Setelah membaca cerita Lukas 8:26-39 dan melihat pertanyaan tema saat ini, “siapa yang lebih berharga?”), apa jawaban spontan kita? Sebenarnya pertanyaan, “siapa yang lebih berharga”, sangat bergantung dari sudut pandang dan makna apa yang akan kita ambil. Coba kita lihat beberapa kemungkinan yang bisa muncul. Pertama, perhitungan ekonomis. Biaya penyembuhan orang kerasukan setan ternyata mahal kalau minta tolong Yesus, karena bisa seharga banyak babi yang dikorbankan. Berarti di sini bagi Yesus persoalan uang/materi dianggap tidak lebih penting daripada urusan menolong manusia. Kemungkinan kedua, mereka yang membela hak hewan akan merasa terganggu. Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa Yesus mengorbankan babi yang tidak berdosa itu? Kelihatannya hewan (babi) tidak dianggap berharga di sini. Pandangan ini memunculkan kemungkinan lanjutan, dari para penyayang babi. Mengapa babi, mengapa bukan binatang lain? Kemungkinan ketiga, konsekuensi dari yang pertama dan kedua, nampaknya manusia lebih menjadi pusat perhatian. Manusia lebih berharga daripada setan dan apapun. Prinsipnya lebih berharga manusia yang sehat/pulih daripada sakit dan menderita. Tidak menjadi soal jika babi-babi harus dikorbankan, atau ada biaya mahal yang harus dikeluarkan (apakah ada kemungkinan lain, anda bisa menambahkannya kalau ada kesempatan Pemahaman Alkitab). Mungkin kita merasa jawaban bahwa manusia dengan kesembuhannya adalah yang paling utama dan paling berharga dibandingkan setan, babi dan materi lainnya adalah jawaban yang paling baik. Tindakan Yesus menolong laki-laki Gerasa itu adalah wujud cinta kasih-Nya kepada kehidupan manusia, dan itulah yang paling penting. Rasanya hal ini dapat kita amini dengan cepat. Tetapi kita juga dapat mempertimbangkan satu hal lain yang mungkin akan melengkapi pemahaman reflektif kita atas cerita dan pertanyaan tema.
Ketegangan pilihan yang biasa diangkat seperti pendapat-pendapat di atas adalah antara manusia, setan, dan babi (materi). Dari ketiganya, jika ditanya mana yang paling berharga, maka dari cerita kita dapat melihat arahnya adalah manusia. Tetapi jika kita juga memperhatikan ay. 38-39 ada hal menarik yang nampaknya dapat dilihat sebagai pesan penting. Peristiwa pengusiran setan itu justru menghasilkan ketakutan orang di Gerasa. Ketakutan ini bisa jadi karena mereka belum mengerti terkait keberadaan dan kuasa Yesus itu. Ingat, para gembala di padang, Maria dan Yusuf, para murid ketika berjumpa dengan Yesus yang berjalan di atas air, para perempuan di kubur Yesus, adalah orang-orang yang juga ketakutan ketika menerima berita atau berjumpa dengan apa yang belum mereka pahami sekalipun itu adalah hal yang baik. Karena itu respon Yesus (ay. 39) ketika laki-laki Gerasa itu mau ikut adalah hal yang penting. Yesus meminta laki-laki Gerasa yang sudah mendapatkan pertolongan dan berkat Allah itu untuk membagikan dan mengajarkan banyak orang agar ikut merasakan dan mengerti. Di sini kita mendapatkan tambahan perspektif tentang apa yang paling berharga dalam cerita ini, yaitu bagaimana setiap orang dapat memahami apa yang Yesus ingin ajarkan dan hadirkan di tengah dunia, yaitu cinta kasih, kebenaran, kehidupan dan pengampunan. Hal yang seringkali justru diabaikan, baik di tengah kesusahan maupun kegembiraan hidup.