukan pengikutnya.
Pdt. Santoni