“Kasih Allah amat besar. Tidak dapat dilukiskan. Lebih tinggi dari bintang namun mencapai dunia.” Itu adalah penggalan lagu karya F. M. Lehman yang merupakan luapan isi hatinya. Lehman telah mengalami sentuhan kasih-Nya. Sentuhan kasih Allah yang teramat indah itu digubahnya menjadi sebuah lagu yang telah menjadi berkat bagi banyak orang. Sentuhan kasih Allah dinyatakan melalui anugrah umum-Nya. Setiap hari ia mengahampiri dan menyentuh manusia melalui segarnya udara pagi, sejuknya air, dan cerahnya mentari.
Sentuhan kasih Allah dinyatakan melalui anugrah khusus di dalam Kristus. Ia mendatangi manusia berdosa melalui Anak Tunggal-Nya, yaitu Tuhan Yesus Kristus, untuk menyelamatkan. Alkitab berkata: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh. 3:16). Alkitab juga menyatakan: “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Rm. 5:8). Kita yang seharusnya binasa karena dosa, akhirnya memperoleh keselamatan karena kasih-Nya.
Sentuhan kasih Allah dinyatakan melalui penyertaan, penyembuhan, dan pemeliharaan-Nya. Injil Markus 1:29-34 menyatakan bahwa Yesus menyembuhkan ibu mertua Yesus dan banyak orang-orang lain. Hal itu juga terjadi pada orang-orang percaya pada masa kini. Ia menyertai, melindungi dan memelihara kita dengan kasih-Nya. Karena kasih Ia memperlakukan umat-Nya seperti “biji mata-Nya.” Sentuhan kasih Allah dinyatakan dengan pengajaran dan pemberitaan Injil. Itulah yang dilakukan Tuhan Yesus. Injil Markus 1:35-39 menyatakan bahwa Yesus mengajar dan memberitakan Injil dari satu kota ke kota lain. Karena kasih, Ia menghendaki agar orang-orang berdosa mengerti kebenaran, bertobat, dan berjalan di jalan yang kekal. Allah senantiasa menyentuh kita dengan kasih-Nya. Bagaimana respon kita? Sentuhan kasih Allah hendak mengobarkan kasih kita. Tuhan Yesus berkata, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu” (Luk. 10:27a). Itu berarti kita harus mengasihi Allah dengan sungguh-sungguh dan dengan segenap keberadaan kita. Tetapi, sudahkah kita melakukannya?
Seringkali kita gagal mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, kekuatan dan akal budi kita. Mungkin itu terwujud dalam kebiasaan mangkir dari pertemuan ibadah atau melalaikan waktu berkomunikasi dengan Tuhan, karena kesibukan duniawi. Ada yang enggan untuk melayani, dan menyia-nyiakan talenta yang Tuhan telah beri. Ada pula yang melayani, tetapi dengan setengah hati. Biarlah sentuhan kasih Allah dapat kembali kita alami kembali. Biarlah sentuhan kasih Allah menggairahkan kasih kita kepada-Nya. Kasih membuat kita rindu bersekutu dengan-Nya, berjalan bersama-Nya, serta melakukan yang terbaik untuk menyenangkan hati-Nya.
Sentuhan kasih Allah hendaklah kita wujudkan pula kepada sesama. Ingatlah perkataan Tuhan Yesus: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat 22 :39). Sentuhan kasih Allah hendak membangkitkan kasih kita kepada sesama. Marilah, hai anak-anak Tuhan, kita tingkatkan cinta kasih kepada sesama kita! Tangisilah jiwa-jiwa yang akan binasa dan mulailah giat memberitakan Injil keselamatan. Milikilah kepekaan sosial dan kerelaan untuk mengulurkan tangan kepada mereka yang lemah dan membutuhkan pertolongan. Marilah kita turut ambil bagian di dalam menciptakan suatu tatanan dunia baru yang ditandai dengan keadilan, damai sejahtra dan cinta kasih. Itulah kehendak Allah yang Mahakasih.
Sentuhan kasih Allah seharusnya membuat kita menginstropeksi diri: Bagaimana kasih kita akan Allah? Bagaimana pula kasih kita akan sesama manusia? Sentuhan kasih Allah kiranya membangkitkan kasih kita. Kita harus bangkit dan melangkah maju. Jangan terpaku di dalam kegagalan. Kasihilah Allah dan kasihilah sesama!