Warta jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 08 Juli 2012

David Livingstone adalah seorang misionari yang melayani Tuhan begitu luar biasa di Afrika. Sejak masa kecilnya, ayahnya sering membacakan kisah-kisah pahlawan iman dari Alkitab. Ketika dewasa, saat dia mengambil kuliah, David tertarik untuk mengambil kedokteran. Dia memiliki kerinduan untuk dapat pergi ke China untuk menjadi dokter di sana, tetapi sangat disayangkan karena Tuhan menutup pintu baginya untuk melayani di China. Lalu David Livingstone mendapat mimpi. Dia melihat benua Afrika dan dia melihat ada asap yang mengepul dari setiap desa di benua Afrika tersebut. Dan, David mendengar seperti ada suara, " Siapa yang mau Kuutus kesana? " David pun tahu bahwa kesanalah Allah telah memanggilnya. Lalu David mulai berangkat kesana, memasuki dan menerobos setiap hutan Afrika yang lebat. Berbagi ilmu pengobatan di setiap desa, membagikan kasih Kristus dan memberitakan Injil Kristus. David bersaksi bahwa yang menguatkan dan menghiburnya dalam semua pelayanan dan penderitaan yang dialaminya adalah janji dari sang Juruselamat: "….Ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Mat 28:20).

Suatu saat di Inggris, David diundang untuk berbicara di suatu ruang kelas. Ketika para mahasiswa yang melihat David dari jauh, mereka semua mentertawakan, mengolok-olok dan meremehkan David. Tetapi ketika David mulai masuk dan mengajar, mereka semua segera diam dan tercengang. Betapa tidak, saat itu tubuh seorang David Livingstone penuh dengan "kenang-kenangan dari Afrika ". Daerah mata di bagian kepala yang terdapat bekas luka cakaran singa, yang David dapatkan ketika dia harus berjuang mati-matian melawan seekor singa di Afrika. Bahu kanan yang hampir terkoyak ketika tubuhnya harus menerima batang pohon yang tumbang secara tiba-tiba ke arah dia. Kaki yang berjalan tertatih-tatih karena kena luka akibat goresan setiap ranting-ranting kayu saat dia menerobos masuk pedalaman Afrika. Semua dia terima dengan sukacita sebagai kebanggaan karena memberitakan Injil Kristus.

Begitu banyak prestasi David Livingstone, dia bukan hanya seorang misionari tetapi ia juga berjasa menemukan dan berhasil memetakan 6 danau yang kini sangat terkenal. Begitu juga sungai dan air terjun terbesar selama penjelajahannya. David telah menjelejahi sepanjang 29.000 mil, dalam 35 tahun pelayanannya di Afrika. Jutaan orang Afrika sudah dilayaninya dan mengubahkan bangsa kanibal menjadi bangsa yang beradab. Itu sebabnya David sangat dihargai oleh kalangan istana Buckingham di Inggris, bahkan seluruh warga Inggris juga mengaguminya. Dia begitu mencintai pelayanan Tuhan di Afrika sehingga berharap jika ia meninggal dunia dapat dikuburkan di Afrika. Tetapi pihak kerajaan Inggris menolaknya. Akhirnya ia berkompromi, ia berkata: "baiklah kalau aku mati bawalah tubuhku ke London, tetapi jantungku akan kutinggalkan di Afrika. Karena aku menjalankan kehendak Tuhan di Afrika." Pada saat David meninggal dunia ia didapati meninggal dalam posisi sedang berlutut dan berdoa. Kemudian mereka menguburkan jantungnya di Afrika dan membawa tubuhnya ke London untuk dimakamkan. Begitu banyak orang yang melayat dan mengenangnya.

Pada upacara penguburannya terjadi suatu hal yang luar biasa. Sewaktu peti jenazahnya diarak di jalan-jalan besar kota London. Ada seorang tua yang terus menerus memegang peti jenazah dengan kepala tertunduk dan terus menangis. Siapakah orang tua ini? Ketika ia ditanya, ia berkata: saya bukan familinya dan bukan siapa-siapa. Tetapi saya adalah orang yang bersama David Livingstone pada saat dipanggil oleh Tuhan menjadi hambaNya. Hari itu David Livingstone menyerahkan diri dan mengerjakan apa yang Tuhan mau ia kerjakan. Tetapi saya melarikan diri dari panggilan Tuhan dan tidak mengerjakan apa yang Tuhan mau saya kerjakan. Waktu saya memegang peti jenazahnya saya terharu dan menyadari bahwa saya telah menjalani hidup dengan sia-sia. Saya menangisi diri saya sendiri. Kini saya sudah terlalu tua, saya menyesal selama-lamanya…..

Pada dasarnya setiap orang percaya dipanggil dan diutus Tuhan untuk menjadi saksiNya dalam dunia ini. Walaupun tidak ke pedalaman Afrika seperti David. Tetapi dimanapun kita berada di sanalah kita menjadi garam dan terang. Telah begitu banyak anak-anak Tuhan yang taat kepada panggilanNya. Menjadi utusan Tuhan, baik di kantor, di gereja, di perusahaan, di rumah tangga, dll. Tetapi tidak sedikit juga orang yang melarikan diri dari panggilanNya. Membuang percuma waktu dan hidupnya untuk sesuatu yang sia-sia. Sebab itu, marilah kita belajar seperti David Livingstone, juga Yehezkiel dan murid-murid Tuhan lainnya. Mendengarkan panggilan Tuhan (ay 2), mengerjakan panggilan Tuhan dengan rendah hati (ay 3), melakukan panggilan Tuhan dengan penuh kesetiaan (ay 5), menghidupi panggilanNya dengan bijaksana, yaitu satu kata dan perbuatan (ay 8), menghadapi semua tantangan dengan penuh keberanian (ay 6). Dan kuasa Allah serta penyertaanNya akan memperlengkapi, menguatkan setiap orang yang diutusNya (Yeh 3: 8-9). Bagaimana dengan saudara? Maukah taat ketika dipanggil dan diutus Tuhan? Amin. - RR -