Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 03 Febuari 2013

Seorang murid Kristus harus berani menyatakan kebenaran. Sama seperti Yesus Kristus, Sang Kebenaran, datang ke dunia untuk menyatakan kebenaran, demikian juga murid-murid-Nya harus berani menyatakan kebenaran.

Keberanian itu bukan karena kenekatan yang bodoh, melainkan karena Roh dan kasih Tuhan. Pertolongan Roh Kudus dan gerakan kasih Tuhan memberanikan kita menyatakan  kebenaran.

Di dunia yang dipenuhi dengan dosa, penyimpangan dan kebohongan ini, orang yang berani menyatakan kebenaran berarti siap pula untuk menghadapi penderitaan. Itulah resiko yang harus dipikul murid Kristus. Orang Kristen yang hanya diam ketika melihat ketidak-benaran yang terjadi tidaklah pantas menjadi pengikut Yesus, karena berani menyatakan kebenaran meskipun harus menderita adalah bagian dari memikul salib.

Penderitaan merupakan bagian integral dari kehidupan murid Kristus yang berani menyampaikan kebenaran. Yesus tidak menyembunyikan kenyataan itu. Ia malah berkata kepada murid-murid-Nya: “Seorang murid tidak lebih daripada gurunya atau seorang hamba dari tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti  tuannya” (Mat. 10:24-25). Itu berarti jika Yesus Kristus, yang adalah Tuan dan Guru mereka, mengalami penolakan, penghinaan, bahkan penyaliban, maka janganlah seorang murid mengharapkan nasib yang lebih dari itu. Dalam Yoh 15:18 Ia berkata “Jika dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku daripada kamu”.   

Tuhan Yesus mengatakan, “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala” (Mat. 10:16a). Seekor domba di tengah-tengah serigala pastilah sangat menderita. Serigala-serigala itu bisa melukai, menggigit, dan memangsanya. Demikianlah resiko yang bisa dialami seorang murid Kristus yang mau diutus untuk menyampaikan kebenaran-Nya.

Sebelum penderitaan terjadi, Tuhan Yesus telah memberitahukan hal itu kepada murid-murid-Nya. Mereka akan mengalami penderitaan yang datang dari masyarakat (Mat. 10:17a, 22a), pemuka-pemuka agama           (Mat. 10:17b), para penguasa dan pemerintah (Mat. 10:18), bahkan dari sanak keluarga (Mat. 10:21). Mereka akan dibenci oleh semua orang (Mat. 10:22a), digiring (Mat. 10:18), diserahkan (Mat. 10:19), dianiaya  (Mat. 10:23), bahkan ada yang dibunuh oleh karena nama-Nya (Mat. 10:26).  

Dalam keadaan seperti itu, Tuhan Yesus menguatkan mereka untuk bertahan sampai akhir (Mat. 10:22b), sehingga mereka tidak takut untuk terus memberitakan kebenaran yang mereka terima dari Tuhan (Mat. 10:26-27). Kasih Tuhan dan pertolongan Roh Kudus memberanikan mereka untuk menyatakan kebenaran.

Dalam perikop ini tiga kali Tuhan Yesus menyatakan “jangan kamu takut”, yaitu dalam ayat 26, 28, dan 31. Kita tidak perlu takut menyatakan kebenaran meskipun ditentang, karena kebenaran itu pada akhirnya pasti akan terungkap sebagai kebenaran (Mat. 10:26-27). Meskipun ada tekanan dan aniaya, kita tidak perlu takut karena orang-orang itu hanya dapat menganiaya dan membunuh tubuh, tetapi tidak berkuasa atas jiwa, sebab hanya Allah yang berkuasa untuk membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka (Mat. 10:28). Selain itu, kita berani menyatakan kebenaran karena ada pemeliharaan yang ajaib dari Allah atas anak-anak-Nya yang diutus untuk menyampaikan kebenaran (Mat. 10:29-31).

Allah Tritunggal turut bekerja dalam kehidupan murid-murid sehingga mereka memiliki keberanian untuk menyatakan kebenaran. Tuhan Yesus yang mengutus dan menyertai mereka (Mat. 10:16a, 28:20), Roh Kudus akan memberikan hikmat untuk mengatakan apa yang harus dikatakan (Mat. 10:19-20), dan Bapa yang memelihara dengan kasih-Nya yang ajaib (Mat. 10:29-30).

Roh dan Kasih Tuhan memberanikan kita menyatakan kebenaran. Sebagai murid-murid Kristus, kita  harus berani menyatakan dan memberitakan kebenaran kepada orang-orang lain.  

 
AL