Warta Jemaat GKI Gading Serpong, Minggu, 16 Juli 2023
Bacaan Alkitab: Yesaya 55:10-13; Mazmur 65:10-14; Roma 8:1-11; Matius 13:1-9, 18-23
Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan tentang seorang penabur yang keluar untuk menaburkan benih. Benih-benih itu jatuh di empat tempat yang berbeda, yaitu: di pinggir jalan, di tanah yang berbatu-batu, di tengah semak duri, dan di tanah yang baik. Di tiga tempat yang pertama (pinggir jalan, tanah yang berbatu-batu dan semak duri), benih itu tidak mendatangkan hasil. Tetapi benih yang ditabur di tanah yang baik menghasilkan buah yang banyak. Ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, dan ada yang tiga puluh kali lipat.
Mengapa hal itu terjadi? Apakah penaburnya berbeda? Tidak, penabur di empat tempat itu adalah satu orang yang sama (Mat. 13:1). Apakah benihnya yang berbeda? Tidak, benih yang ditabur itu sama, yaitu firman Allah (Mat. 13:19a, 20a, 22a, 23a). Bila penaburnya sama dan benihnya sama, lalu apa yang membuat perbedaan? Kesuburan tanah! Faktor kesuburan tanah merupakan faktor penentu yang sangat penting. Tuhan Yesus menyebutnya sebagai ”tanah yang baik” (Mat. 13:8).
Benih itu bertumbuh dan berbuah banyak di tanah yang baik (Mat. 13:8). Menurut penjelasan Tuhan Yesus, ”Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat” (Mat. 13:23).
Penabur yang setia seharusnya tidak hanya rajin menabur benih yang baik, tetapi juga harus bijak memilih tanah yang baik serta rajin mengerjakan tanah agar menjadi subur. Tanah yang tandus harus diolah terlebih dahulu. Batu-batunya disingkirkan dan semak durinya dipotong. Tanah tersebut perlu diolah sedemikian rupa agar siap untuk ditabur dengan benih yang baik, yaitu firman Allah.
Untuk mempersiapkan tanah yang baik, yaitu mempersiapkan hati manusia untuk menerima benih firman, perlu doa dan karya sebagai saksi Kristus. Dengan mendoakan individu-individu dan kelompok-kelompok masyarakat, kita sedang mengundang Roh Kudus bekerja untuk mempersiapkan hati mereka bagi firman Tuhan. Dengan kesaksian, baik melalui presensi maupun charity, kita sedang membuka hati mereka terhadap Injil. Presensi dilakukan dengan kehadiran orang percaya dengan hidup yang baru dan menjadi saksi. Charity dikerjakan dengan pelayanan kasih kepada mereka orang-orang lain, khususnya kepada mereka yang membutuhkan. Kehadiran anak-anak Tuhan haruslah menjadi garam dunia dan terang dunia (Mat. 5:13-16). Selain itu, kasih (Mat. 22:37-40) dan kepedulian (Mat. 25:34-40) harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Doa yang tekun disertai kesaksian hidup yang baik sangat berguna untuk menyuburkan tanah agar siap ditabur dengan benih firman Tuhan.
Penabur yang setia, sudah tentu tidak hanya bekerja untuk menggemburkan tanah, tetapi juga harus rajin menaburkan benih di tanah yang telah dipersiapkan. Kesaksian dalam bentuk presensi dan charity sangat diperlukan, tetapi keduanya tidak dapat menggantikan proklamasi, yaitu pemberitaan Injil. Kita harus menaburkan benih, yaitu firman Tuhan. Seperti kata Alkitab: ”Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya...” (2Tim. 4:2a; bd. Mat. 28:18-20).
Marilah kita menjadi penabur firman yang setia, agar kelak kita dapat menuai buahnya dengan penuh sukacita. Penabur yang setia tahu kapan saatnya mengolah tanah dan kapan waktunya untuk menabur benih. Tujuannya adalah untuk menghasilkan buah yang banyak bagi kemuliaan Allah.
Pdt. Andreas Loanka