Deprecated: htmlspecialchars(): Passing null to parameter #1 ($string) of type string is deprecated in /home/gkigadingserpong/public_html/libraries/src/Document/Renderer/Feed/AtomRenderer.php on line 89
Pembinaan - GKI Gading Serpong https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan 2025-09-28T13:41:49+07:00 GKI Gading Serpong web.gkigadingserpong@gkigadingserpong.org WinsCreations Hidup dalam Misi, Bertumbuh dalam Pemuridan, Nyata dalam Pelayanan 2025-09-11T12:40:18+07:00 2025-09-11T12:40:18+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/hidup-dalam-misi-bertumbuh-dalam-pemuridan-nyata-dalam-pelayanan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/daniil-silantev-ioYwosPYC0U-unsplash.jpg" alt="" width="3475" height="2302" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Setiap bulan September, GKI Gading Serpong memperingati <strong>Bulan Misi</strong>. Bermisi tentu tidak hanya dilakukan dalam satu bulan tertentu, melainkan menjadi napas kehidupan gereja sepanjang tahun. Dengan demikian, ini bukanlah tradisi tahunan atau rangkaian kegiatan liturgis belaka, melainkan sebuah <strong>pengingat</strong> bahwa gereja dipanggil untuk hidup dalam misi setiap harinya, agar kita kembali memeriksa diri, apakah sasaran dan strategi pelayanan kita sudah sejalan dengan yang Yesus kehendaki?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/hidup-dalam-misi-bertumbuh-dalam-pemuridan-nyata-dalam-pelayanan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/daniil-silantev-ioYwosPYC0U-unsplash.jpg" alt="" width="3475" height="2302" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Setiap bulan September, GKI Gading Serpong memperingati <strong>Bulan Misi</strong>. Bermisi tentu tidak hanya dilakukan dalam satu bulan tertentu, melainkan menjadi napas kehidupan gereja sepanjang tahun. Dengan demikian, ini bukanlah tradisi tahunan atau rangkaian kegiatan liturgis belaka, melainkan sebuah <strong>pengingat</strong> bahwa gereja dipanggil untuk hidup dalam misi setiap harinya, agar kita kembali memeriksa diri, apakah sasaran dan strategi pelayanan kita sudah sejalan dengan yang Yesus kehendaki?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/hidup-dalam-misi-bertumbuh-dalam-pemuridan-nyata-dalam-pelayanan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Gereja Ramah Anak 2025-08-27T15:10:28+07:00 2025-08-27T15:10:28+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gereja-ramah-anak Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/GEREJA_RAMAH_ANAK.jpg" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Suatu hari, ada seorang bapak yang bertanya kepada saya selaku pembina Komisi Anak GKI Gading Serpong. Bapak itu melontarkan kritik yang cukup menggelitik, “Bu, kenapa anak saya tidak tahu cerita Simson dan Delila? Apa saja yang Ibu ajarkan di sekolah Minggu, sehingga mereka tidak mengetahui cerita yang cukup terkenal itu?” Spontan saya menjawab, “Nah, itu tugas orang tua, Pak!”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gereja-ramah-anak" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/GEREJA_RAMAH_ANAK.jpg" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Suatu hari, ada seorang bapak yang bertanya kepada saya selaku pembina Komisi Anak GKI Gading Serpong. Bapak itu melontarkan kritik yang cukup menggelitik, “Bu, kenapa anak saya tidak tahu cerita Simson dan Delila? Apa saja yang Ibu ajarkan di sekolah Minggu, sehingga mereka tidak mengetahui cerita yang cukup terkenal itu?” Spontan saya menjawab, “Nah, itu tugas orang tua, Pak!”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gereja-ramah-anak" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Kaum Muda Menjawab Panggilan Gereja Inklusif 2025-08-26T09:49:04+07:00 2025-08-26T09:49:04+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kaum-muda-menjawab-panggilan-gereja-inklusif Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/KAUM_MUDA.jpg" alt="" width="4804" height="3203" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Minggu pagi itu, seperti biasa, ruang ibadah dipenuhi anak-anak muda. Lagu-lagu pujian bergema, dan suasana terlihat akrab, tertawa, <em>tos</em>, dan pelukan hangat antarteman se-KTB. Namun, di barisan paling belakang, duduk seorang remaja laki-laki yang baru pertama kali hadir. Namanya Kris, siswa pindahan dari kota lain. Ia pendiam, mengenakan jaket lusuh, dan tidak banyak bicara.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kaum-muda-menjawab-panggilan-gereja-inklusif" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/KAUM_MUDA.jpg" alt="" width="4804" height="3203" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Minggu pagi itu, seperti biasa, ruang ibadah dipenuhi anak-anak muda. Lagu-lagu pujian bergema, dan suasana terlihat akrab, tertawa, <em>tos</em>, dan pelukan hangat antarteman se-KTB. Namun, di barisan paling belakang, duduk seorang remaja laki-laki yang baru pertama kali hadir. Namanya Kris, siswa pindahan dari kota lain. Ia pendiam, mengenakan jaket lusuh, dan tidak banyak bicara.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kaum-muda-menjawab-panggilan-gereja-inklusif" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Merangkul Jiwa yang Lelah: Refleksi atas Fenomena Bunuh Diri Mahasiswa dan Peran Gereja 2025-08-24T10:07:38+07:00 2025-08-24T10:07:38+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/merangkul-jiwa-yang-lelah-refleksi-atas-fenomena-bunuh-diri-mahasiswa-dan-peran-gereja-2 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/MERANGKUL.jpg" alt="" width="4480" height="6720" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Beberapa waktu yang lalu, pada bulan Februari, kabar duka datang dari Hong Kong. Seorang mahasiswa Indonesia berusia 20 tahun, alumnus salah satu sekolah Kristen bergengsi di Tangerang, ditemukan tak bernyawa di kamar mandi asramanya, di <em>Hong Kong University of Science and Technology</em> (HKUST). Diduga, ia memilih mengakhiri hidupnya secara tragis. Meski belum ada catatan bunuh diri yang ditemukan, kematiannya menambah daftar panjang korban muda dari krisis kesehatan mental, yang perlahan menjelma menjadi pandemi sunyi di seluruh dunia.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/merangkul-jiwa-yang-lelah-refleksi-atas-fenomena-bunuh-diri-mahasiswa-dan-peran-gereja-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/MERANGKUL.jpg" alt="" width="4480" height="6720" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Beberapa waktu yang lalu, pada bulan Februari, kabar duka datang dari Hong Kong. Seorang mahasiswa Indonesia berusia 20 tahun, alumnus salah satu sekolah Kristen bergengsi di Tangerang, ditemukan tak bernyawa di kamar mandi asramanya, di <em>Hong Kong University of Science and Technology</em> (HKUST). Diduga, ia memilih mengakhiri hidupnya secara tragis. Meski belum ada catatan bunuh diri yang ditemukan, kematiannya menambah daftar panjang korban muda dari krisis kesehatan mental, yang perlahan menjelma menjadi pandemi sunyi di seluruh dunia.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/merangkul-jiwa-yang-lelah-refleksi-atas-fenomena-bunuh-diri-mahasiswa-dan-peran-gereja-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Merangkul Jiwa yang Lelah: Refleksi atas Fenomena Bunuh Diri Mahasiswa dan Peran Gereja 2025-08-24T10:07:35+07:00 2025-08-24T10:07:35+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/merangkul-jiwa-yang-lelah-refleksi-atas-fenomena-bunuh-diri-mahasiswa-dan-peran-gereja Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/MERANGKUL.jpg" alt="" width="4480" height="6720" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Beberapa waktu yang lalu, pada bulan Februari, kabar duka datang dari Hong Kong. Seorang mahasiswa Indonesia berusia 20 tahun, alumnus salah satu sekolah Kristen bergengsi di Tangerang, ditemukan tak bernyawa di kamar mandi asramanya, di <em>Hong Kong University of Science and Technology</em> (HKUST). Diduga, ia memilih mengakhiri hidupnya secara tragis. Meski belum ada catatan bunuh diri yang ditemukan, kematiannya menambah daftar panjang korban muda dari krisis kesehatan mental, yang perlahan menjelma menjadi pandemi sunyi di seluruh dunia.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/merangkul-jiwa-yang-lelah-refleksi-atas-fenomena-bunuh-diri-mahasiswa-dan-peran-gereja" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/MERANGKUL.jpg" alt="" width="4480" height="6720" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Beberapa waktu yang lalu, pada bulan Februari, kabar duka datang dari Hong Kong. Seorang mahasiswa Indonesia berusia 20 tahun, alumnus salah satu sekolah Kristen bergengsi di Tangerang, ditemukan tak bernyawa di kamar mandi asramanya, di <em>Hong Kong University of Science and Technology</em> (HKUST). Diduga, ia memilih mengakhiri hidupnya secara tragis. Meski belum ada catatan bunuh diri yang ditemukan, kematiannya menambah daftar panjang korban muda dari krisis kesehatan mental, yang perlahan menjelma menjadi pandemi sunyi di seluruh dunia.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/merangkul-jiwa-yang-lelah-refleksi-atas-fenomena-bunuh-diri-mahasiswa-dan-peran-gereja" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Gereja Merangkul Anak-Anak Berkebutuhan Khusus 2025-08-23T17:22:20+07:00 2025-08-23T17:22:20+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gereja-merangkul-anak-anak-berkebutuhan-khusus Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/ABK.jpg" alt="" width="6048" height="4024" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">“Anaknya sudah umur 12 tahun, tapi masih pakai popok dan masih suka ‘ngompol. Terkadang, kalau marah, teriak-teriak dengan keras, sampai dilihat jemaat lain. Keluarga anak itu selalu duduk di ruang khusus bayi dan balita, karena orang tuanya khawatir, anaknya akan mengganggu jemaat lain jika duduk di tempat kebaktian umum. Apakah Ibu bisa tolong bantu keluarga tersebut?” tanya seorang hamba Tuhan, ketika saya melayani di sebuah gereja Kristen di kota Jambi. Keluarga tersebut memiliki seorang anak berkebutuhan khusus (ABK). Kondisi seperti ini sudah semakin tidak asing kita dengar di berbagai gereja, termasuk di GKI Gading Serpong.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gereja-merangkul-anak-anak-berkebutuhan-khusus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/ABK.jpg" alt="" width="6048" height="4024" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">“Anaknya sudah umur 12 tahun, tapi masih pakai popok dan masih suka ‘ngompol. Terkadang, kalau marah, teriak-teriak dengan keras, sampai dilihat jemaat lain. Keluarga anak itu selalu duduk di ruang khusus bayi dan balita, karena orang tuanya khawatir, anaknya akan mengganggu jemaat lain jika duduk di tempat kebaktian umum. Apakah Ibu bisa tolong bantu keluarga tersebut?” tanya seorang hamba Tuhan, ketika saya melayani di sebuah gereja Kristen di kota Jambi. Keluarga tersebut memiliki seorang anak berkebutuhan khusus (ABK). Kondisi seperti ini sudah semakin tidak asing kita dengar di berbagai gereja, termasuk di GKI Gading Serpong.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gereja-merangkul-anak-anak-berkebutuhan-khusus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Berjalan bersama yang Terluka: Makna Kehadiran 2025-08-22T12:51:48+07:00 2025-08-22T12:51:48+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/berjalan-bersama-yang-terluka-makna-kehadiran Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/BERJALAN.jpg" alt="" width="7008" height="4672" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;"><strong>Genggaman Tangan Tuhan </strong></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/berjalan-bersama-yang-terluka-makna-kehadiran" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/BERJALAN.jpg" alt="" width="7008" height="4672" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;"><strong>Genggaman Tangan Tuhan </strong></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/berjalan-bersama-yang-terluka-makna-kehadiran" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Gereja yang Terbuka untuk Semua Orang 2025-08-21T11:30:48+07:00 2025-08-21T11:30:48+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gereja-yang-terbuka-untuk-semua-orang Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/GEREJA_TERBUKA.jpg" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Di tengah perkembangan gereja dan perjalanan iman kita bersama, ada beberapa pertanyaan yang penting untuk kita renungkan. Bagaimana gereja seharusnya memperlakukan dan merangkul semua orang, termasuk mereka yang dianggap “berbeda” oleh masyarakat pada umumnya, seperti orang-orang yang hidup dengan disabilitas? Apakah Allah juga hadir dalam kehidupan mereka? Bagaimana kita sebagai gereja dapat mewujudkan kasih Kristus yang sejati kepada mereka?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gereja-yang-terbuka-untuk-semua-orang" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/GEREJA_TERBUKA.jpg" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Di tengah perkembangan gereja dan perjalanan iman kita bersama, ada beberapa pertanyaan yang penting untuk kita renungkan. Bagaimana gereja seharusnya memperlakukan dan merangkul semua orang, termasuk mereka yang dianggap “berbeda” oleh masyarakat pada umumnya, seperti orang-orang yang hidup dengan disabilitas? Apakah Allah juga hadir dalam kehidupan mereka? Bagaimana kita sebagai gereja dapat mewujudkan kasih Kristus yang sejati kepada mereka?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gereja-yang-terbuka-untuk-semua-orang" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Gereja yang Merangkul 2025-08-20T10:13:53+07:00 2025-08-20T10:13:53+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gereja-yang-merangkul Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/GEREJA_MERANGKUL.jpg" alt="" width="4132" height="2755" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Di tengah era disrupsi sosial dan digital, gereja-gereja ditantang untuk tetap menjadi tempat yang relevan, hangat, dan menyambut siapa pun, tanpa kecuali. Gereja tidak lagi dapat berpuas diri sebagai institusi yang menunggu, tetapi harus menjadi komunitas yang aktif merangkul, melibatkan, dan membangun relasi yang bermakna. Dalam konteks inilah, teks Matius 25:35–40 menawarkan fondasi teologis yang kuat tentang makna perjumpaan dengan Kristus dalam diri sesama. Sementara itu, kini dalam dunia bisnis, perusahaan-perusahaan semakin giat membangun model relasi. Model seperti ini kiranya dapat dimanfaatkan untuk memperdalam pelayanan gerejawi secara praktis.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Matius 25:35–40</strong></p> <p style="text-align: justify;">Injil Matius ditulis sekitar tahun 80–90 M, pada masa ketika komunitas Kristen Yahudi sedang mengalami gesekan identitas yang serius, baik dari dalam (antara kelompok Yahudi Kristen dan non-Yahudi) maupun dari luar (tekanan dari sinagoge dan Romawi). Dalam situasi itu, Matius mengedepankan tema-tema etika Kerajaan Allah, integritas iman, dan penghakiman akhir. Pasal 25 berada dalam rangkaian pengajaran eskatologis yang dimulai sejak pasal 24, yang bertujuan mempersiapkan jemaat menghadapi akhir zaman dengan hidup benar.</p> <p style="text-align: justify;">Matius 25:31–46 adalah bagian dari perikop besar tentang penghakiman terakhir. Ayat 35–40 khususnya menekankan enam tindakan kasih yang konkret, yaitu memberi makan, memberi minum, memberi tumpangan, memberi pakaian, merawat yang sakit, dan mengunjungi mereka yang berada di dalam penjara. Keenam tindakan itu merupakan respons nyata atas kebutuhan manusia. Yang menarik adalah penghakiman bukan didasarkan pada pengakuan iman atau ibadah semata, tetapi pada tindakan belas kasih terhadap sesama. Yesus menyatakan, setiap tindakan kepada "saudara-Ku yang paling hina ini" adalah tindakan terhadap Dia sendiri.</p> <p style="text-align: justify;">Pendekatan historis-kritis bertujuan untuk menggali makna asli teks dalam konteks sosial, politik, dan keagamaan pada masa itu. <em>Pertama</em>, frasa "saudara-Ku yang paling hina ini" (dari Bahasa Yunani <em>hoi adelphoi mou hoi elachistoi</em>) mengundang diskusi. Beberapa sarjana menafsirkannya sebagai merujuk pada para murid Yesus atau pengabar Injil, tetapi banyak yang cenderung melihatnya sebagai merujuk pada kaum miskin secara umum, termasuk mereka yang termarginalkan secara sosial dan ekonomi. Pandangan ini lebih sesuai dengan narasi besar Injil Matius, yang menekankan keadilan dan belas kasih.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Kedua</em>, keenam bentuk tindakan tersebut mencerminkan nilai-nilai sosial dalam masyarakat Palestina abad pertama. Tidak ada sistem sosial atau jaminan sosial-formal, sehingga individu yang jatuh dalam kesulitan sangat bergantung pada belas kasih komunitas. Dalam konteks ini, ajaran Yesus menjadi panggilan radikal untuk membentuk komunitas alternatif yang menghidupi belas kasih sebagai bentuk iman yang otentik.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Ketiga</em>, pengungkapan Yesus bahwa tindakan terhadap sesama adalah tindakan terhadap diri-Nya sendiri merupakan kristalisasi pemahaman kristologis yang mendalam. Ini bukan sekadar ajakan moral, melainkan teologi inkarnasi dalam praksis sosial, yaitu Kristus hadir dalam diri mereka yang paling hina.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Komunitas Relasional </strong></p> <p style="text-align: justify;">Jika demikian, gereja tidak dapat dipahami sebagai organisasi formal semata, tetapi juga sebagai komunitas relasional yang mencerminkan Kerajaan Allah. Gereja dipanggil untuk menjadi tubuh Kristus yang nyata. Kasih bukan sekadar ide, melainkan tindakan konkret yang menjangkau, menerima, dan merangkul.</p> <p style="text-align: justify;">Namun dalam kenyataan, banyak gereja menghadapi tantangan dalam membangun hubungan yang bermakna, terutama dengan generasi muda, warga baru, atau mereka yang datang dari latar belakang berbeda. Dalam konteks inilah, konsep manajemen relasi dapat menjadi pendekatan yang berguna.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Manajemen Relasi</strong></p> <p style="text-align: justify;">Manajemen relasi adalah strategi dalam dunia bisnis yang berfokus pada pembangunan hubungan jangka panjang dengan pelanggan, dengan tujuan menciptakan loyalitas dan nilai tambah. Konsep ini tidak sekadar alat teknologi, melainkan filosofi manajemen yang menempatkan relasi sebagai inti keberhasilan jangka panjang.</p> <p style="text-align: justify;">Beberapa prinsip dasar manajemen relasi di antaranya adalah menempatkan kebutuhan dan pengalaman pelanggan sebagai pusat dari setiap keputusan, setiap pelanggan diperlakukan sebagai pribadi yang unik, dengan kebutuhan dan preferensi yang dihormati, membangun hubungan sejak awal (mengenal) hingga pada tahap komitmen dan dukungan, menggunakan data dan umpan balik untuk memahami dan melayani dengan lebih baik, serta membangun mekanisme untuk mendengar aspirasi, keluhan, dan saran dari pihak yang dilayani.</p> <p style="text-align: justify;">Meskipun berasal dari dunia bisnis, pendekatan ini dapat diadaptasi dalam pelayanan gereja, bukan dengan menjadikan jemaat sebagai "konsumen", tetapi dengan menempatkan relasi sebagai pusat panggilan pastoral dan misi.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Mengintegrasikan dalam Gereja </strong></p> <p style="text-align: justify;">Gereja yang merangkul adalah gereja yang mampu melihat Kristus dalam wajah mereka yang membutuhkan, sekaligus merancang pelayanan yang membangun relasi jangka panjang. Dalam terang Matius 25:35–40 dan pendekatan manajemen relasi, ada beberapa prinsip gereja yang merangkul. <em>Yang pertama</em>, perlunya pelayanan yang responsif terhadap kebutuhan nyata. Yesus menyebut tindakan memberi makan, minum, pakaian, dan kunjungan sebagai wujud pelayanan. Gereja yang merangkul adalah gereja yang peka terhadap realitas kebutuhan warga dan komunitas sekitar. Manajemen relasi mengajarkan pentingnya pemetaan kebutuhan (<em>needs assessment</em>), hal yang juga sejalan dengan panggilan pastoral untuk menyentuh titik-titik penderitaan manusia.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Kedua</em>, membangun hubungan yang bersifat personal dan berkelanjutan. Yesus tidak menyebut tindakan belas kasih sebagai tindakan satu kali, tetapi sebagai ekspresi relasi. Demikian pula, gereja tidak cukup hanya memberi pelayanan sesekali, tetapi perlu membangun relasi yang konsisten dan penuh komitmen. Prinsip personalisasi dalam manajemen relasi menjadi relevan. Mengenal nama, cerita, dan pergumulan masing-masing warga gereja adalah bentuk konkret dari kasih Kristus.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Ketiga</em>, membangun data dan sistem informasi relasional. Salah satu kekuatan manajemen relasi adalah pengelolaan data relasi. Gereja dapat belajar untuk lebih sistematis dalam mencatat, memahami, dan menindaklanjuti dinamika kehidupan jemaat. Misalnya, sistem kunjungan yang tidak hanya berdasarkan jadwal, tetapi berdasarkan deteksi kebutuhan (sakit, duka, isolasi, dll.), atau tindak lanjut dari warga baru, agar tidak merasa asing.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Keempat</em>, membangun budaya mendengarkan. Dalam Matius 25, mereka yang melakukan kebaikan bahkan tidak sadar telah melakukannya untuk Yesus. Ini menunjukkan sikap ketulusan yang muncul dari kepekaan yang sudah terbentuk. Dalam manajemen relasi, mendengarkan aspirasi dan keluhan adalah bagian penting dari pelayanan. Gereja yang merangkul membuka ruang partisipasi dan mendengar, bukan hanya berbicara.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Terakhir</em>, mewujudkan kasih sebagai nilai inti organisasi gerejawi. Manajemen relasi bertujuan membangun loyalitas melalui nilai. Gereja tidak mencari "loyalitas" dalam bentuk kehadiran rutin semata, melainkan menghidupi nilai kasih sebagai pusat dari seluruh pelayanan. Ini berarti gereja harus merevisi cara berpikir organisasionalnya, dari model hierarkis menjadi model pelayanan yang relasional dan kolaboratif.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Implikasi</strong></p> <p style="text-align: justify;">Dari integrasi antara tafsir historis-kritis dan pendekatan manajemen relasi, ada beberapa implikasi praktis bagi gereja. Pelayanan tidak boleh terlepas dari konteks konkret warga. Setiap pelayanan harus dimulai dengan mendengar dan membaca realitas sosial, ekonomi, dan psikologis warga. Kepemimpinan gerejawi perlu bertransformasi menjadi kepemimpinan yang relasional. Bukan kuasa, melainkan kemampuan membangun dan menjaga relasi yang menjadi ukuran. Teknologi dapat menjadi alat bantu untuk mendukung misi gereja, misalnya: sistem informasi jemaat yang hidup, sistem pelaporan pastoral yang transparan, dan media komunikasi dua arah. Pelatihan dan pembinaan warga gereja perlu mencakup aspek empati dan kemampuan mendengar. Pelayanan bukan hanya keterampilan, tetapi kualitas relasi. Gereja sebagai “rumah yang merangkul” tidak boleh menilai berdasarkan status, tetapi berdasarkan kebutuhan. Penerimaan terhadap yang “hina” adalah penerimaan terhadap Kristus sendiri.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Penutup </strong></p> <p style="text-align: justify;">Matius 25:35–40 bukan sekadar ajakan untuk melakukan tindakan sosial, tetapi panggilan untuk membentuk gereja sebagai komunitas kasih yang mengenali Kristus dalam diri sesama. Ketika teks ini dibaca dengan pendekatan historis-kritis, tampak bahwa panggilan untuk “merangkul” adalah panggilan yang mendasar dalam kehidupan gerejawi.</p> <p style="text-align: justify;">Di sisi lain, teori manajemen relasi menyumbangkan perspektif praktis yang sangat berguna, yaitu gereja perlu membangun relasi yang otentik, personal, dan berkelanjutan dengan setiap anggotanya. Dengan demikian, gereja tidak hanya menjadi institusi keagamaan, tetapi sungguh-sungguh menjadi tubuh Kristus yang hidup, yaitu gereja yang hadir, mendengar, dan merangkul.</p> <p style="text-align: justify;">Sebagaimana Kristus hadir dalam wajah yang lapar, haus, asing, dan sakit, maka gereja pun dipanggil untuk hadir bukan hanya dalam liturgi, tetapi dalam laku kasih yang nyata. Gereja yang merangkul adalah gereja yang hidup dalam relasi, bukan hanya dalam doktrin. Sebab di sanalah Kristus ditemukan, dalam cinta yang diwujudkan.&nbsp;</p> <p style="text-align: justify;">Tulisan telah dimuat di Majalah&nbsp;<em>Sepercik Anugerah</em> edisi 22</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/GEREJA_MERANGKUL.jpg" alt="" width="4132" height="2755" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Di tengah era disrupsi sosial dan digital, gereja-gereja ditantang untuk tetap menjadi tempat yang relevan, hangat, dan menyambut siapa pun, tanpa kecuali. Gereja tidak lagi dapat berpuas diri sebagai institusi yang menunggu, tetapi harus menjadi komunitas yang aktif merangkul, melibatkan, dan membangun relasi yang bermakna. Dalam konteks inilah, teks Matius 25:35–40 menawarkan fondasi teologis yang kuat tentang makna perjumpaan dengan Kristus dalam diri sesama. Sementara itu, kini dalam dunia bisnis, perusahaan-perusahaan semakin giat membangun model relasi. Model seperti ini kiranya dapat dimanfaatkan untuk memperdalam pelayanan gerejawi secara praktis.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Matius 25:35–40</strong></p> <p style="text-align: justify;">Injil Matius ditulis sekitar tahun 80–90 M, pada masa ketika komunitas Kristen Yahudi sedang mengalami gesekan identitas yang serius, baik dari dalam (antara kelompok Yahudi Kristen dan non-Yahudi) maupun dari luar (tekanan dari sinagoge dan Romawi). Dalam situasi itu, Matius mengedepankan tema-tema etika Kerajaan Allah, integritas iman, dan penghakiman akhir. Pasal 25 berada dalam rangkaian pengajaran eskatologis yang dimulai sejak pasal 24, yang bertujuan mempersiapkan jemaat menghadapi akhir zaman dengan hidup benar.</p> <p style="text-align: justify;">Matius 25:31–46 adalah bagian dari perikop besar tentang penghakiman terakhir. Ayat 35–40 khususnya menekankan enam tindakan kasih yang konkret, yaitu memberi makan, memberi minum, memberi tumpangan, memberi pakaian, merawat yang sakit, dan mengunjungi mereka yang berada di dalam penjara. Keenam tindakan itu merupakan respons nyata atas kebutuhan manusia. Yang menarik adalah penghakiman bukan didasarkan pada pengakuan iman atau ibadah semata, tetapi pada tindakan belas kasih terhadap sesama. Yesus menyatakan, setiap tindakan kepada "saudara-Ku yang paling hina ini" adalah tindakan terhadap Dia sendiri.</p> <p style="text-align: justify;">Pendekatan historis-kritis bertujuan untuk menggali makna asli teks dalam konteks sosial, politik, dan keagamaan pada masa itu. <em>Pertama</em>, frasa "saudara-Ku yang paling hina ini" (dari Bahasa Yunani <em>hoi adelphoi mou hoi elachistoi</em>) mengundang diskusi. Beberapa sarjana menafsirkannya sebagai merujuk pada para murid Yesus atau pengabar Injil, tetapi banyak yang cenderung melihatnya sebagai merujuk pada kaum miskin secara umum, termasuk mereka yang termarginalkan secara sosial dan ekonomi. Pandangan ini lebih sesuai dengan narasi besar Injil Matius, yang menekankan keadilan dan belas kasih.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Kedua</em>, keenam bentuk tindakan tersebut mencerminkan nilai-nilai sosial dalam masyarakat Palestina abad pertama. Tidak ada sistem sosial atau jaminan sosial-formal, sehingga individu yang jatuh dalam kesulitan sangat bergantung pada belas kasih komunitas. Dalam konteks ini, ajaran Yesus menjadi panggilan radikal untuk membentuk komunitas alternatif yang menghidupi belas kasih sebagai bentuk iman yang otentik.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Ketiga</em>, pengungkapan Yesus bahwa tindakan terhadap sesama adalah tindakan terhadap diri-Nya sendiri merupakan kristalisasi pemahaman kristologis yang mendalam. Ini bukan sekadar ajakan moral, melainkan teologi inkarnasi dalam praksis sosial, yaitu Kristus hadir dalam diri mereka yang paling hina.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Komunitas Relasional </strong></p> <p style="text-align: justify;">Jika demikian, gereja tidak dapat dipahami sebagai organisasi formal semata, tetapi juga sebagai komunitas relasional yang mencerminkan Kerajaan Allah. Gereja dipanggil untuk menjadi tubuh Kristus yang nyata. Kasih bukan sekadar ide, melainkan tindakan konkret yang menjangkau, menerima, dan merangkul.</p> <p style="text-align: justify;">Namun dalam kenyataan, banyak gereja menghadapi tantangan dalam membangun hubungan yang bermakna, terutama dengan generasi muda, warga baru, atau mereka yang datang dari latar belakang berbeda. Dalam konteks inilah, konsep manajemen relasi dapat menjadi pendekatan yang berguna.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Manajemen Relasi</strong></p> <p style="text-align: justify;">Manajemen relasi adalah strategi dalam dunia bisnis yang berfokus pada pembangunan hubungan jangka panjang dengan pelanggan, dengan tujuan menciptakan loyalitas dan nilai tambah. Konsep ini tidak sekadar alat teknologi, melainkan filosofi manajemen yang menempatkan relasi sebagai inti keberhasilan jangka panjang.</p> <p style="text-align: justify;">Beberapa prinsip dasar manajemen relasi di antaranya adalah menempatkan kebutuhan dan pengalaman pelanggan sebagai pusat dari setiap keputusan, setiap pelanggan diperlakukan sebagai pribadi yang unik, dengan kebutuhan dan preferensi yang dihormati, membangun hubungan sejak awal (mengenal) hingga pada tahap komitmen dan dukungan, menggunakan data dan umpan balik untuk memahami dan melayani dengan lebih baik, serta membangun mekanisme untuk mendengar aspirasi, keluhan, dan saran dari pihak yang dilayani.</p> <p style="text-align: justify;">Meskipun berasal dari dunia bisnis, pendekatan ini dapat diadaptasi dalam pelayanan gereja, bukan dengan menjadikan jemaat sebagai "konsumen", tetapi dengan menempatkan relasi sebagai pusat panggilan pastoral dan misi.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Mengintegrasikan dalam Gereja </strong></p> <p style="text-align: justify;">Gereja yang merangkul adalah gereja yang mampu melihat Kristus dalam wajah mereka yang membutuhkan, sekaligus merancang pelayanan yang membangun relasi jangka panjang. Dalam terang Matius 25:35–40 dan pendekatan manajemen relasi, ada beberapa prinsip gereja yang merangkul. <em>Yang pertama</em>, perlunya pelayanan yang responsif terhadap kebutuhan nyata. Yesus menyebut tindakan memberi makan, minum, pakaian, dan kunjungan sebagai wujud pelayanan. Gereja yang merangkul adalah gereja yang peka terhadap realitas kebutuhan warga dan komunitas sekitar. Manajemen relasi mengajarkan pentingnya pemetaan kebutuhan (<em>needs assessment</em>), hal yang juga sejalan dengan panggilan pastoral untuk menyentuh titik-titik penderitaan manusia.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Kedua</em>, membangun hubungan yang bersifat personal dan berkelanjutan. Yesus tidak menyebut tindakan belas kasih sebagai tindakan satu kali, tetapi sebagai ekspresi relasi. Demikian pula, gereja tidak cukup hanya memberi pelayanan sesekali, tetapi perlu membangun relasi yang konsisten dan penuh komitmen. Prinsip personalisasi dalam manajemen relasi menjadi relevan. Mengenal nama, cerita, dan pergumulan masing-masing warga gereja adalah bentuk konkret dari kasih Kristus.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Ketiga</em>, membangun data dan sistem informasi relasional. Salah satu kekuatan manajemen relasi adalah pengelolaan data relasi. Gereja dapat belajar untuk lebih sistematis dalam mencatat, memahami, dan menindaklanjuti dinamika kehidupan jemaat. Misalnya, sistem kunjungan yang tidak hanya berdasarkan jadwal, tetapi berdasarkan deteksi kebutuhan (sakit, duka, isolasi, dll.), atau tindak lanjut dari warga baru, agar tidak merasa asing.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Keempat</em>, membangun budaya mendengarkan. Dalam Matius 25, mereka yang melakukan kebaikan bahkan tidak sadar telah melakukannya untuk Yesus. Ini menunjukkan sikap ketulusan yang muncul dari kepekaan yang sudah terbentuk. Dalam manajemen relasi, mendengarkan aspirasi dan keluhan adalah bagian penting dari pelayanan. Gereja yang merangkul membuka ruang partisipasi dan mendengar, bukan hanya berbicara.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Terakhir</em>, mewujudkan kasih sebagai nilai inti organisasi gerejawi. Manajemen relasi bertujuan membangun loyalitas melalui nilai. Gereja tidak mencari "loyalitas" dalam bentuk kehadiran rutin semata, melainkan menghidupi nilai kasih sebagai pusat dari seluruh pelayanan. Ini berarti gereja harus merevisi cara berpikir organisasionalnya, dari model hierarkis menjadi model pelayanan yang relasional dan kolaboratif.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Implikasi</strong></p> <p style="text-align: justify;">Dari integrasi antara tafsir historis-kritis dan pendekatan manajemen relasi, ada beberapa implikasi praktis bagi gereja. Pelayanan tidak boleh terlepas dari konteks konkret warga. Setiap pelayanan harus dimulai dengan mendengar dan membaca realitas sosial, ekonomi, dan psikologis warga. Kepemimpinan gerejawi perlu bertransformasi menjadi kepemimpinan yang relasional. Bukan kuasa, melainkan kemampuan membangun dan menjaga relasi yang menjadi ukuran. Teknologi dapat menjadi alat bantu untuk mendukung misi gereja, misalnya: sistem informasi jemaat yang hidup, sistem pelaporan pastoral yang transparan, dan media komunikasi dua arah. Pelatihan dan pembinaan warga gereja perlu mencakup aspek empati dan kemampuan mendengar. Pelayanan bukan hanya keterampilan, tetapi kualitas relasi. Gereja sebagai “rumah yang merangkul” tidak boleh menilai berdasarkan status, tetapi berdasarkan kebutuhan. Penerimaan terhadap yang “hina” adalah penerimaan terhadap Kristus sendiri.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Penutup </strong></p> <p style="text-align: justify;">Matius 25:35–40 bukan sekadar ajakan untuk melakukan tindakan sosial, tetapi panggilan untuk membentuk gereja sebagai komunitas kasih yang mengenali Kristus dalam diri sesama. Ketika teks ini dibaca dengan pendekatan historis-kritis, tampak bahwa panggilan untuk “merangkul” adalah panggilan yang mendasar dalam kehidupan gerejawi.</p> <p style="text-align: justify;">Di sisi lain, teori manajemen relasi menyumbangkan perspektif praktis yang sangat berguna, yaitu gereja perlu membangun relasi yang otentik, personal, dan berkelanjutan dengan setiap anggotanya. Dengan demikian, gereja tidak hanya menjadi institusi keagamaan, tetapi sungguh-sungguh menjadi tubuh Kristus yang hidup, yaitu gereja yang hadir, mendengar, dan merangkul.</p> <p style="text-align: justify;">Sebagaimana Kristus hadir dalam wajah yang lapar, haus, asing, dan sakit, maka gereja pun dipanggil untuk hadir bukan hanya dalam liturgi, tetapi dalam laku kasih yang nyata. Gereja yang merangkul adalah gereja yang hidup dalam relasi, bukan hanya dalam doktrin. Sebab di sanalah Kristus ditemukan, dalam cinta yang diwujudkan.&nbsp;</p> <p style="text-align: justify;">Tulisan telah dimuat di Majalah&nbsp;<em>Sepercik Anugerah</em> edisi 22</p> ADA APA DENGAN KONSEP DIRI? 2025-07-20T12:03:13+07:00 2025-07-20T12:03:13+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/ada-apa-dengan-konsep-diri Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/yumu-81PkOTYkN2Y-unsplash.jpg" alt="" width="4000" height="4000" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Pernahkan Anda merasa kecewa dan sakit hati?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/ada-apa-dengan-konsep-diri" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/yumu-81PkOTYkN2Y-unsplash.jpg" alt="" width="4000" height="4000" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Pernahkan Anda merasa kecewa dan sakit hati?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/ada-apa-dengan-konsep-diri" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> MENGHADAPI BULLYING 2025-06-29T17:15:16+07:00 2025-06-29T17:15:16+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menghadapi-bullying-2 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/road-ahead-7VU03rUbfw0-unsplash.jpg" alt="" width="6000" height="4000" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Hai teman-teman, sering mendengar istilah <em>bullying</em>? Apakah pernah menjadi korban atau justru pernah melakukannya? Istilah ini memang sering terdengar belakangan ini karena memang banyak terjadi bukan hanya di televisi, tetapi juga di dalam konteks di mana manusia berinteraksi satu sama lain, seperti: sekolah, keluarga, tempat kerja, lingkungan sekitar dan termasuk di dalamnya lingkungan anak-anak remaja.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menghadapi-bullying-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/road-ahead-7VU03rUbfw0-unsplash.jpg" alt="" width="6000" height="4000" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Hai teman-teman, sering mendengar istilah <em>bullying</em>? Apakah pernah menjadi korban atau justru pernah melakukannya? Istilah ini memang sering terdengar belakangan ini karena memang banyak terjadi bukan hanya di televisi, tetapi juga di dalam konteks di mana manusia berinteraksi satu sama lain, seperti: sekolah, keluarga, tempat kerja, lingkungan sekitar dan termasuk di dalamnya lingkungan anak-anak remaja.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menghadapi-bullying-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Menemukan Jati Diri Remaja dalam Kristus: Melindungi dari Self-Harm di Era Media Sosial 2025-03-17T18:04:46+07:00 2025-03-17T18:04:46+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menemukan-jati-diri-remaja-dalam-kristus-melindungi-dari-self-harm-di-era-media-sosial Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/callum-skelton-LaMnXPLz7qc-unsplash.jpg" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><em>Self-harm</em> di kalangan remaja menjadi isu yang semakin memprihatinkan, terutama pada anak-anak yang kehilangan arah dan kurang memiliki identitas kuat dalam Kristus. Banyak remaja mengalami kesulitan dalam memahami nilai diri mereka sendiri, dan hal ini diperburuk oleh tekanan sosial, citra diri yang rendah, serta tantangan dalam menemukan makna hidup yang mendalam. Pada bulan September 2024, Forum Kerja Sama Pelayanan Kerohanian (FKPK), sebuah forum kerja sama antara GKI Gading Serpong, GKI Perumnas, dan BPK Penabur Gading Serpong melakukan survei dalam rangka <em>pre-retreat</em> terhadap 375 murid kelas 8 dan 11. Berdasarkan hasil survei, sekitar 69% remaja menyatakan pernah berpikir untuk melakukan <em>self-harm</em>. Sebagian besar dari mereka cenderung menyimpan perasaan ini untuk diri sendiri, dengan 51,7% dari responden lebih memilih mencari solusi sendiri daripada mencari bantuan dari orang tua atau figur otoritas lainnya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menemukan-jati-diri-remaja-dalam-kristus-melindungi-dari-self-harm-di-era-media-sosial" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/callum-skelton-LaMnXPLz7qc-unsplash.jpg" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><em>Self-harm</em> di kalangan remaja menjadi isu yang semakin memprihatinkan, terutama pada anak-anak yang kehilangan arah dan kurang memiliki identitas kuat dalam Kristus. Banyak remaja mengalami kesulitan dalam memahami nilai diri mereka sendiri, dan hal ini diperburuk oleh tekanan sosial, citra diri yang rendah, serta tantangan dalam menemukan makna hidup yang mendalam. Pada bulan September 2024, Forum Kerja Sama Pelayanan Kerohanian (FKPK), sebuah forum kerja sama antara GKI Gading Serpong, GKI Perumnas, dan BPK Penabur Gading Serpong melakukan survei dalam rangka <em>pre-retreat</em> terhadap 375 murid kelas 8 dan 11. Berdasarkan hasil survei, sekitar 69% remaja menyatakan pernah berpikir untuk melakukan <em>self-harm</em>. Sebagian besar dari mereka cenderung menyimpan perasaan ini untuk diri sendiri, dengan 51,7% dari responden lebih memilih mencari solusi sendiri daripada mencari bantuan dari orang tua atau figur otoritas lainnya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menemukan-jati-diri-remaja-dalam-kristus-melindungi-dari-self-harm-di-era-media-sosial" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Kepemimpinan Hamba (Servant Leadership) 2025-02-12T12:19:41+07:00 2025-02-12T12:19:41+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kepemimpinan-hamba-servant-leadership Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/image_2025-02-12_120243180.png" alt="" width="1419" height="960" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">“Karena Anak manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:45)</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kepemimpinan-hamba-servant-leadership" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/image_2025-02-12_120243180.png" alt="" width="1419" height="960" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">“Karena Anak manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.” (Markus 10:45)</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kepemimpinan-hamba-servant-leadership" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Sudahkah Kita Mempersiapkan Jalan bagi Tuhan? 2025-02-11T14:36:34+07:00 2025-02-11T14:36:34+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/sudahkah-kita-mempersiapkan-jalan-bagi-tuhan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/holden-baxter-oxQ0egaQMfU-unsplash.jpg" alt="" width="2731" height="4096" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Seberapa dekatkah kita dengan Tuhan? Ini terlihat dari buah kehidupan kita. Kalau kita memiliki relasi yang dekat dengan-Nya, tentunya kita sudah mempersiapkan jalan bagi-Nya. Apa yang kita pikirkan ketika mendengar ungkapan “mempersiapkan jalan bagi Tuhan”? Mendengar ini, saya langsung mengarah pada hal yang diungkapkan Yohanes Pembaptis (Matius 3:3). Apa makna perkataan Yohanes? Ia sedang mengajak orang-orang mempersiapkan diri dan berjumpa dengan Tuhan. Dengan kata lain, perjumpaan dengan-Nya menjadi tujuan akhir dari mempersiapkan jalan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/sudahkah-kita-mempersiapkan-jalan-bagi-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/holden-baxter-oxQ0egaQMfU-unsplash.jpg" alt="" width="2731" height="4096" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Seberapa dekatkah kita dengan Tuhan? Ini terlihat dari buah kehidupan kita. Kalau kita memiliki relasi yang dekat dengan-Nya, tentunya kita sudah mempersiapkan jalan bagi-Nya. Apa yang kita pikirkan ketika mendengar ungkapan “mempersiapkan jalan bagi Tuhan”? Mendengar ini, saya langsung mengarah pada hal yang diungkapkan Yohanes Pembaptis (Matius 3:3). Apa makna perkataan Yohanes? Ia sedang mengajak orang-orang mempersiapkan diri dan berjumpa dengan Tuhan. Dengan kata lain, perjumpaan dengan-Nya menjadi tujuan akhir dari mempersiapkan jalan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/sudahkah-kita-mempersiapkan-jalan-bagi-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Menjaga Keintiman dengan Allah 2025-02-09T11:56:49+07:00 2025-02-09T11:56:49+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menjaga-keintiman-dengan-allah Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/160307100034.jpg" alt="" width="298" height="157" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Zaman sekarang memang serba instan. Segala sesuatu dapat dilakukan dengan cepat, bahkan dengan cara yang mudah, karena waktu satu menit pun rasanya sangat berharga. Masak, ingin cepat. Masak nasi pakai<em> rice cooker</em>. Kalau bisa beli, ya beli. Bahkan bukan hanya mie instan, sekarang ada juga nasi dan lauk instan. Tinggal kasih air, tunggu sebentar, lalu bisa Menjaga Keintiman dengan Allah dimakan. Malas antre sendiri, biar orang lain saja, jadi pakai aplikasi&nbsp;<em>GoFood.</em> Malas jalan kaki, tinggal naik kendaraan. Merasa kurang cantik, pergi operasi plastik. Asal ada uang, semua mudah dilakukan. Sekejap mata, langsung jadi, langsung ada di depan mata. Cepat, gampang, saking kita sudah terbiasa dengan kehidupan yang serba instan dan mudah.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menjaga-keintiman-dengan-allah" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/160307100034.jpg" alt="" width="298" height="157" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Zaman sekarang memang serba instan. Segala sesuatu dapat dilakukan dengan cepat, bahkan dengan cara yang mudah, karena waktu satu menit pun rasanya sangat berharga. Masak, ingin cepat. Masak nasi pakai<em> rice cooker</em>. Kalau bisa beli, ya beli. Bahkan bukan hanya mie instan, sekarang ada juga nasi dan lauk instan. Tinggal kasih air, tunggu sebentar, lalu bisa Menjaga Keintiman dengan Allah dimakan. Malas antre sendiri, biar orang lain saja, jadi pakai aplikasi&nbsp;<em>GoFood.</em> Malas jalan kaki, tinggal naik kendaraan. Merasa kurang cantik, pergi operasi plastik. Asal ada uang, semua mudah dilakukan. Sekejap mata, langsung jadi, langsung ada di depan mata. Cepat, gampang, saking kita sudah terbiasa dengan kehidupan yang serba instan dan mudah.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menjaga-keintiman-dengan-allah" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Tuhanlah Rajaku 2025-02-08T13:22:46+07:00 2025-02-08T13:22:46+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/tuhanlah-rajaku Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/piotr-makowski-EuAtvK05fqE-unsplash.jpg" alt="" width="4382" height="2975" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Menurut KBBI, raja berarti penguasa tertinggi suatu kerajaan, bangsa, atau negara. Jika diberi pertanyaan, siapakah raja kita, apa jawabnya? Secara teoritis, kita akan menjawab, raja kita adalah Tuhan. Tetapi dalam praktik, sering kali kita hidup seakan-akan tidak bertuhan. Kita hidup menurut pengertian sendiri, malah dunia menguasai hidup kita. Allah berfirman dalam 1Timotius 6:15, Tuhan Yesus adalah “Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan”. Seharusnya, Tuhanlah yang memerintah dan memegang kendali atas hidup kita.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/tuhanlah-rajaku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/piotr-makowski-EuAtvK05fqE-unsplash.jpg" alt="" width="4382" height="2975" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Menurut KBBI, raja berarti penguasa tertinggi suatu kerajaan, bangsa, atau negara. Jika diberi pertanyaan, siapakah raja kita, apa jawabnya? Secara teoritis, kita akan menjawab, raja kita adalah Tuhan. Tetapi dalam praktik, sering kali kita hidup seakan-akan tidak bertuhan. Kita hidup menurut pengertian sendiri, malah dunia menguasai hidup kita. Allah berfirman dalam 1Timotius 6:15, Tuhan Yesus adalah “Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan”. Seharusnya, Tuhanlah yang memerintah dan memegang kendali atas hidup kita.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/tuhanlah-rajaku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Buka Jalan, Buka Hidup 2025-02-06T14:57:55+07:00 2025-02-06T14:57:55+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/buka-jalan-buka-hidup Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/aaron-burden-9npCsdGQ4qU-unsplash.jpg" alt="" width="3121" height="4330" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;"><em>When a person can’t find a deep sense of meaning, they distract themselves with pleasure.</em> (Viktor Frankl)</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/buka-jalan-buka-hidup" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/aaron-burden-9npCsdGQ4qU-unsplash.jpg" alt="" width="3121" height="4330" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;"><em>When a person can’t find a deep sense of meaning, they distract themselves with pleasure.</em> (Viktor Frankl)</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/buka-jalan-buka-hidup" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Raja di Atas Segala Raja 2025-02-05T11:54:55+07:00 2025-02-05T11:54:55+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/raja-di-atas-segala-raja Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/image_2025-02-05_114353216.png" alt="" width="896" height="971" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Kristus memiliki keagungan sebagai Raja di atas segala raja. Hal ini mengingatkan kita akan posisi-Nya sebagai pusat kehidupan dan pemerintahan ilahi atas dunia ini. Firman Tuhan dalam 1Timotius 6:14-15 menggarisbawahi tugas kita untuk mematuhi perintah Allah dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga Yesus Kristus menyatakan diri-Nya pada waktu yang telah ditentukan. Ayat ini membawa kita pada pemahaman tentang kedatangan Kristus sebagai Raja di atas segala raja, adalah sebuah harapan yang menguatkan, sekaligus memanggil kita untuk hidup di bawah otoritas dan kasihNya.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Allah Sejati</strong></p> <p style="text-align: justify;">Dalam kenyataannya, setiap manusia mencari sesuatu yang dapat menjadi pusat hidupnya. Namun, apakah yang benar-benar menjadi pusat hidup kita? Alkitab berulang kali mengingatkan, hanya Allah sejatilah yang layak mendapatkan tempat tersebut. Di dunia yang penuh dengan beragam keinginan dan godaan, tidak jarang manusia menjadikan berbagai hal sebagai “berhala” dalam hidupnya, entah itu kekayaan, jabatan, atau pengakuan dari orang lain. Tanpa kita sadari, berhala-berhala ini dengan mudah mengambil alih posisi Allah di hati kita.</p> <p style="text-align: justify;">Namun, 1Timotius 6:15 menegaskan, hanya Allah, yang oleh Rasul Paulus disebut sebagai “Penguasa yang satu-satunya dan penuh berkat, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan,” yang layak menjadi pusat kehidupan kita. Sebagai umat yang percaya, kita diundang untuk merefleksikan, apakah Allah benar-benar menjadi pusat hidup kita, atau kita telah terdistraksi oleh hal-hal lain, yang dapat menggeser posisi Allah sebagai Raja dalam kehidupan kita. Mazmur 16:4 menegaskan, sukacita sejati hanya ditemukan ketika kita setia kepada Tuhan, dan tidak mengejar ilah lain. Menjadikan Allah sebagai pusat hidup akan membawa kita pada pengenalan yang lebih mendalam tentang Dia, dan membawa pada damai sejahtera yang kekal.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Kasihilah Tuhan Allahmu </strong></p> <p style="text-align: justify;">Perintah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan adalah perintah terbesar yang diberikan oleh Tuhan. Firman Tuhan dalam Ulangan 6:5 dan Matius 22:37-38 menyatakan, inti dari hukum adalah mengasihi Allah, bukan hanya melalui ritual keagamaan, tetapi seluruh aspek hidup kita. Mengasihi Tuhan berarti memberikan hati, pikiran, dan kehendak kita kepada-Nya, mengutamakan hubungan kita dengan Tuhan di atas segala hal lainnya.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam dunia yang semakin mengabaikan nilai-nilai ketuhanan, kita perlu menyadari pentingnya menjaga kehangatan kasih kita kepada Allah. Mengasihi Tuhan bukanlah sekadar perasaan emosional, melainkan komitmen yang teguh untuk menjalankan perintah-Nya, dan mencerminkan kasih tersebut dalam setiap tindakan kita. Kasih yang sejati kepada Tuhan akan terlihat dalam cara kita berelasi dengan sesama, mengasihi mereka seperti yang Tuhan kehendaki, dan menjalani setiap tanggung jawab hidup dengan kesadaran, segala sesuatu adalah untuk kemuliaanNya. Dalam terang ini, kita diajak untuk terus membangun kasih yang semakin mendalam kepada Tuhan, Sang Raja, yang telah lebih dahulu mengasihi kita dengan pengorbanan-Nya.&nbsp;</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Mata Kasih Allah</strong></p> <p style="text-align: justify;">Salah satu aspek yang membedakan Allah kita adalah kepedulianNya kepada semua orang, tanpa terkecuali. Di mata dunia, banyak orang dianggap kecil, tidak berarti, atau terpinggirkan. Namun, Allah dalam kasih karunia-Nya memandang setiap manusia berharga. Alkitab penuh dengan cerita tentang Tuhan, yang menunjukkan kasih karunia-Nya kepada mereka yang dianggap kecil oleh dunia, yaitu orang miskin, anakanak, orang asing, dan mereka yang terpinggirkan. Salah satu contoh yang sangat indah adalah bagaimana Yesus menyambut anak-anak yang dianggap remeh oleh orang dewasa pada zaman itu (Markus 10:13-16).</p> <p style="text-align: justify;">Melalui kasih-Nya, kita diingatkan, setiap manusia, tanpa terkecuali, adalah objek dari kasih dan perhatian Allah. Ketika menyadari, kita adalah bagian dari orang-orang yang kecil, tetapi mendapatkan kasih karunia yang besar, kita diundang untuk meneladani Allah dalam memperhatikan dan mengasihi sesama tanpa memandang status atau kedudukan. Kita diajak untuk tidak mengabaikan mereka yang dianggap rendah oleh dunia, melainkan melihat mereka dengan mata kasih Allah, yang memandang setiap orang dengan belas kasih dan penuh pengharapan.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Persiapkan Jalan Tuhan</strong></p> <p style="text-align: justify;">Seperti yang dikatakan Yohanes Pembaptis, tugas kita sebagai umat Allah adalah mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Persiapan ini bukan hanya sekadar ritual atau tradisi, tetapi juga menuntut pertobatan yang sungguh-sungguh. Yohanes Pembaptis menyerukan ini kepada orang banyak untuk menekankan, persiapan kedatangan Sang Raja dimulai dari hati yang bertobat dan hidup yang diubahkan. Persiapan ini bukan sekadar terjadi di permukaan, melainkan harus mencakup perubahan yang seutuhnya dalam kehidupan kita.</p> <p style="text-align: justify;">Menyiapkan jalan bagi Tuhan berarti membiarkan hidup kita menjadi refleksi kerajaan-Nya, membuang hal-hal yang tidak berkenan kepadaNya, dan membiarkan kasih-Nya bekerja di dalam kita. Menantikan kedatangan Yesus yang adalah Raja di atas segala raja, berarti kita dipanggil untuk menjalani hidup yang berpadanan dengan panggilan sebagai anak-anak Allah. Kita diundang untuk hidup dalam kebenaran dan kasih, menjadikan hidup sebagai saksi dari kasih dan kehadiran-Nya di dunia ini. Persiapan ini adalah sebuah proses yang memerlukan komitmen yang teguh, namun membawa kita kepada sukacita yang sejati, karena berada di jalan yang dipersiapkan bagi Sang Raja yang datang.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Kristus Pusat Hidup </strong></p> <p style="text-align: justify;">Firman Tuhan dalam 1Timotius 6:14-15 mengajak kita menjalani kehidupan dengan mengingat, Yesus Kristus akan datang sebagai Raja di atas segala raja. Dengan demikian, menjadikan Allah sebagai pusat hidup, mengasihi-Nya dengan sepenuh hati, mengenal kasih karunia-Nya yang mencakup semua manusia, dan mempersiapkan jalan bagi-Nya. Ini adalah tanggapan yang layak atas anugerah dan panggilan yang telah Ia berikan kepada kita.</p> <p style="text-align: justify;">Kiranya kita semua dapat semakin teguh dalam iman, dan dipanggil untuk menjalani kehidupan yang selaras dengan panggilan kita sebagai umat-Nya. Kiranya Sang Raja di atas segala raja memerintah di hati kita, sehingga hidup kita menjadi saksi kasih dan kuasa-Nya di dunia ini.</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/image_2025-02-05_114353216.png" alt="" width="896" height="971" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Kristus memiliki keagungan sebagai Raja di atas segala raja. Hal ini mengingatkan kita akan posisi-Nya sebagai pusat kehidupan dan pemerintahan ilahi atas dunia ini. Firman Tuhan dalam 1Timotius 6:14-15 menggarisbawahi tugas kita untuk mematuhi perintah Allah dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga Yesus Kristus menyatakan diri-Nya pada waktu yang telah ditentukan. Ayat ini membawa kita pada pemahaman tentang kedatangan Kristus sebagai Raja di atas segala raja, adalah sebuah harapan yang menguatkan, sekaligus memanggil kita untuk hidup di bawah otoritas dan kasihNya.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Allah Sejati</strong></p> <p style="text-align: justify;">Dalam kenyataannya, setiap manusia mencari sesuatu yang dapat menjadi pusat hidupnya. Namun, apakah yang benar-benar menjadi pusat hidup kita? Alkitab berulang kali mengingatkan, hanya Allah sejatilah yang layak mendapatkan tempat tersebut. Di dunia yang penuh dengan beragam keinginan dan godaan, tidak jarang manusia menjadikan berbagai hal sebagai “berhala” dalam hidupnya, entah itu kekayaan, jabatan, atau pengakuan dari orang lain. Tanpa kita sadari, berhala-berhala ini dengan mudah mengambil alih posisi Allah di hati kita.</p> <p style="text-align: justify;">Namun, 1Timotius 6:15 menegaskan, hanya Allah, yang oleh Rasul Paulus disebut sebagai “Penguasa yang satu-satunya dan penuh berkat, Raja di atas segala raja dan Tuan di atas segala tuan,” yang layak menjadi pusat kehidupan kita. Sebagai umat yang percaya, kita diundang untuk merefleksikan, apakah Allah benar-benar menjadi pusat hidup kita, atau kita telah terdistraksi oleh hal-hal lain, yang dapat menggeser posisi Allah sebagai Raja dalam kehidupan kita. Mazmur 16:4 menegaskan, sukacita sejati hanya ditemukan ketika kita setia kepada Tuhan, dan tidak mengejar ilah lain. Menjadikan Allah sebagai pusat hidup akan membawa kita pada pengenalan yang lebih mendalam tentang Dia, dan membawa pada damai sejahtera yang kekal.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Kasihilah Tuhan Allahmu </strong></p> <p style="text-align: justify;">Perintah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, dan kekuatan adalah perintah terbesar yang diberikan oleh Tuhan. Firman Tuhan dalam Ulangan 6:5 dan Matius 22:37-38 menyatakan, inti dari hukum adalah mengasihi Allah, bukan hanya melalui ritual keagamaan, tetapi seluruh aspek hidup kita. Mengasihi Tuhan berarti memberikan hati, pikiran, dan kehendak kita kepada-Nya, mengutamakan hubungan kita dengan Tuhan di atas segala hal lainnya.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam dunia yang semakin mengabaikan nilai-nilai ketuhanan, kita perlu menyadari pentingnya menjaga kehangatan kasih kita kepada Allah. Mengasihi Tuhan bukanlah sekadar perasaan emosional, melainkan komitmen yang teguh untuk menjalankan perintah-Nya, dan mencerminkan kasih tersebut dalam setiap tindakan kita. Kasih yang sejati kepada Tuhan akan terlihat dalam cara kita berelasi dengan sesama, mengasihi mereka seperti yang Tuhan kehendaki, dan menjalani setiap tanggung jawab hidup dengan kesadaran, segala sesuatu adalah untuk kemuliaanNya. Dalam terang ini, kita diajak untuk terus membangun kasih yang semakin mendalam kepada Tuhan, Sang Raja, yang telah lebih dahulu mengasihi kita dengan pengorbanan-Nya.&nbsp;</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Mata Kasih Allah</strong></p> <p style="text-align: justify;">Salah satu aspek yang membedakan Allah kita adalah kepedulianNya kepada semua orang, tanpa terkecuali. Di mata dunia, banyak orang dianggap kecil, tidak berarti, atau terpinggirkan. Namun, Allah dalam kasih karunia-Nya memandang setiap manusia berharga. Alkitab penuh dengan cerita tentang Tuhan, yang menunjukkan kasih karunia-Nya kepada mereka yang dianggap kecil oleh dunia, yaitu orang miskin, anakanak, orang asing, dan mereka yang terpinggirkan. Salah satu contoh yang sangat indah adalah bagaimana Yesus menyambut anak-anak yang dianggap remeh oleh orang dewasa pada zaman itu (Markus 10:13-16).</p> <p style="text-align: justify;">Melalui kasih-Nya, kita diingatkan, setiap manusia, tanpa terkecuali, adalah objek dari kasih dan perhatian Allah. Ketika menyadari, kita adalah bagian dari orang-orang yang kecil, tetapi mendapatkan kasih karunia yang besar, kita diundang untuk meneladani Allah dalam memperhatikan dan mengasihi sesama tanpa memandang status atau kedudukan. Kita diajak untuk tidak mengabaikan mereka yang dianggap rendah oleh dunia, melainkan melihat mereka dengan mata kasih Allah, yang memandang setiap orang dengan belas kasih dan penuh pengharapan.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Persiapkan Jalan Tuhan</strong></p> <p style="text-align: justify;">Seperti yang dikatakan Yohanes Pembaptis, tugas kita sebagai umat Allah adalah mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Persiapan ini bukan hanya sekadar ritual atau tradisi, tetapi juga menuntut pertobatan yang sungguh-sungguh. Yohanes Pembaptis menyerukan ini kepada orang banyak untuk menekankan, persiapan kedatangan Sang Raja dimulai dari hati yang bertobat dan hidup yang diubahkan. Persiapan ini bukan sekadar terjadi di permukaan, melainkan harus mencakup perubahan yang seutuhnya dalam kehidupan kita.</p> <p style="text-align: justify;">Menyiapkan jalan bagi Tuhan berarti membiarkan hidup kita menjadi refleksi kerajaan-Nya, membuang hal-hal yang tidak berkenan kepadaNya, dan membiarkan kasih-Nya bekerja di dalam kita. Menantikan kedatangan Yesus yang adalah Raja di atas segala raja, berarti kita dipanggil untuk menjalani hidup yang berpadanan dengan panggilan sebagai anak-anak Allah. Kita diundang untuk hidup dalam kebenaran dan kasih, menjadikan hidup sebagai saksi dari kasih dan kehadiran-Nya di dunia ini. Persiapan ini adalah sebuah proses yang memerlukan komitmen yang teguh, namun membawa kita kepada sukacita yang sejati, karena berada di jalan yang dipersiapkan bagi Sang Raja yang datang.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Kristus Pusat Hidup </strong></p> <p style="text-align: justify;">Firman Tuhan dalam 1Timotius 6:14-15 mengajak kita menjalani kehidupan dengan mengingat, Yesus Kristus akan datang sebagai Raja di atas segala raja. Dengan demikian, menjadikan Allah sebagai pusat hidup, mengasihi-Nya dengan sepenuh hati, mengenal kasih karunia-Nya yang mencakup semua manusia, dan mempersiapkan jalan bagi-Nya. Ini adalah tanggapan yang layak atas anugerah dan panggilan yang telah Ia berikan kepada kita.</p> <p style="text-align: justify;">Kiranya kita semua dapat semakin teguh dalam iman, dan dipanggil untuk menjalani kehidupan yang selaras dengan panggilan kita sebagai umat-Nya. Kiranya Sang Raja di atas segala raja memerintah di hati kita, sehingga hidup kita menjadi saksi kasih dan kuasa-Nya di dunia ini.</p> Bukan Sekadar atau Ala Kadarnya 2025-02-04T11:29:20+07:00 2025-02-04T11:29:20+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/bukan-sekadar-atau-ala-kadarnya Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/yannick-pulver-FAU2NI1Uixg-unsplash.jpg" alt="" width="6240" height="4160" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Sebagai orang yang bertemperamen flegmatis, saya cenderung melakukan segala sesuatu secara ala kadarnya, artinya tidak berlebihan, bahkan sering juga melakukan kecerobohan. Tentunya hal ini tidak saya kehendaki, namun itulah yang saya lakukan. Tidak munafik, sering kali saya pun mengharapkan pujian dari orang lain atas apa yang sudah saya lakukan.</p> <p style="text-align: justify;">Melalui kalimat yang disampaikan dalam buku <em>Santapan Harian,</em> Sabtu, 1 Februari 2025, dengan bacaan yang diambil dari Keluaran 25:10-22, saya menjadi tertegur atas sikap saya selama ini. Dikatakan di sana, “Terlihat bahwa mereka (bangsa Israel) membuat ini semua bukan karena itu yang tampak indah atau terkesan megah bagi mereka, melainkan karena<strong> itulah yang dikehendaki TUHAN</strong>.” Dalam membuat tabut perjanjian, TUHAN memberi instruksi yang sangat rinci kepada umat Israel, dalam hal bahan, ukuran, lapisan aksesori, maupun pelengkapnya. Selama ini, ketika membaca ayat-ayat Alkitab demikian, saya hanya menganggap, umat Israel “sekadar” mengikuti apa yang diminta TUHAN. Namun, ternyata dibutuhkan ketaatan untuk menjalankannya. TUHAN meminta umat-Nya untuk membuat semua itu dengan teliti, terlihat dari apa yang diinstruksikan-Nya kepada umat Israel. Tentunya, apa yang dibuat bangsa Israel mengundang decak kagum bangsa-bangsa lain. Namun, ternyata mereka bukan sekadar membuat sesuatu yang “wow”, tetapi karena memang itulah yang dikehendaki TUHAN.</p> <p style="text-align: justify;">Saya jadi teringat akan gereja kita sedang membangun gedung gereja. Pertanyaan yang patut direnungkan bagi kita semua, apakah dalam membangun gedung gereja, kita hanya mementingkan keindahan dan kemegahannya, ataukah kita sudah terlebih dahulu bersungguh-sungguh mencari kehendak TUHAN?</p> <p style="text-align: justify;">Semoga selanjutnya, kita semua dapat lebih bersungguh-sungguh mencari kehendak TUHAN, mendengarkan perintah-Nya, lebih teliti dan bertanggung jawab, sehingga apa saja yang kita lakukan, tidak dilakukan untuk sekadar mencari nama atau ala kadarnya saja, sehingga melalui itu semua, nama TUHAN dimuliakan.</p> <p style="text-align: justify;">*Penulis adalah anggota GKI Gading Serpong.</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/yannick-pulver-FAU2NI1Uixg-unsplash.jpg" alt="" width="6240" height="4160" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Sebagai orang yang bertemperamen flegmatis, saya cenderung melakukan segala sesuatu secara ala kadarnya, artinya tidak berlebihan, bahkan sering juga melakukan kecerobohan. Tentunya hal ini tidak saya kehendaki, namun itulah yang saya lakukan. Tidak munafik, sering kali saya pun mengharapkan pujian dari orang lain atas apa yang sudah saya lakukan.</p> <p style="text-align: justify;">Melalui kalimat yang disampaikan dalam buku <em>Santapan Harian,</em> Sabtu, 1 Februari 2025, dengan bacaan yang diambil dari Keluaran 25:10-22, saya menjadi tertegur atas sikap saya selama ini. Dikatakan di sana, “Terlihat bahwa mereka (bangsa Israel) membuat ini semua bukan karena itu yang tampak indah atau terkesan megah bagi mereka, melainkan karena<strong> itulah yang dikehendaki TUHAN</strong>.” Dalam membuat tabut perjanjian, TUHAN memberi instruksi yang sangat rinci kepada umat Israel, dalam hal bahan, ukuran, lapisan aksesori, maupun pelengkapnya. Selama ini, ketika membaca ayat-ayat Alkitab demikian, saya hanya menganggap, umat Israel “sekadar” mengikuti apa yang diminta TUHAN. Namun, ternyata dibutuhkan ketaatan untuk menjalankannya. TUHAN meminta umat-Nya untuk membuat semua itu dengan teliti, terlihat dari apa yang diinstruksikan-Nya kepada umat Israel. Tentunya, apa yang dibuat bangsa Israel mengundang decak kagum bangsa-bangsa lain. Namun, ternyata mereka bukan sekadar membuat sesuatu yang “wow”, tetapi karena memang itulah yang dikehendaki TUHAN.</p> <p style="text-align: justify;">Saya jadi teringat akan gereja kita sedang membangun gedung gereja. Pertanyaan yang patut direnungkan bagi kita semua, apakah dalam membangun gedung gereja, kita hanya mementingkan keindahan dan kemegahannya, ataukah kita sudah terlebih dahulu bersungguh-sungguh mencari kehendak TUHAN?</p> <p style="text-align: justify;">Semoga selanjutnya, kita semua dapat lebih bersungguh-sungguh mencari kehendak TUHAN, mendengarkan perintah-Nya, lebih teliti dan bertanggung jawab, sehingga apa saja yang kita lakukan, tidak dilakukan untuk sekadar mencari nama atau ala kadarnya saja, sehingga melalui itu semua, nama TUHAN dimuliakan.</p> <p style="text-align: justify;">*Penulis adalah anggota GKI Gading Serpong.</p> Memelihara Kesetiaan Melayani 2025-01-17T10:32:22+07:00 2025-01-17T10:32:22+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/memelihara-kesetiaan-melayani Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="253" height="199" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Kalau ditanya, bagaimana Anda dapat memelihara kesetiaan melayani? Jawabannya mungkin berkisar di seputar kemampuan, ketersediaan waktu, dan idealisme, bahkan mungkin juga karena ada kesenangan hati, supaya memperoleh pujian. Jawaban yang kita peroleh mungkin seperti ini, “<em>Ya, senang melayani, sebab dengan begitu dapat memuaskan diri</em>,” atau “<em>suka sekali menolong dan membantu, saya jadi ikut berbahagia</em>,” dan mungkin masih banyak lagi kalimat lain yang menunjukkan motivasinya. Sekiranya kita hanya melayani karena kemampuan, ketersediaan waktu, idealisme, dan kepuasan, maka kita tidak dapat memelihara kesetiaan setelah motivasi dan idealisme mengalami perubahan, bukan?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/memelihara-kesetiaan-melayani" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="253" height="199" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Kalau ditanya, bagaimana Anda dapat memelihara kesetiaan melayani? Jawabannya mungkin berkisar di seputar kemampuan, ketersediaan waktu, dan idealisme, bahkan mungkin juga karena ada kesenangan hati, supaya memperoleh pujian. Jawaban yang kita peroleh mungkin seperti ini, “<em>Ya, senang melayani, sebab dengan begitu dapat memuaskan diri</em>,” atau “<em>suka sekali menolong dan membantu, saya jadi ikut berbahagia</em>,” dan mungkin masih banyak lagi kalimat lain yang menunjukkan motivasinya. Sekiranya kita hanya melayani karena kemampuan, ketersediaan waktu, idealisme, dan kepuasan, maka kita tidak dapat memelihara kesetiaan setelah motivasi dan idealisme mengalami perubahan, bukan?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/memelihara-kesetiaan-melayani" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Teodise dan Bencana 2025-01-15T11:42:09+07:00 2025-01-15T11:42:09+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/teodise-dan-bencana Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/inna-safa-LM5WDbH8Slo-unsplash.jpg" alt="" width="6000" height="3376" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Gempa bumi di Lisabon pada tahun 1755 yang menewaskan lima belas ribu jiwa, termasuk ibu dan anak-anak memicu kemarahan Voltaire. Dengan suara keras, Voltaire menyalahkan Allah yang membiarkan gempa bumi itu terjadi. “Bencana itu tidak perlu terjadi, bila Allah tidak mengizinkannya!” katanya berapi-api.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/teodise-dan-bencana" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/inna-safa-LM5WDbH8Slo-unsplash.jpg" alt="" width="6000" height="3376" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Gempa bumi di Lisabon pada tahun 1755 yang menewaskan lima belas ribu jiwa, termasuk ibu dan anak-anak memicu kemarahan Voltaire. Dengan suara keras, Voltaire menyalahkan Allah yang membiarkan gempa bumi itu terjadi. “Bencana itu tidak perlu terjadi, bila Allah tidak mengizinkannya!” katanya berapi-api.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/teodise-dan-bencana" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Guru Sekolah Minggu yang Berpengaruh 2025-01-08T18:11:38+07:00 2025-01-08T18:11:38+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/guru-sekolah-minggu-yang-berpengaruh Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/ben-white-qDY9ahp0Mto-unsplash.jpg" alt="" width="6016" height="4016" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Pernah gak <em>sih,</em> kita memikirkan kenapa anak mau datang ke sekolah Minggu? Mungkin anak-anak akan menjawab sekalian orang tua beribadah ke gereja, agar ada kegiatan di hari Minggu, atau dijanjikan diberi sesuatu. Pola pikir seperti ini salah kaprah, dan membuat anak-anak datang ke sekolah Minggu bukan karena kesadaran pribadi, melainkan karena paksaan atau iming-iming orang tua.</p> <p style="text-align: justify;">Sekolah Minggu memperkenalkan Tuhan secara sederhana melalui perantaraan guru sekolah Minggu (GSM), bersamaan dengan terlaksananya ibadah untuk orang tua, karena pada dasarnya kita harus memupuk keinginan untuk mengenal pribadi Juru Selamat dan Tuhan itu pada diri anak-anak. Yang penting bukan salah atau benarnya tujuan anak datang ke sekolah Minggu, tetapi apakah anak tersebut akan mendapatkan berkat.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam <a href="https://www.erista.io/id/blog/5-manfaat-sekolah-minggu-bagi-pertumbuhan-iman-si-kecil-moms-wajib-tahu">https://www.erista.io/id/blog/5-manfaat-sekolah-minggu-bagi-pertumbuhan-iman-si-kecil-moms-wajib-tahu</a>&nbsp;dibahas mengenai pentingnya memperkenalkan sekolah Minggu sejak dini kepada anak-anak, yaitu untuk menanamkan pembelajaran firman Tuhan dalam kehidupan anak. Cara penyampaiannya juga tidak bisa disamakan dengan tata cara penyampaian kepada orang dewasa, supaya anak tidak cepat bosan, atau bahkan tidak mau datang ke sekolah Minggu lagi.</p> <p style="text-align: justify;">Guru sekolah Minggu harus dapat menyampaikan firman Tuhan sesuai cara pemikiran seorang anak. Ia perlu mencoba memosisikan diri sebagai seorang anak sekolah Minggu, dan mengetahui apa yang disukai anak-anak. Anak kecil menyukai cerita yang beralur seperti dongeng, tetapi GSM harus berhati-hati, jika suaranya terlalu sendu/halus/datar, anak pun akan cepat bosan, bahkan tertidur. Jadi GSM harus menguasai teknik vokal dan mencoba melibatkan anak dalam cerita yang akan dibawakan.</p> <p style="text-align: justify;">Tidak mudah menjadi seorang GSM, karena banyak peran yang diembannya. Mereka menjadi perwakilan orang tua atau wali sementara, dalam waktu kurang lebih dua jam itu. Mereka juga memiliki tanggung jawab sangat besar, untuk menjalankan firman Tuhan dalam kehidupann mereka sendiri, agar tidak menjadi batu sandungan bagi anak-anak, memotivasi anak untuk tetap setia berada di jalan Tuhan, menjadi teladan dalam menanamkan karakter Tuhan dalam kehidupan mereka. Ini semua harus dilakukan tanpa kehilangan fokus pikirannya, sambil memosisikan diri sebagai pribadi anak-anak yang ceria dan tanpa beban saat datang ke sekolah Minggu.</p> <p style="text-align: justify;">Meskipun masing-masing anak sudah bersekolah, mereka tetap perlu mengikuti sekolah Minggu. Di sekolah Minggu, anak-anak mendapatkan persekutuan yang intim, sehingga ia bisa bertumbuh bersama-sama dengan anak-anak lainnya. Mereka tidak datang hanya untuk menyanyi, mendengarkan firman, dan mengikuti aktivitas, melainkan juga dilatih untuk melayani sesama, seperti saling mendoakan, setelah sebelumnya menanyakan apa yang mau didoakan.</p> <p style="text-align: justify;">Hal penting lain yang menunjang pembelajaran di sekolah Minggu adalah kegiatan atau aktivitas, yang disesuaikan dengan firman Tuhan yang disampaikan. Anak-anak cenderung sulit mengingat pengajaran yang disampaikan secara lisan. Dengan adanya aktivitas, mereka dapat mengingat firman yang sudah disampaikan, sehingga lebih mudah menceritakannya kepada orang tua.</p> <p style="text-align: justify;">Sungguh mulia peran para GSM yang telah bersedia meluangkan waktu untuk melayani di sekolah Minggu. Namun, semua itu akan sia-sia, jika dilakukan dengan terpaksa atau ikut-ikutan, apalagi hanya untuk dilihat manusia, dan bukan untuk melayani Tuhan, tanpa hati, sebagai suatu rutinitas. Menjadi seorang GSM bukan seperti bekerja di kantor, yang sewaktu-waktu bisa ditinggalkan bila sudah bosan, berpindah ke ladang pelayanan lain. Kepadanya dituntut komitmen dan tanggung jawab kepada Tuhan atas anak-anak yang telah dititipkan-Nya.</p> <p style="text-align: justify;">*Penulis adalah guru Sekolah Minggu GKI Gading Serpong kelas 4 siang.</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/ben-white-qDY9ahp0Mto-unsplash.jpg" alt="" width="6016" height="4016" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Pernah gak <em>sih,</em> kita memikirkan kenapa anak mau datang ke sekolah Minggu? Mungkin anak-anak akan menjawab sekalian orang tua beribadah ke gereja, agar ada kegiatan di hari Minggu, atau dijanjikan diberi sesuatu. Pola pikir seperti ini salah kaprah, dan membuat anak-anak datang ke sekolah Minggu bukan karena kesadaran pribadi, melainkan karena paksaan atau iming-iming orang tua.</p> <p style="text-align: justify;">Sekolah Minggu memperkenalkan Tuhan secara sederhana melalui perantaraan guru sekolah Minggu (GSM), bersamaan dengan terlaksananya ibadah untuk orang tua, karena pada dasarnya kita harus memupuk keinginan untuk mengenal pribadi Juru Selamat dan Tuhan itu pada diri anak-anak. Yang penting bukan salah atau benarnya tujuan anak datang ke sekolah Minggu, tetapi apakah anak tersebut akan mendapatkan berkat.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam <a href="https://www.erista.io/id/blog/5-manfaat-sekolah-minggu-bagi-pertumbuhan-iman-si-kecil-moms-wajib-tahu">https://www.erista.io/id/blog/5-manfaat-sekolah-minggu-bagi-pertumbuhan-iman-si-kecil-moms-wajib-tahu</a>&nbsp;dibahas mengenai pentingnya memperkenalkan sekolah Minggu sejak dini kepada anak-anak, yaitu untuk menanamkan pembelajaran firman Tuhan dalam kehidupan anak. Cara penyampaiannya juga tidak bisa disamakan dengan tata cara penyampaian kepada orang dewasa, supaya anak tidak cepat bosan, atau bahkan tidak mau datang ke sekolah Minggu lagi.</p> <p style="text-align: justify;">Guru sekolah Minggu harus dapat menyampaikan firman Tuhan sesuai cara pemikiran seorang anak. Ia perlu mencoba memosisikan diri sebagai seorang anak sekolah Minggu, dan mengetahui apa yang disukai anak-anak. Anak kecil menyukai cerita yang beralur seperti dongeng, tetapi GSM harus berhati-hati, jika suaranya terlalu sendu/halus/datar, anak pun akan cepat bosan, bahkan tertidur. Jadi GSM harus menguasai teknik vokal dan mencoba melibatkan anak dalam cerita yang akan dibawakan.</p> <p style="text-align: justify;">Tidak mudah menjadi seorang GSM, karena banyak peran yang diembannya. Mereka menjadi perwakilan orang tua atau wali sementara, dalam waktu kurang lebih dua jam itu. Mereka juga memiliki tanggung jawab sangat besar, untuk menjalankan firman Tuhan dalam kehidupann mereka sendiri, agar tidak menjadi batu sandungan bagi anak-anak, memotivasi anak untuk tetap setia berada di jalan Tuhan, menjadi teladan dalam menanamkan karakter Tuhan dalam kehidupan mereka. Ini semua harus dilakukan tanpa kehilangan fokus pikirannya, sambil memosisikan diri sebagai pribadi anak-anak yang ceria dan tanpa beban saat datang ke sekolah Minggu.</p> <p style="text-align: justify;">Meskipun masing-masing anak sudah bersekolah, mereka tetap perlu mengikuti sekolah Minggu. Di sekolah Minggu, anak-anak mendapatkan persekutuan yang intim, sehingga ia bisa bertumbuh bersama-sama dengan anak-anak lainnya. Mereka tidak datang hanya untuk menyanyi, mendengarkan firman, dan mengikuti aktivitas, melainkan juga dilatih untuk melayani sesama, seperti saling mendoakan, setelah sebelumnya menanyakan apa yang mau didoakan.</p> <p style="text-align: justify;">Hal penting lain yang menunjang pembelajaran di sekolah Minggu adalah kegiatan atau aktivitas, yang disesuaikan dengan firman Tuhan yang disampaikan. Anak-anak cenderung sulit mengingat pengajaran yang disampaikan secara lisan. Dengan adanya aktivitas, mereka dapat mengingat firman yang sudah disampaikan, sehingga lebih mudah menceritakannya kepada orang tua.</p> <p style="text-align: justify;">Sungguh mulia peran para GSM yang telah bersedia meluangkan waktu untuk melayani di sekolah Minggu. Namun, semua itu akan sia-sia, jika dilakukan dengan terpaksa atau ikut-ikutan, apalagi hanya untuk dilihat manusia, dan bukan untuk melayani Tuhan, tanpa hati, sebagai suatu rutinitas. Menjadi seorang GSM bukan seperti bekerja di kantor, yang sewaktu-waktu bisa ditinggalkan bila sudah bosan, berpindah ke ladang pelayanan lain. Kepadanya dituntut komitmen dan tanggung jawab kepada Tuhan atas anak-anak yang telah dititipkan-Nya.</p> <p style="text-align: justify;">*Penulis adalah guru Sekolah Minggu GKI Gading Serpong kelas 4 siang.</p> Resolusi dan Revolusi 2025-01-06T10:37:17+07:00 2025-01-06T10:37:17+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/resolusi-dan-revolusi Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/jon-tyson-FlHdnPO6dlw-unsplash.jpg" alt="" width="2439" height="3248" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), revolusi memiliki beberapa arti, salah satunya adalah perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang, sedangkan resolusi adalah putusan atau kebulatan pendapat, berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang), pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal. Bagi masyarakat umum, resolusi juga diartikan sebagai daftar yang ingin dicapai oleh seseorang di tahun berikutnya. Resolusi tahun baru biasanya berisi hal-hal atau rencana yang ingin dilakukan, seperti makan makanan yang lebih sehat, lebih memperhatikan orang-orang yang dicintai, atau mengelola keuangan dengan lebih baik.</p> <p style="text-align: justify;">Setiap awal tahun, kebanyakan dari kita akan membuat resolusi. Jujur, di akhir tahun lalu, saya enggan memikirkan resolusi apa saja yang akan saya lakukan di tahun yang akan datang, karena merasa hidup ini berjalan biasa saja, percuma saja membuat resolusi. Kemudian, secara bergurau, orang terdekat saya menyebut kata revolusi, memelesetkan kata resolusi, yang sering disebut di awal tahun. Terbersit di benak saya, “Hmm…, mungkin memang perlu revolusi dalam membuat isi resolusi.”</p> <p style="text-align: justify;">Perubahan mendasar apa yang perlu saya buat tahun ini? Mungkin sesederhana kata “memaafkan”, memaafkan orang-orang yang mungkin menyakiti hati saya. Kata yang sederhana, tetapi sulit dilaksanakan. Kalimat dalam Doa Bapa Kami yang sering diucapkan atau pun dilantunkan, “Ampunilah kami, seperti kami pun mengampuni orang yang bersalah kepada kami”, hanya sekadar menjadi <em>lip service.</em> Ketidakberdayaan karena hanya mengandalkan diri sendiri, membuat saya tidak sanggup melakukannya. Perenungan di akhir tahun mengingatkan, saya tidak akan sanggup mengampuni, jika tidak meminta kesanggupan untuk mengampuni dari Tuhan. Kiranya Roh Kudus memampukan kita menjalankan resolusi untuk merevolusi diri, supaya semakin hari semakin menyerupai Kristus, dan pada akhirnya nanti kita disebut sebagai hamba yang setia, bukan sebagai penghujat Roh Kudus, karena tidak mau berubah, sekalipun sudah mengetahui kebenaran.</p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: 'Times New Roman', serif;">*Penulis adalah anggota GKI Gading Serpong.</span></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/jon-tyson-FlHdnPO6dlw-unsplash.jpg" alt="" width="2439" height="3248" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), revolusi memiliki beberapa arti, salah satunya adalah perubahan yang cukup mendasar dalam suatu bidang, sedangkan resolusi adalah putusan atau kebulatan pendapat, berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang), pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan tentang suatu hal. Bagi masyarakat umum, resolusi juga diartikan sebagai daftar yang ingin dicapai oleh seseorang di tahun berikutnya. Resolusi tahun baru biasanya berisi hal-hal atau rencana yang ingin dilakukan, seperti makan makanan yang lebih sehat, lebih memperhatikan orang-orang yang dicintai, atau mengelola keuangan dengan lebih baik.</p> <p style="text-align: justify;">Setiap awal tahun, kebanyakan dari kita akan membuat resolusi. Jujur, di akhir tahun lalu, saya enggan memikirkan resolusi apa saja yang akan saya lakukan di tahun yang akan datang, karena merasa hidup ini berjalan biasa saja, percuma saja membuat resolusi. Kemudian, secara bergurau, orang terdekat saya menyebut kata revolusi, memelesetkan kata resolusi, yang sering disebut di awal tahun. Terbersit di benak saya, “Hmm…, mungkin memang perlu revolusi dalam membuat isi resolusi.”</p> <p style="text-align: justify;">Perubahan mendasar apa yang perlu saya buat tahun ini? Mungkin sesederhana kata “memaafkan”, memaafkan orang-orang yang mungkin menyakiti hati saya. Kata yang sederhana, tetapi sulit dilaksanakan. Kalimat dalam Doa Bapa Kami yang sering diucapkan atau pun dilantunkan, “Ampunilah kami, seperti kami pun mengampuni orang yang bersalah kepada kami”, hanya sekadar menjadi <em>lip service.</em> Ketidakberdayaan karena hanya mengandalkan diri sendiri, membuat saya tidak sanggup melakukannya. Perenungan di akhir tahun mengingatkan, saya tidak akan sanggup mengampuni, jika tidak meminta kesanggupan untuk mengampuni dari Tuhan. Kiranya Roh Kudus memampukan kita menjalankan resolusi untuk merevolusi diri, supaya semakin hari semakin menyerupai Kristus, dan pada akhirnya nanti kita disebut sebagai hamba yang setia, bukan sebagai penghujat Roh Kudus, karena tidak mau berubah, sekalipun sudah mengetahui kebenaran.</p> <p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: 'Times New Roman', serif;">*Penulis adalah anggota GKI Gading Serpong.</span></p> Mengajarkan tentang Uang Sedini Mungkin kepada Anak 2024-12-13T20:37:37+07:00 2024-12-13T20:37:37+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mengajarkan-tentang-uang-sedini-mungkin-kepada-anak Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/alexander-grey-rItGZ4vquWk-unsplash.jpg" alt="" width="5616" height="3744" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Mengajarkan tentang uang kepada anak sejak usia dini merupakan tantangan tersendiri bagi orang tua, karena anak masih polos dan belum memahami tentang uang sama sekali. Orang tua pun dituntut untuk dapat memberi contoh yang dapat dilihat, dirasakan, dan ditiru oleh anak. Orang tua harus mempraktikkan apa yang mereka katakan dan ajarkan. Selain itu, orang tua harus sabar, disiplin, dan konsisten dalam membimbing anak-anak mereka memahami tentang uang dan cara mengelolanya. Jangankan mengajarkan tentang uang, membangunkan mereka di pagi hari saja memerlukan perjuangan tersendiri!</p> <p style="text-align: justify;">Bagi sebagian dari kita, terutama generasi <em>baby boomers</em> dan generasi X, pemahaman tentang uang bukanlah sesuatu yang dianggap penting pada masa anak-anak. Saat itu, kita hidup "mengalir" saja, dan belum banyak informasi yang memadai mengenai pemahaman tentang uang. Andai waktu bisa diputar kembali, penulis ingin dapat mengelola keuangan sejak dini.</p> <p style="text-align: justify;">Mengelola keuangan bukanlah sekedar menghitung, mengalokasikan, dan mengembangkan dana yang ada, tetapi juga berhubungan erat dengan bagaimana mengendalikan keinginan-keinginan kita, mengubah pola pikir, memahami, serta menetapkan tujuan-tujuan yang jelas dan terukur. Sering kali, kegagalan dalam mengelola keuangan terjadi bukan karena kita salah menghitung atau salah alokasi, tetapi karena kita gagal mengendalikan keinginan-keinginan kita yang begitu banyak, memilah antara kebutuhan dan keinginan, serta menunda kesenangan yang selalu ingin dipuaskan.</p> <p style="text-align: justify;">Tak ingin mengulangi kesalahan, penulis mempelajari bagaimana mengajarkan cara mengelola keuangan sejak dini kepada anak-anak. Dari beberapa literatur, cara paling efektif mengajari anak mengelola keuangan adalah dengan memberi contoh. Orang tua, terutama ibu, perlu memberi contoh bagaimana mengelola keuangan, serta memahami "rasa uang" kepada anaknya.</p> <p style="text-align: justify;">Rasa uang yang dimaksud bukanlah apa yang dirasakan saat lidah kita mencicipi makanan, melainkan lebih pada pemahaman kita tentang uang. Dalam hal ini, ibulah yang paling tahu dan memahami rasa uang.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Berhemat</strong></p> <p style="text-align: justify;">Orang tua dapat mengajarkan anak menggunakan apa yang ada di rumah dan barang-barang yang mereka miliki semaksimal dan seefisien mungkin. Mengajarkan bahwa barang-barang tersebut semuanya dibeli dengan uang, sehingga ada nilainya. Bahkan, barang-barang tertentu mempunyai ceritanya sendiri, atau ada perjuangan tersendiri dalam memperolehnya, sehingga mempunyai nilai sejarah.</p> <p style="text-align: justify;">Hal ini tampak sederhana, tetapi orang tua perlu dengan sabar, terus-menerus, dan konsisten mengajarkan serta memberi contoh kepada anak-anak, termasuk mereka yang karena kemampuan ekonomi, memandang hal ini bukan suatu prioritas.</p> <p style="text-align: justify;">Alkitab dengan sangat jelas mengajarkan kepada kita untuk mencukupkan diri dengan apa yang ada pada kita, seperti tertulis dalam Ibrani 13:5, “Janganlah menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman, ‘Aku sekali-kali tidak akan mengabaikan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Bijaksana </strong></p> <p style="text-align: justify;">Sebagai orang tua, kita tentu sudah tahu harus menggunakan uang dengan bijak. Namun, apakah kita sudah mengajarkan dan memberi contoh yang baik pada anak kita? Setidaknya ada lima hal yang perlu diajarkan pada anak kita, sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu, yaitu apakah barang tersebut memang sangat dibutuhkan? Apakah sudah sesuai kebutuhan? Apakah harganya sesuai dengan kegunaannya? Apakah ada barang pengganti yang lebih murah, tetapi memiliki fungsi dan kegunaan yang sama? Apakah harus dibeli saat ini atau bisa ditunda? Saat orang tua menerapkan kelima hal di atas, anak dapat melihat, merasakan, dan menirunya, apalagi bila anak dilibatkan dalam proses menilai barang, dan memutuskan perlu membelinya atau tidak. Amsal 21:20 mengajar kita untuk menggunakan uang dengan baik dan bijak, “Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang bebal memboroskannya.”</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Proses Mengumpulkannya</strong></p> <p style="text-align: justify;">Anak-anak perlu memahami, menabung di bank ataupun di celengan mempunyai tujuan lebih dari sekadar membeli sesuatu atau pergi berlibur. Namun lebih dari itu, menabung mengajarkan hal-hal yang lebih penting, misalnya melatih anak untuk berdisiplin dan konsisten. Anak perlu memahami, untuk mencapai sesuatu perlu kedisiplinan dan konsistensi, yang dilakukan secara terus-menerus dari waktu ke waktu. Kedua, melatih anak untuk bersabar. Anak perlu belajar menjalani proses, langkah demi langkah untuk memperoleh dan menghasilkan sesuatu, bahwa perlu kesabaran, karena tidak ada yang serba instan. Ketiga, anak perlu belajar menikmati setiap tahapan proses menabung, yang berlangsung selama seminggu, sebulan, bahkan bertahun-tahun, dengan melihat bagaimana tabungannya bertambah dan bertumbuh, seiring berjalannya waktu. Alkitab mengajari kita cara mengumpulkan uang dengan bijak dalam Amsal 13:11, “Harta yang mudah diperoleh akan berkurang, tetapi siapa yang mengumpulkan sedikit demi sedikit, akan membuatnya bertambah.”</p> <p style="text-align: justify;">Dalam proses menabung dan mengumpulkan uang ini, orang tua juga perlu mengajarkan pada anaknya beberapa hal, misalnya menabung atau mengumpulkan uang bukan semata-mata demi besarnya uang yang diperoleh atau dihasilkan, tetapi bagaimana mengelola pengeluaran, kebutuhan, dan keinginan kita. Kemampuan menabung atau mengumpulkan uang berhubungan erat dengan mengendalikan ego, supaya tidak terpancing mengikuti tren yang sedang populer. Kemampuan menabung secara tidak langsung menunjukkan kerendahan hati dan rasa syukur atas segala sesuatu yang kita miliki dan nikmati. Dengan menabung, kita akan lebih fleksibel dan memiliki kekuatan tawar-menawar dalam menentukan sesuatu. Hal ini juga berlaku untuk orang dewasa, yang akan menentukan karier dan pilihan-pilihan penting lainnya dalam hidup. Bila anak-anak sudah dewasa, kebiasaan menabung ini akan sangat berguna pada saat mereka berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang ada. Kedisiplinan, kesabaran, kesadaran segala sesuatu perlu proses dan waktu untuk berkembang, adalah prinsip dalam berinvestasi, bukan ilmu atau perhitungan yang rumit.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Sukacita Memberi </strong></p> <p style="text-align: justify;">Anak perlu merasakan sukacita pada waktu berbagi dan memberi, terutama kepada orang-orang yang membutuhkan. Pertama-tama, orang tua perlu menceritakan tentang pemberian Allah yang terbesar, yaitu Ia telah mengutus Anak-Nya yang tunggal, Yesus, untuk menyelamatkan manusia. Selanjutnya, bertemu atau melihat kondisi anak lain yang berkekurangan, dan menceritakan teladan baik dari orang-orang yang suka memberi, akan menolong anak-anak mengembangkan rasa sukacita saat memberi. Orang tua juga perlu menekankan, memberi adalah salah satu ungkapan rasa syukur atas semua berkat yang sudah Tuhan berikan.</p> <p style="text-align: justify;">Ayat-ayat Alkitab yang mendasari mereka untuk memberi dan berbagi, dapat kita ajarkan dan jadikan sebagai ayat hafalan, beberapa di antaranya adalah 2Korintus 9:7, “Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” Mazmur 104:28, “Apabila Engkau memberikannya, mereka mengumpulkannya; apabila Engkau membuka tangan-Mu, mereka kenyang dengan segala yang baik.” Ulangan 15:10, “Engkau harus memberi kepadanya dengan limpahnya dan janganlah dengan berat hati apabila engkau memberi kepadanya. Sebab, oleh karena itulah TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu, segala yang diupayakan tanganmu.” Mengajarkan tentang uang pada anak sejak dini berarti juga mengajarkan mereka untuk senantiasa mensyukuri apa yang mereka miliki, dan menyadari semua itu berasal dari Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">Peran orang tua sangatlah besar untuk memberikan pemahaman yang benar tentang uang, bukan hanya sebatas perkataan, tetapi juga dengan memberikan contoh nyata yang bisa mereka lihat, rasakan, dan lakukan dalam kehidupan mereka. Untuk itu, orang tua juga harus terus belajar dan memperbaiki diri, untuk dapat mengajarkan, sekaligus memberi contoh yang baik kepada anak-anak. Semakin bertambah usia mereka, akan semakin dinamis dan kompleks kebutuhan pemahaman mereka tentang uang. Mereka akan menggumuli bagaimana mengelola antara keinginan dan kebutuhan, yang sedikit banyak dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan mereka, alokasi tabungan dan investasi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia mereka, sampai saatnya orang tua melepas mereka ke jenjang kehidupan selanjutnya, bekerja dan berkeluarga.</p> <p style="text-align: justify;">*Penulis adalah seorang pemerhati keuangan.</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/alexander-grey-rItGZ4vquWk-unsplash.jpg" alt="" width="5616" height="3744" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Mengajarkan tentang uang kepada anak sejak usia dini merupakan tantangan tersendiri bagi orang tua, karena anak masih polos dan belum memahami tentang uang sama sekali. Orang tua pun dituntut untuk dapat memberi contoh yang dapat dilihat, dirasakan, dan ditiru oleh anak. Orang tua harus mempraktikkan apa yang mereka katakan dan ajarkan. Selain itu, orang tua harus sabar, disiplin, dan konsisten dalam membimbing anak-anak mereka memahami tentang uang dan cara mengelolanya. Jangankan mengajarkan tentang uang, membangunkan mereka di pagi hari saja memerlukan perjuangan tersendiri!</p> <p style="text-align: justify;">Bagi sebagian dari kita, terutama generasi <em>baby boomers</em> dan generasi X, pemahaman tentang uang bukanlah sesuatu yang dianggap penting pada masa anak-anak. Saat itu, kita hidup "mengalir" saja, dan belum banyak informasi yang memadai mengenai pemahaman tentang uang. Andai waktu bisa diputar kembali, penulis ingin dapat mengelola keuangan sejak dini.</p> <p style="text-align: justify;">Mengelola keuangan bukanlah sekedar menghitung, mengalokasikan, dan mengembangkan dana yang ada, tetapi juga berhubungan erat dengan bagaimana mengendalikan keinginan-keinginan kita, mengubah pola pikir, memahami, serta menetapkan tujuan-tujuan yang jelas dan terukur. Sering kali, kegagalan dalam mengelola keuangan terjadi bukan karena kita salah menghitung atau salah alokasi, tetapi karena kita gagal mengendalikan keinginan-keinginan kita yang begitu banyak, memilah antara kebutuhan dan keinginan, serta menunda kesenangan yang selalu ingin dipuaskan.</p> <p style="text-align: justify;">Tak ingin mengulangi kesalahan, penulis mempelajari bagaimana mengajarkan cara mengelola keuangan sejak dini kepada anak-anak. Dari beberapa literatur, cara paling efektif mengajari anak mengelola keuangan adalah dengan memberi contoh. Orang tua, terutama ibu, perlu memberi contoh bagaimana mengelola keuangan, serta memahami "rasa uang" kepada anaknya.</p> <p style="text-align: justify;">Rasa uang yang dimaksud bukanlah apa yang dirasakan saat lidah kita mencicipi makanan, melainkan lebih pada pemahaman kita tentang uang. Dalam hal ini, ibulah yang paling tahu dan memahami rasa uang.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Berhemat</strong></p> <p style="text-align: justify;">Orang tua dapat mengajarkan anak menggunakan apa yang ada di rumah dan barang-barang yang mereka miliki semaksimal dan seefisien mungkin. Mengajarkan bahwa barang-barang tersebut semuanya dibeli dengan uang, sehingga ada nilainya. Bahkan, barang-barang tertentu mempunyai ceritanya sendiri, atau ada perjuangan tersendiri dalam memperolehnya, sehingga mempunyai nilai sejarah.</p> <p style="text-align: justify;">Hal ini tampak sederhana, tetapi orang tua perlu dengan sabar, terus-menerus, dan konsisten mengajarkan serta memberi contoh kepada anak-anak, termasuk mereka yang karena kemampuan ekonomi, memandang hal ini bukan suatu prioritas.</p> <p style="text-align: justify;">Alkitab dengan sangat jelas mengajarkan kepada kita untuk mencukupkan diri dengan apa yang ada pada kita, seperti tertulis dalam Ibrani 13:5, “Janganlah menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman, ‘Aku sekali-kali tidak akan mengabaikan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Bijaksana </strong></p> <p style="text-align: justify;">Sebagai orang tua, kita tentu sudah tahu harus menggunakan uang dengan bijak. Namun, apakah kita sudah mengajarkan dan memberi contoh yang baik pada anak kita? Setidaknya ada lima hal yang perlu diajarkan pada anak kita, sebelum memutuskan untuk membeli sesuatu, yaitu apakah barang tersebut memang sangat dibutuhkan? Apakah sudah sesuai kebutuhan? Apakah harganya sesuai dengan kegunaannya? Apakah ada barang pengganti yang lebih murah, tetapi memiliki fungsi dan kegunaan yang sama? Apakah harus dibeli saat ini atau bisa ditunda? Saat orang tua menerapkan kelima hal di atas, anak dapat melihat, merasakan, dan menirunya, apalagi bila anak dilibatkan dalam proses menilai barang, dan memutuskan perlu membelinya atau tidak. Amsal 21:20 mengajar kita untuk menggunakan uang dengan baik dan bijak, “Harta yang indah dan minyak ada di kediaman orang bijak, tetapi orang bebal memboroskannya.”</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Proses Mengumpulkannya</strong></p> <p style="text-align: justify;">Anak-anak perlu memahami, menabung di bank ataupun di celengan mempunyai tujuan lebih dari sekadar membeli sesuatu atau pergi berlibur. Namun lebih dari itu, menabung mengajarkan hal-hal yang lebih penting, misalnya melatih anak untuk berdisiplin dan konsisten. Anak perlu memahami, untuk mencapai sesuatu perlu kedisiplinan dan konsistensi, yang dilakukan secara terus-menerus dari waktu ke waktu. Kedua, melatih anak untuk bersabar. Anak perlu belajar menjalani proses, langkah demi langkah untuk memperoleh dan menghasilkan sesuatu, bahwa perlu kesabaran, karena tidak ada yang serba instan. Ketiga, anak perlu belajar menikmati setiap tahapan proses menabung, yang berlangsung selama seminggu, sebulan, bahkan bertahun-tahun, dengan melihat bagaimana tabungannya bertambah dan bertumbuh, seiring berjalannya waktu. Alkitab mengajari kita cara mengumpulkan uang dengan bijak dalam Amsal 13:11, “Harta yang mudah diperoleh akan berkurang, tetapi siapa yang mengumpulkan sedikit demi sedikit, akan membuatnya bertambah.”</p> <p style="text-align: justify;">Dalam proses menabung dan mengumpulkan uang ini, orang tua juga perlu mengajarkan pada anaknya beberapa hal, misalnya menabung atau mengumpulkan uang bukan semata-mata demi besarnya uang yang diperoleh atau dihasilkan, tetapi bagaimana mengelola pengeluaran, kebutuhan, dan keinginan kita. Kemampuan menabung atau mengumpulkan uang berhubungan erat dengan mengendalikan ego, supaya tidak terpancing mengikuti tren yang sedang populer. Kemampuan menabung secara tidak langsung menunjukkan kerendahan hati dan rasa syukur atas segala sesuatu yang kita miliki dan nikmati. Dengan menabung, kita akan lebih fleksibel dan memiliki kekuatan tawar-menawar dalam menentukan sesuatu. Hal ini juga berlaku untuk orang dewasa, yang akan menentukan karier dan pilihan-pilihan penting lainnya dalam hidup. Bila anak-anak sudah dewasa, kebiasaan menabung ini akan sangat berguna pada saat mereka berinvestasi dalam instrumen-instrumen investasi yang ada. Kedisiplinan, kesabaran, kesadaran segala sesuatu perlu proses dan waktu untuk berkembang, adalah prinsip dalam berinvestasi, bukan ilmu atau perhitungan yang rumit.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Sukacita Memberi </strong></p> <p style="text-align: justify;">Anak perlu merasakan sukacita pada waktu berbagi dan memberi, terutama kepada orang-orang yang membutuhkan. Pertama-tama, orang tua perlu menceritakan tentang pemberian Allah yang terbesar, yaitu Ia telah mengutus Anak-Nya yang tunggal, Yesus, untuk menyelamatkan manusia. Selanjutnya, bertemu atau melihat kondisi anak lain yang berkekurangan, dan menceritakan teladan baik dari orang-orang yang suka memberi, akan menolong anak-anak mengembangkan rasa sukacita saat memberi. Orang tua juga perlu menekankan, memberi adalah salah satu ungkapan rasa syukur atas semua berkat yang sudah Tuhan berikan.</p> <p style="text-align: justify;">Ayat-ayat Alkitab yang mendasari mereka untuk memberi dan berbagi, dapat kita ajarkan dan jadikan sebagai ayat hafalan, beberapa di antaranya adalah 2Korintus 9:7, “Hendaklah masing-masing memberi menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.” Mazmur 104:28, “Apabila Engkau memberikannya, mereka mengumpulkannya; apabila Engkau membuka tangan-Mu, mereka kenyang dengan segala yang baik.” Ulangan 15:10, “Engkau harus memberi kepadanya dengan limpahnya dan janganlah dengan berat hati apabila engkau memberi kepadanya. Sebab, oleh karena itulah TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu, segala yang diupayakan tanganmu.” Mengajarkan tentang uang pada anak sejak dini berarti juga mengajarkan mereka untuk senantiasa mensyukuri apa yang mereka miliki, dan menyadari semua itu berasal dari Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">Peran orang tua sangatlah besar untuk memberikan pemahaman yang benar tentang uang, bukan hanya sebatas perkataan, tetapi juga dengan memberikan contoh nyata yang bisa mereka lihat, rasakan, dan lakukan dalam kehidupan mereka. Untuk itu, orang tua juga harus terus belajar dan memperbaiki diri, untuk dapat mengajarkan, sekaligus memberi contoh yang baik kepada anak-anak. Semakin bertambah usia mereka, akan semakin dinamis dan kompleks kebutuhan pemahaman mereka tentang uang. Mereka akan menggumuli bagaimana mengelola antara keinginan dan kebutuhan, yang sedikit banyak dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan mereka, alokasi tabungan dan investasi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut akan terus berkembang seiring dengan bertambahnya usia mereka, sampai saatnya orang tua melepas mereka ke jenjang kehidupan selanjutnya, bekerja dan berkeluarga.</p> <p style="text-align: justify;">*Penulis adalah seorang pemerhati keuangan.</p> Kepemimpinan Spiritual di Tengah Tantangan Zaman 2024-12-06T15:43:04+07:00 2024-12-06T15:43:04+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kepemimpinan-spiritual-di-tengah-tantangan-zaman Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/markus-spiske-QozzJpFZ2lg-unsplash.jpg" alt="" width="4368" height="2912" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Kepemimpinan sering dipersepsikan sebagai pemupukan kekuasaan yang berpusat pada diri sang pemimpin; sedangkan kepemimpinan spiritual sering dikaitkan dengan aspek rohani yang ada dalam diri pemimpin. J. Oswald Sanders dalam bukunya <em>Spiritual Leadership: Principles of Excellence for Every Believer</em> menguraikan ciri-ciri kepemimpinan spiritual, yaitu <em>confident in God, also knows God, seek God’s will, humble, follows God’s example, delight in obedience to God, loves God and others, depend on God</em> (Sanders, 2007, 29).</p> <p style="text-align: justify;">Pemimpin spiritual percaya dan beriman kepada Tuhan, bukan kepada diri sendiri; ia mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan; mencari kehendak Tuhan, bukan kehendak diri sendiri; memiliki kerendahan hati, bukan keangkuhan; mengikuti teladan Tuhan; memiliki sukacita dalam ketaatan kepada Tuhan; mengasihi Tuhan dan sesama; serta bersandar kepada Tuhan, bukan pada kekuatan diri sendiri.</p> <p style="text-align: justify;">Kepemimpinan spiritual harus memiliki kerendahan hati untuk mengakui keberdosaan dirinya, yang memerlukan karya penyelamatan/penebusan Kristus. Paulus menyadari keberdosaan dan ketidaklayakannya sebagai pemimpin, sebagaimana diungkapkannya dalam 1Timotius 1:15, “<em>Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya, ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa</em>.” Pemimpin spiritual harus memiliki keberanian untuk mengakui ketidakberdayaannya, karena natur dosa yang ada di dalam dirinya.</p> <p style="text-align: justify;">Gereja adalah kumpulan orang percaya yang memiliki <em>statement of faith</em> (pengakuan keyakinan iman), yang dapat disetarakan dengan <em>core value</em> (nilai inti) suatu organisasi. <em>Core value</em> ini menjadi acuan, norma, etika, pegangan hidup, <em>way of life</em> bagi anggota organisasi dalam melaksanakan misinya, untuk mewujudkan visi organisasi.</p> <p style="text-align: justify;">Demikian pula GKI mempunyai Pengakuan Iman (Pasal 3, Tata Dasar, Tata Gereja GKI edisi 2009), yang harus menjadi<em> way of life</em> anggota gereja, khususnya pemimpin gereja. Pdt. Eka Darmaputera menyebutnya sebagai identitas GKI.</p> <p style="text-align: justify;">1. GKI mengaku imannya, bahwa Yesus Kristus adalah:</p> <p style="text-align: justify;">a. Tuhan dan Juru Selamat dunia, sumber kebenaran dan hidup.</p> <p style="text-align: justify;">b. Kepala Gereja, yang mendirikan gereja dan memanggil gereja untuk hidup dalam iman dan misi-Nya.</p> <p style="text-align: justify;">2. GKI mengaku imannya, bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah firman Allah, yang menjadi dasar dan norma satu-satunya bagi kehidupan gereja. Apakah kita, terutama pemimpin spiritual gerejawi, sudah menghidupi pengakuan iman GKI yang disebut juga sebagai<em> core value</em> atau identitas GKI?</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Yesus Kristus Adalah Tuhan dan Juru Selamat Dunia</strong></p> <p style="text-align: justify;">Setiap orang dari kita harus menanggalkan ego yang selalu ingin mempertuhankan diri kita sendiri. Kita bukan tuhan. Kita adalah makhluk ciptaan, yang terbatas dan tercemari dosa. Kita tidak memiliki natur ilahi. Dan, kita tidak mungkin menjadi tuhan. Oleh sebab itu, kita perlu menundukkan diri dan mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat Dunia. Sumber kebenaran adalah Yesus Kristus, bukan kita.</p> <p style="text-align: justify;">Pdt. Eka Darmaputera menyatakan: “.<em>..bahwa kepercayaan akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat Dunia, merupakan harga mati, harga pas. Sampai kapan pun, selama GKI adalah GKI, kepercayaan itu harus dipertahankan. Kita harus berdiri di atas kepercayaan itu</em> (Darmaputera, 2004, 25).</p> <p style="text-align: justify;">Sebagai orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat Dunia, tolak ukur kita bukanlah diri kita, melainkan Yesus Kristus itu sendiri. Kita harus menolak ajaran-ajaran yang menempatkan diri kita sebagai manusia yang memiliki natur ilahi, yang meyakini dirinya memiliki kesadaran Kristus (<em>Christ Consciousness</em>), sehingga tidak memerlukan Yesus Kristus, Pribadi Kedua dalam Allah Tritunggal. Ajaran yang demikian berasal dari aliran <em>New Age.</em></p> <p style="text-align: justify;"><strong>Yesus Kristus Adalah Kepala Gereja</strong></p> <p style="text-align: justify;">Pengakuan iman bahwa Yesus Kristus adalah Kepala Gereja merupakan hal yang mutlak. Pdt. Eka Darmaputera menyatakan, “<em>…GKI menegaskan imannya yang tidak bisa ditawar-tawar, bahwa KEPALA GEREJA-NYA ADALAH YESUS KRISTUS</em>.” (Darmaputera, 2004, 27).</p> <p style="text-align: justify;">Yesus Kristus adalah Kepala Gereja. Kolose 1:18, “<em>Dialah kepala tubuh, yaitu gereja. Dialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Dialah yang lebih utama dalam segala sesuatu</em>.” Kita adalah tubuh Kristus. Kristuslah yang memimpin dan mengarahkan kita, jemaat-Nya. Kehadiran gereja ialah untuk melanjutkan karya penyelamatan-Nya.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam kehidupan gereja, menerima dan menempatkan Kristus sebagai Kepala Gereja adalah dasar utama dalam pelayanan. Yesus Kristus adalah yang utama. Kita harus mau dipimpin, diarahkan, dan tunduk kepada Kristus, Pemimpin kita. Apakah dalam kehidupan dan pelayanan, kita sudah menempatkan Kristus sebagai Kepala Gereja kita? Apakah selama ini kita sudah membangun relasi spiritual yang erat dengan Yesus Kristus, Kepala Gereja kita?</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Alkitab Adalah Firman Allah</strong></p> <p style="text-align: justify;">Pengakuan Iman GKI, bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah firman Allah, yang menjadi dasar dan norma satu-satunya bagi kehidupan gereja, harus menjadi acuan kita. Melalui Alkitab, kita mengenal Allah Tritunggal. Pdt. Eka Darmaputera menegaskan, “<em>Kita harus menghormati Alkitab sebagai firman Allah; sebagai dasar dan norma satu-satunya bagi kehidupan gereja, dan bagi kehidupan pribadi kita. Segala sesuatu harus dapat dipertanggungjawabkan secara alkitabiah. Itu kepercayaan GKI."</em>&nbsp;(Darmaputera, 2004, 28).</p> <p style="text-align: justify;">Pegangan Ajaran Mengenai Alkitab, Lampiran 5, Butir 2 berbunyi, “Alkitab berisikan kesaksian menyeluruh mengenai Allah yang menyatakan diri-Nya, kehendak-Nya, serta karya penciptaan, pemeliharaan, penyelamatan, dan penggenapan-Nya kepada manusia dan dunia. Kesaksian Alkitab mengenai Allah ini cukup dan menjadi ukuran (kanon) bagi iman kita, dan untuk menggumuli kehidupan iman kita dalam kesetiaan kepada-Nya. Kesaksian menyeluruh ini dipahami dan diajarkan secara utuh.</p> <p style="text-align: justify;">Jadi, Alkitab adalah firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus, yang memiliki otoritas untuk mendidik manusia untuk memiliki relasi yang benar dan erat dengan Allah, dan mendidik orang dalam kebenaran. 2Timotius 3:16,”<em>Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran</em>.”</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Tantangan Zaman</strong></p> <p style="text-align: justify;">Di tengah dunia yang telah jatuh dalam dosa, mempertahankan dan melestarikan pengakuan iman tersebut di atas tidaklah mudah. Karena natur dosa dalam diri kita, kita cenderung mempertuhankan diri kita sendiri. Kita menjadi juru selamat bagi diri kita sendiri. Kita menolak otoritas Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja. Kita menjadikan diri sebagai tuhan, yang berdaulat atas gereja-Nya. Kita juga menolak otoritas Alkitab sebagai firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus. Bagi sebagian orang, Alkitab tidak lebih dari kumpulan kisah pengalaman spritualitas penulis pada zamannya.</p> <p style="text-align: justify;">Doreen Virtue, mantan penganut <em>Christian Science</em> dan <em>New Age</em>, dalam bukunya, <em>Deceived No More: How Jesus Lead Me out of the New age and into HIS WORD</em>, mengingatkan kita untuk tidak melihat diri sendiri sebagai juru selamat dunia. Yesus Kristus adalah Juru Selamat Dunia. Doreen Virtue menulis demikian,</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;"><em>I was fooled into believing that I was “saving the world” with my teaching. I encouraged my students to go save the world, too. That’s common theme of demonic influence, this idea that you’ve been appointed to be a savior. Let us never forget that Jesus is the Savior of the World, not us. Let us always be humbled by God’s absolute sovereignty. Only God could speak the universe into existence, not us. God doesn’t need us to save the world. He doesn’t need us to orchestrate His second coming. It’s we who need to be saved by God</em> (Virtue, 2020, 34).</p> <p style="text-align: justify;">Steven Bancarz dan Josh Peck, mantan penganut ajaran <em>New Age</em>, dalam bukunya, <em>The Second Coming of the New Age: The Hidden Dangers of Alternative Spirituality in Contemporary America and Its Churches</em>, mengingatkan kita untuk tidak terperangkap dengan istilah Kristus yang mereka anut. Kristus yang dimaksud belum tentu Pribadi Kedua dalam Allah Tritunggal. Kristus ini tidak mengacu kepada Kristus yang ada di luar manusia, melainkan sebuah kesadaran ilahi yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Pada dasarnya, mereka menganggap manusia memiliki natur ilahi.</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;"><em>Christ, like God, is also impersonal. Jesus is a person, but “Christ” is a reference to a divine state of consciousness. Jesus is not someone outside us . . . Christ Consciousness is believed to be the state of realizing, that one is as Christ was unified with God. To be truly self-conscious (aware of oneself) is to be truly Christ-Conscious (aware of oneself as inseparable from God</em> (Bancarz and Peck, 2018,173)</p> <p style="text-align: justify;">Jason Jimenez, dalam bukunya, <em>Hijacking Jesus: How Progresive Chrsitians are Remaking Him and Taking Over His Church,</em> mengingatkan kita, bahwa penganut Kristen Progresif menolak otoritas Alkitab. Alkitab bagi kelompok ini dapat ditafsirkan dengan berbagai cara, sesuai dengan pengalaman pembacanya. Bagi mereka, Alkitab bukan firman Allah, tetapi mengandung/berisi firman Allah. Pembaca memiliki otoritas tertinggi dalam menafsirkan Alkitab. Penafsirlah yang menentukan, mana yang berisi firman Allah, dan mana yang bukan firman Allah.</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;"><em>One thing that progressive Christians unanimously agree upon, is that the Bible is not God’s divine authority. According to them, the Bible can be reinterpreted in limitless numbers of ways, because of the power of personal experience. People do not just approach the Bible with blank slate; they come with their own interpretive truth and personal experience. In other words, they are their own authority</em> (Jimenez,2023,24).</p> <p style="text-align: justify;">Petrus, dalam 2Petrus 2:1 mengingatkan kita untuk waspada terhadap berbagai ajaran yang menyimpang dari Alkitab, “<em>Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka</em>.”</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Spiritualitas Pemimpin</strong></p> <p style="text-align: justify;">Sen Senjaya, dalam bukunya, <em>Leadership Reformed,</em> menegaskan siapa manusia itu sebenarnya. “<em>Anda seorang berdosa yang diselamatkan oleh anugerah Allah ,,, Dosa-dosa Anda begitu hebat, sehingga Yesus Kristus harus mati untuk menebus Anda. Jangan pernah merasa superior terhadap diri Anda... Anda tidak hanya terbatas dan lemah. Anda adalah orang berdosa dengan hati penipu, bibir najis, dan pikiran yang cemar</em>” (Senjaya, 2020, 120-121).</p> <p style="text-align: justify;">Steven Bancarz dan Josh Peck mengingatkan. “<em>We are not bad people with good hearts; we are bad people with bad hearts. Our hearts themselves are hardened, depraved, and infected with sin.</em>” (Bancarz and Peck, 2018, 370)</p> <p style="text-align: justify;">Sen Senjaya mengajak kita untuk melihat dunia melalui empat lensa Alkitab, yaitu penciptaan-kejatuhan-penebusan-penggenapan (Senjaya, 2021, 144). Keempat lensa Alkitab lebih sering disebut dengan akronim CFRC (<em>Creation-Fall-Redemption-Consummation</em>). Pada awal penciptaan, semuanya baik. Karena kejatuhan manusia dalam dosa, seluruh aspek dalam diri kita tercemari dosa. Sumber dosa berasal dari hati kita. Solusinya tidak dapat ditemukan dalam diri kita, tetapi di dalam diri Kristus. Yesus mati di kayu salib untuk menggantikan/menebus kita. Dan, Kristus akan datang kembali untuk memperbarui seluruh ciptaan, di langit dan bumi yang baru.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam kerangka CFRC, kita harus sungguh-sungguh bertobat dan menerima Kristus sebagai Juru Selamat. Hal ini merupakan titik awal bagi kita untuk menjadi pemimpin spiritual. Melalui karya penebusan Kristus di kayu salib, kita membangun relasi yang benar dengan Allah Tritunggal dan sesama kita. Sementara itu, kita menunggu kedatangan Yesus kedua kalinya, untuk memperbarui/menyempurnakan kita, dalam langit dan bumi yang baru.</p> <p style="text-align: justify;">Kepemimpinan spiritual tidak dinilai berdasarkan seberapa giat keterlibatan dan kesibukan kita dalam pelayanan. Pelayanan yang demikian tidak menjamin bahwa kita telah mempunyai relasi yang benar dan erat dengan Allah Tritunggal. J. Oswald Sanders menulis, “<em>Spiritual goals can be achieved only by spiritual people, who use spiritual methods. How our churches and mission agencies would change if leaders were Spirit-filled! The secular mind and heart, however gifted and personally charming, has no place in the leadership of Church</em> (Sanders, 2007, 32).</p> <p style="text-align: justify;">Kepemimpinan spiritual menjalin relasi yang benar dan erat dengan Allah Tritunggal. Tanpa memiliki relasi yang erat dengan Allah Tritunggal, segala kehebatan, keterlibatan, dan kesibukan kita dalam pelayanan tidak lebih dari manifestasi keangkuhan kita, yang pada intinya melayani diri kita sendiri.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Pembaruan Hidup </strong></p> <p style="text-align: justify;">Tidak mudah bagi kita, sebagai pemimpin yang masih memiliki natur dosa, untuk melayani orang yang juga berdosa. Kristus telah mati untuk menebus kita dan dibangkitkan untuk kita semua, termasuk bagi kita, baik pemimpin maupun orang yang kita layani. Oleh sebab itu, perlu kerendahan hati untuk tunduk dan taat kepada Kristus, sebagai pemimpin kita. Hanya anugerah Kristus saja yang dapat mengubah kita dan orang yang kita layani, untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus.</p> <p style="text-align: justify;">Kita tidak dapat mengandalkan kekuatan kita sendiri untuk mengubah diri kita, selaku pemimpin maupun orang yang kita layani. Hanya relasi yang benar dan erat dengan Allah Tritunggal saja yang memungkinkan terjadinya transformasi pada diri kita, untuk semakin hari menjadi semakin serupa dengan Kristus.</p> <p style="text-align: justify;">Sen Senjaya menuliskan indikator seorang pemimpin sebagai berikut, “<em>Yang menjadi indikator keselamatan Anda adalah perubahan gaya hidup Anda, bukan keanggotaan gereja, aktivitas pelayanan gereja, atau bahkan pemahaman berbagai doktrin Kristen</em>” (Senjaya, 2021, 83).</p> <p style="text-align: justify;">Paulus mengingatkan kita dalam Roma 12:2, “<em>Janganlah menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan mana kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan sempurna</em>.” Ada pembaruan hidup dalam diri seorang pemimpin spiritual yang menjalin relasi yang benar dan erat dengan Allah Tritunggal.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Daftar Kepustakaan</strong></p> <p style="text-align: justify;">LAI,. 2023.<em> Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua.</em> Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta.</p> <p style="text-align: justify;">Bancarz, Steven and Peck Josh. 2018. <em>The Second Coming of the New Age: The Hidden Dangers of Alternative Spirituality in Contemporary America and Its Churches</em>. Defender Publishing, USA.</p> <p style="text-align: justify;">BPMS GKI. 2009. <em>Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Indonesia.</em> PT. Adhitya Andrebina Agung, Jakarta.</p> <p style="text-align: justify;">Darmaputera, Eka, 2004. “Identitas GKI” dalam <em>Hodos: GKI di Tengah Kepelbagaian Ajaran No.45-2004.</em> Kelompok Kerja Pembinaan GKI Jabar, Jakarta.</p> <p style="text-align: justify;">Jimenez, 2023. <em>Hijacking Jesus: How Progressive Christians are Remaking Him and Taking Over His Church</em>. Salem Books, Wahington, USA.</p> <p style="text-align: justify;">Sanders, 2007. <em>Spiritual Leadership: Principles of Excellence for Every Believer.</em> Moody Publishers, Chicago, USA.</p> <p style="text-align: justify;">Sendjaja, Sen. 2020. <em>Leadership Reformed: Mengapa Pemimpin Membutuhkan Injil untuk Mengubah Dunia.</em> Literatur Perkantas Jawa Timur, Surabaya.</p> <p style="text-align: justify;">Sendjaja, Sen. 2021. <em>Menghidupi Injil &amp; Menginjili Hidup: 52 Refleksi Injil dalam Keseharian Hidup.</em> Literatur Perkantas Jawa Timur, Surabaya.</p> <p style="text-align: justify;">Virtue, Doreen. 2020. <em>Deceived No More: How Jesus Led Me out of the New Age and into His Word.</em> Emanate Book, Tennesse, USA.</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/markus-spiske-QozzJpFZ2lg-unsplash.jpg" alt="" width="4368" height="2912" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Kepemimpinan sering dipersepsikan sebagai pemupukan kekuasaan yang berpusat pada diri sang pemimpin; sedangkan kepemimpinan spiritual sering dikaitkan dengan aspek rohani yang ada dalam diri pemimpin. J. Oswald Sanders dalam bukunya <em>Spiritual Leadership: Principles of Excellence for Every Believer</em> menguraikan ciri-ciri kepemimpinan spiritual, yaitu <em>confident in God, also knows God, seek God’s will, humble, follows God’s example, delight in obedience to God, loves God and others, depend on God</em> (Sanders, 2007, 29).</p> <p style="text-align: justify;">Pemimpin spiritual percaya dan beriman kepada Tuhan, bukan kepada diri sendiri; ia mengenal dan mendekatkan diri kepada Tuhan; mencari kehendak Tuhan, bukan kehendak diri sendiri; memiliki kerendahan hati, bukan keangkuhan; mengikuti teladan Tuhan; memiliki sukacita dalam ketaatan kepada Tuhan; mengasihi Tuhan dan sesama; serta bersandar kepada Tuhan, bukan pada kekuatan diri sendiri.</p> <p style="text-align: justify;">Kepemimpinan spiritual harus memiliki kerendahan hati untuk mengakui keberdosaan dirinya, yang memerlukan karya penyelamatan/penebusan Kristus. Paulus menyadari keberdosaan dan ketidaklayakannya sebagai pemimpin, sebagaimana diungkapkannya dalam 1Timotius 1:15, “<em>Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya, ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa</em>.” Pemimpin spiritual harus memiliki keberanian untuk mengakui ketidakberdayaannya, karena natur dosa yang ada di dalam dirinya.</p> <p style="text-align: justify;">Gereja adalah kumpulan orang percaya yang memiliki <em>statement of faith</em> (pengakuan keyakinan iman), yang dapat disetarakan dengan <em>core value</em> (nilai inti) suatu organisasi. <em>Core value</em> ini menjadi acuan, norma, etika, pegangan hidup, <em>way of life</em> bagi anggota organisasi dalam melaksanakan misinya, untuk mewujudkan visi organisasi.</p> <p style="text-align: justify;">Demikian pula GKI mempunyai Pengakuan Iman (Pasal 3, Tata Dasar, Tata Gereja GKI edisi 2009), yang harus menjadi<em> way of life</em> anggota gereja, khususnya pemimpin gereja. Pdt. Eka Darmaputera menyebutnya sebagai identitas GKI.</p> <p style="text-align: justify;">1. GKI mengaku imannya, bahwa Yesus Kristus adalah:</p> <p style="text-align: justify;">a. Tuhan dan Juru Selamat dunia, sumber kebenaran dan hidup.</p> <p style="text-align: justify;">b. Kepala Gereja, yang mendirikan gereja dan memanggil gereja untuk hidup dalam iman dan misi-Nya.</p> <p style="text-align: justify;">2. GKI mengaku imannya, bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah firman Allah, yang menjadi dasar dan norma satu-satunya bagi kehidupan gereja. Apakah kita, terutama pemimpin spiritual gerejawi, sudah menghidupi pengakuan iman GKI yang disebut juga sebagai<em> core value</em> atau identitas GKI?</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Yesus Kristus Adalah Tuhan dan Juru Selamat Dunia</strong></p> <p style="text-align: justify;">Setiap orang dari kita harus menanggalkan ego yang selalu ingin mempertuhankan diri kita sendiri. Kita bukan tuhan. Kita adalah makhluk ciptaan, yang terbatas dan tercemari dosa. Kita tidak memiliki natur ilahi. Dan, kita tidak mungkin menjadi tuhan. Oleh sebab itu, kita perlu menundukkan diri dan mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juru Selamat Dunia. Sumber kebenaran adalah Yesus Kristus, bukan kita.</p> <p style="text-align: justify;">Pdt. Eka Darmaputera menyatakan: “.<em>..bahwa kepercayaan akan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat Dunia, merupakan harga mati, harga pas. Sampai kapan pun, selama GKI adalah GKI, kepercayaan itu harus dipertahankan. Kita harus berdiri di atas kepercayaan itu</em> (Darmaputera, 2004, 25).</p> <p style="text-align: justify;">Sebagai orang yang percaya dan menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat Dunia, tolak ukur kita bukanlah diri kita, melainkan Yesus Kristus itu sendiri. Kita harus menolak ajaran-ajaran yang menempatkan diri kita sebagai manusia yang memiliki natur ilahi, yang meyakini dirinya memiliki kesadaran Kristus (<em>Christ Consciousness</em>), sehingga tidak memerlukan Yesus Kristus, Pribadi Kedua dalam Allah Tritunggal. Ajaran yang demikian berasal dari aliran <em>New Age.</em></p> <p style="text-align: justify;"><strong>Yesus Kristus Adalah Kepala Gereja</strong></p> <p style="text-align: justify;">Pengakuan iman bahwa Yesus Kristus adalah Kepala Gereja merupakan hal yang mutlak. Pdt. Eka Darmaputera menyatakan, “<em>…GKI menegaskan imannya yang tidak bisa ditawar-tawar, bahwa KEPALA GEREJA-NYA ADALAH YESUS KRISTUS</em>.” (Darmaputera, 2004, 27).</p> <p style="text-align: justify;">Yesus Kristus adalah Kepala Gereja. Kolose 1:18, “<em>Dialah kepala tubuh, yaitu gereja. Dialah yang sulung, yang pertama bangkit dari antara orang mati, sehingga Dialah yang lebih utama dalam segala sesuatu</em>.” Kita adalah tubuh Kristus. Kristuslah yang memimpin dan mengarahkan kita, jemaat-Nya. Kehadiran gereja ialah untuk melanjutkan karya penyelamatan-Nya.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam kehidupan gereja, menerima dan menempatkan Kristus sebagai Kepala Gereja adalah dasar utama dalam pelayanan. Yesus Kristus adalah yang utama. Kita harus mau dipimpin, diarahkan, dan tunduk kepada Kristus, Pemimpin kita. Apakah dalam kehidupan dan pelayanan, kita sudah menempatkan Kristus sebagai Kepala Gereja kita? Apakah selama ini kita sudah membangun relasi spiritual yang erat dengan Yesus Kristus, Kepala Gereja kita?</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Alkitab Adalah Firman Allah</strong></p> <p style="text-align: justify;">Pengakuan Iman GKI, bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah firman Allah, yang menjadi dasar dan norma satu-satunya bagi kehidupan gereja, harus menjadi acuan kita. Melalui Alkitab, kita mengenal Allah Tritunggal. Pdt. Eka Darmaputera menegaskan, “<em>Kita harus menghormati Alkitab sebagai firman Allah; sebagai dasar dan norma satu-satunya bagi kehidupan gereja, dan bagi kehidupan pribadi kita. Segala sesuatu harus dapat dipertanggungjawabkan secara alkitabiah. Itu kepercayaan GKI."</em>&nbsp;(Darmaputera, 2004, 28).</p> <p style="text-align: justify;">Pegangan Ajaran Mengenai Alkitab, Lampiran 5, Butir 2 berbunyi, “Alkitab berisikan kesaksian menyeluruh mengenai Allah yang menyatakan diri-Nya, kehendak-Nya, serta karya penciptaan, pemeliharaan, penyelamatan, dan penggenapan-Nya kepada manusia dan dunia. Kesaksian Alkitab mengenai Allah ini cukup dan menjadi ukuran (kanon) bagi iman kita, dan untuk menggumuli kehidupan iman kita dalam kesetiaan kepada-Nya. Kesaksian menyeluruh ini dipahami dan diajarkan secara utuh.</p> <p style="text-align: justify;">Jadi, Alkitab adalah firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus, yang memiliki otoritas untuk mendidik manusia untuk memiliki relasi yang benar dan erat dengan Allah, dan mendidik orang dalam kebenaran. 2Timotius 3:16,”<em>Seluruh Kitab Suci diilhamkan Allah dan bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran</em>.”</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Tantangan Zaman</strong></p> <p style="text-align: justify;">Di tengah dunia yang telah jatuh dalam dosa, mempertahankan dan melestarikan pengakuan iman tersebut di atas tidaklah mudah. Karena natur dosa dalam diri kita, kita cenderung mempertuhankan diri kita sendiri. Kita menjadi juru selamat bagi diri kita sendiri. Kita menolak otoritas Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja. Kita menjadikan diri sebagai tuhan, yang berdaulat atas gereja-Nya. Kita juga menolak otoritas Alkitab sebagai firman Allah yang diilhamkan oleh Roh Kudus. Bagi sebagian orang, Alkitab tidak lebih dari kumpulan kisah pengalaman spritualitas penulis pada zamannya.</p> <p style="text-align: justify;">Doreen Virtue, mantan penganut <em>Christian Science</em> dan <em>New Age</em>, dalam bukunya, <em>Deceived No More: How Jesus Lead Me out of the New age and into HIS WORD</em>, mengingatkan kita untuk tidak melihat diri sendiri sebagai juru selamat dunia. Yesus Kristus adalah Juru Selamat Dunia. Doreen Virtue menulis demikian,</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;"><em>I was fooled into believing that I was “saving the world” with my teaching. I encouraged my students to go save the world, too. That’s common theme of demonic influence, this idea that you’ve been appointed to be a savior. Let us never forget that Jesus is the Savior of the World, not us. Let us always be humbled by God’s absolute sovereignty. Only God could speak the universe into existence, not us. God doesn’t need us to save the world. He doesn’t need us to orchestrate His second coming. It’s we who need to be saved by God</em> (Virtue, 2020, 34).</p> <p style="text-align: justify;">Steven Bancarz dan Josh Peck, mantan penganut ajaran <em>New Age</em>, dalam bukunya, <em>The Second Coming of the New Age: The Hidden Dangers of Alternative Spirituality in Contemporary America and Its Churches</em>, mengingatkan kita untuk tidak terperangkap dengan istilah Kristus yang mereka anut. Kristus yang dimaksud belum tentu Pribadi Kedua dalam Allah Tritunggal. Kristus ini tidak mengacu kepada Kristus yang ada di luar manusia, melainkan sebuah kesadaran ilahi yang ada dalam diri manusia itu sendiri. Pada dasarnya, mereka menganggap manusia memiliki natur ilahi.</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;"><em>Christ, like God, is also impersonal. Jesus is a person, but “Christ” is a reference to a divine state of consciousness. Jesus is not someone outside us . . . Christ Consciousness is believed to be the state of realizing, that one is as Christ was unified with God. To be truly self-conscious (aware of oneself) is to be truly Christ-Conscious (aware of oneself as inseparable from God</em> (Bancarz and Peck, 2018,173)</p> <p style="text-align: justify;">Jason Jimenez, dalam bukunya, <em>Hijacking Jesus: How Progresive Chrsitians are Remaking Him and Taking Over His Church,</em> mengingatkan kita, bahwa penganut Kristen Progresif menolak otoritas Alkitab. Alkitab bagi kelompok ini dapat ditafsirkan dengan berbagai cara, sesuai dengan pengalaman pembacanya. Bagi mereka, Alkitab bukan firman Allah, tetapi mengandung/berisi firman Allah. Pembaca memiliki otoritas tertinggi dalam menafsirkan Alkitab. Penafsirlah yang menentukan, mana yang berisi firman Allah, dan mana yang bukan firman Allah.</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;"><em>One thing that progressive Christians unanimously agree upon, is that the Bible is not God’s divine authority. According to them, the Bible can be reinterpreted in limitless numbers of ways, because of the power of personal experience. People do not just approach the Bible with blank slate; they come with their own interpretive truth and personal experience. In other words, they are their own authority</em> (Jimenez,2023,24).</p> <p style="text-align: justify;">Petrus, dalam 2Petrus 2:1 mengingatkan kita untuk waspada terhadap berbagai ajaran yang menyimpang dari Alkitab, “<em>Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka</em>.”</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Spiritualitas Pemimpin</strong></p> <p style="text-align: justify;">Sen Senjaya, dalam bukunya, <em>Leadership Reformed,</em> menegaskan siapa manusia itu sebenarnya. “<em>Anda seorang berdosa yang diselamatkan oleh anugerah Allah ,,, Dosa-dosa Anda begitu hebat, sehingga Yesus Kristus harus mati untuk menebus Anda. Jangan pernah merasa superior terhadap diri Anda... Anda tidak hanya terbatas dan lemah. Anda adalah orang berdosa dengan hati penipu, bibir najis, dan pikiran yang cemar</em>” (Senjaya, 2020, 120-121).</p> <p style="text-align: justify;">Steven Bancarz dan Josh Peck mengingatkan. “<em>We are not bad people with good hearts; we are bad people with bad hearts. Our hearts themselves are hardened, depraved, and infected with sin.</em>” (Bancarz and Peck, 2018, 370)</p> <p style="text-align: justify;">Sen Senjaya mengajak kita untuk melihat dunia melalui empat lensa Alkitab, yaitu penciptaan-kejatuhan-penebusan-penggenapan (Senjaya, 2021, 144). Keempat lensa Alkitab lebih sering disebut dengan akronim CFRC (<em>Creation-Fall-Redemption-Consummation</em>). Pada awal penciptaan, semuanya baik. Karena kejatuhan manusia dalam dosa, seluruh aspek dalam diri kita tercemari dosa. Sumber dosa berasal dari hati kita. Solusinya tidak dapat ditemukan dalam diri kita, tetapi di dalam diri Kristus. Yesus mati di kayu salib untuk menggantikan/menebus kita. Dan, Kristus akan datang kembali untuk memperbarui seluruh ciptaan, di langit dan bumi yang baru.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam kerangka CFRC, kita harus sungguh-sungguh bertobat dan menerima Kristus sebagai Juru Selamat. Hal ini merupakan titik awal bagi kita untuk menjadi pemimpin spiritual. Melalui karya penebusan Kristus di kayu salib, kita membangun relasi yang benar dengan Allah Tritunggal dan sesama kita. Sementara itu, kita menunggu kedatangan Yesus kedua kalinya, untuk memperbarui/menyempurnakan kita, dalam langit dan bumi yang baru.</p> <p style="text-align: justify;">Kepemimpinan spiritual tidak dinilai berdasarkan seberapa giat keterlibatan dan kesibukan kita dalam pelayanan. Pelayanan yang demikian tidak menjamin bahwa kita telah mempunyai relasi yang benar dan erat dengan Allah Tritunggal. J. Oswald Sanders menulis, “<em>Spiritual goals can be achieved only by spiritual people, who use spiritual methods. How our churches and mission agencies would change if leaders were Spirit-filled! The secular mind and heart, however gifted and personally charming, has no place in the leadership of Church</em> (Sanders, 2007, 32).</p> <p style="text-align: justify;">Kepemimpinan spiritual menjalin relasi yang benar dan erat dengan Allah Tritunggal. Tanpa memiliki relasi yang erat dengan Allah Tritunggal, segala kehebatan, keterlibatan, dan kesibukan kita dalam pelayanan tidak lebih dari manifestasi keangkuhan kita, yang pada intinya melayani diri kita sendiri.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Pembaruan Hidup </strong></p> <p style="text-align: justify;">Tidak mudah bagi kita, sebagai pemimpin yang masih memiliki natur dosa, untuk melayani orang yang juga berdosa. Kristus telah mati untuk menebus kita dan dibangkitkan untuk kita semua, termasuk bagi kita, baik pemimpin maupun orang yang kita layani. Oleh sebab itu, perlu kerendahan hati untuk tunduk dan taat kepada Kristus, sebagai pemimpin kita. Hanya anugerah Kristus saja yang dapat mengubah kita dan orang yang kita layani, untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus.</p> <p style="text-align: justify;">Kita tidak dapat mengandalkan kekuatan kita sendiri untuk mengubah diri kita, selaku pemimpin maupun orang yang kita layani. Hanya relasi yang benar dan erat dengan Allah Tritunggal saja yang memungkinkan terjadinya transformasi pada diri kita, untuk semakin hari menjadi semakin serupa dengan Kristus.</p> <p style="text-align: justify;">Sen Senjaya menuliskan indikator seorang pemimpin sebagai berikut, “<em>Yang menjadi indikator keselamatan Anda adalah perubahan gaya hidup Anda, bukan keanggotaan gereja, aktivitas pelayanan gereja, atau bahkan pemahaman berbagai doktrin Kristen</em>” (Senjaya, 2021, 83).</p> <p style="text-align: justify;">Paulus mengingatkan kita dalam Roma 12:2, “<em>Janganlah menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan budimu, sehingga kamu dapat membedakan mana kehendak Allah: Apa yang baik, yang berkenan kepada-Nya dan sempurna</em>.” Ada pembaruan hidup dalam diri seorang pemimpin spiritual yang menjalin relasi yang benar dan erat dengan Allah Tritunggal.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Daftar Kepustakaan</strong></p> <p style="text-align: justify;">LAI,. 2023.<em> Alkitab Terjemahan Baru Edisi Kedua.</em> Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta.</p> <p style="text-align: justify;">Bancarz, Steven and Peck Josh. 2018. <em>The Second Coming of the New Age: The Hidden Dangers of Alternative Spirituality in Contemporary America and Its Churches</em>. Defender Publishing, USA.</p> <p style="text-align: justify;">BPMS GKI. 2009. <em>Tata Gereja dan Tata Laksana Gereja Kristen Indonesia.</em> PT. Adhitya Andrebina Agung, Jakarta.</p> <p style="text-align: justify;">Darmaputera, Eka, 2004. “Identitas GKI” dalam <em>Hodos: GKI di Tengah Kepelbagaian Ajaran No.45-2004.</em> Kelompok Kerja Pembinaan GKI Jabar, Jakarta.</p> <p style="text-align: justify;">Jimenez, 2023. <em>Hijacking Jesus: How Progressive Christians are Remaking Him and Taking Over His Church</em>. Salem Books, Wahington, USA.</p> <p style="text-align: justify;">Sanders, 2007. <em>Spiritual Leadership: Principles of Excellence for Every Believer.</em> Moody Publishers, Chicago, USA.</p> <p style="text-align: justify;">Sendjaja, Sen. 2020. <em>Leadership Reformed: Mengapa Pemimpin Membutuhkan Injil untuk Mengubah Dunia.</em> Literatur Perkantas Jawa Timur, Surabaya.</p> <p style="text-align: justify;">Sendjaja, Sen. 2021. <em>Menghidupi Injil &amp; Menginjili Hidup: 52 Refleksi Injil dalam Keseharian Hidup.</em> Literatur Perkantas Jawa Timur, Surabaya.</p> <p style="text-align: justify;">Virtue, Doreen. 2020. <em>Deceived No More: How Jesus Led Me out of the New Age and into His Word.</em> Emanate Book, Tennesse, USA.</p> Cukup Sudah, Stop Melayani! 2024-10-10T15:24:02+07:00 2024-10-10T15:24:02+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/cukup-sudah-stop-melayani Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/pexels-pavel-danilyuk-7521352.jpg" alt="" width="5192" height="3466" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">“Aku tidak bisa melakukan ini lagi! Habis sudah energiku menghadapi anak-anak muda yang tidak bisa diatur ini! Setiap kali diingatkan untuk disiplin dan menghargai waktu dalam gladi resik kebaktian pemuda, selalu tidak didengar! Bisa kena darah tinggi, bila aku terus bertahan di komisi yang kacau balau ini!” kata Merry melalui<em> handphone</em> kepada Tasya, ketua komisi pemuda dari suatu gereja di daerah Tangerang Selatan. Merry adalah koordinator dari sie kebaktian, yang salah satu tugasnya adalah memimpin latihan pemusik dan pemimpin pujian, untuk melatih pujian yang akan dinyanyikan dalam kebaktian pemuda.</p> <p style="text-align: justify;">Memang sudah menjadi sebuah kebiasaan buruk, para pemusik tidak pernah tepat waktu dalam memulai latihan, sehingga latihan selalu dimulai terlambat dan diakhiri terlambat pula. Tidak jarang Merry harus tiba di rumah hampir pk. 24.00. Hal ini selalu mengacaukan jadwal kegiatan yang sudah direncanakan Merry. Sering ia harus melewatkan kegiatan <em>hang out</em> dengan teman-teman lamanya, karena para pemusik yang tidak memedulikan tegurannya.</p> <p style="text-align: justify;">Merry selalu berusaha menahan diri agar tidak emosional dan memarahi para pemusik. Namun, tumpukan kekesalan semakin tinggi, dan emosi yang telah lama terpendam akhirnya meledak malam itu. Habis sudah kesabarannya dalam menghadapi masalah ini. Ia merasa sudah berkorban terlalu banyak secara waktu dan emosi. Merry berpikir, lebih baik menyerah daripada menderita depresi. Ia sudah tidak bisa menghadiri kebaktian dengan sukacita, karena setiap kali melihat pemusik yang tampil di panggung, emosi dan kekesalan kembali datang mengusik hatinya.</p> <p style="text-align: justify;">Dan malam ini, ia memutuskan sudah cukup. Sudah cukup bersabar, menahan emosi, mencoba mengerti alasan-alasan yang remeh-temeh dari para pemusik. Lebih baik ia berhenti melayani dan menjadi jemaat biasa, duduk manis, menikmati ibadah dengan hati tenang dan damai sejahtera. Tidak perlu peduli lagi akan para pemusik yang tidak bisa diatur dan tidak menghargai waktu! Merry merasa, dengan demikian, ia akan mendapatkan kembali kemerdekaannya. Hatinya berbunga-bunga, membayangkan nikmatnya lepas dari bayangan para pemusik yang menyebalkan! Kesehatan mental lebih penting daripada pelayanan yang menyebabkan stress!</p> <p style="text-align: justify;">”Tunggu sebentar, Merry! Tenangkan hati, tenangkan diri!” sahut Tasya, terdengar dari seberang sana. Mari kita bahas masalah ini dengan tenang. Aku setuju para pemusik itu tidak disiplin. Beberapa <em>song leader</em> juga sudah menyampaikan hal ini ke pengurus. Tapi menurutku, berhenti melayani bukanlah jalan keluarnya. Boleh aku tanya beberapa hal, Merry?”</p> <p style="text-align: justify;">”Oke, oke, aku akan mendengarkan kamu, Tasya!” jawab Merry.</p> <p style="text-align: justify;">”Mer, apa yang membuat kamu mengambil pelayanan di sie ibadah ini, dan bersedia diteguhkan menjadi pengurus satu bulan yang lalu, di hadapan Tuhan dan jemaat?”</p> <p style="text-align: justify;">”Aku senang menyanyi. Aku senang musik. Aku pikir, pelayanan ini akan banyak bersinggungan dengan hobiku, karena dalam ibadah ‘kan ada pujian, lengkap dengan alat musiknya!”</p> <p style="text-align: justify;">”Jadi, kamu terjun dalam pelayanan karena kesenanganmu terhadap musik, ya?” Tasya mengonfirmasi jawaban Merry.</p> <p style="text-align: justify;">”Ya, benar, dan aku pikir tidak ada salahnya menggunakan talenta yang sudah Tuhan berikan untuk melayani di gereja,” Merry menambahkan.</p> <p style="text-align: justify;">”Setuju, setuju! Tuhan memberikan talenta kepada kita untuk digunakan melayani jemaat-Nya. Tidak ada yang salah dengan ini. Selain hal ini, apakah ada alasan atau motivasi lain yang mendorong kamu melayani?” kembali Tasya bertanya. ”</p> <p style="text-align: justify;">Itu saja Tasya. Aku bersyukur atas kemampuan yang Tuhan berikan, dan ingin melayani dengan pemberian yang sudah Dia berikan kepadaku. Itu saja.”</p> <p style="text-align: justify;">”Baik, baik. Izinkan aku membagikan motivasiku dalam melayani. Bagiku, melayani berarti memberikan diri untuk kepentingan orang lain. Dalam bahasa Yunani, istilah ‘melayani’ berasal dari kata <em>diakoneo</em>, yang artinya melakukan tugas atau pekerjaan untuk orang lain. Dalam konteks iman Kristen, melayani bukan sekadar tindakan fisik atau memberikan sesuatu yang berwujud kepada sesama. Lebih dari itu, melayani berarti meneladani Yesus Kristus, yang memberikan diri-Nya seutuhnya, dengan kasih.”</p> <p style="text-align: justify;">”Yohanes 15 : 9 mengatakan, Tuhan Yesus bersedia melayani manusia, bahkan mau mati di kayu salib, bukan hanya dilandasi ketaatan kepada Allah Bapa, tapi juga karena kasih-Nya kepada kita. Kasih-Nya yang membuat Dia bertahan menghadapi penderitaan yang hebat secara fisik maupun emosional, dengan kesabaran dan keteguhan.”</p> <p style="text-align: justify;">”Aku selalu berusaha menjadikan kasih sebagai pusat dari semua tindakan pelayananku. Bukan berlandaskan apa yang aku suka, atau apa yang mampu aku kerjakan, tapi siapa yang aku layani dengan kasih. Alkitab secara konsisten menunjukkan, kasih adalah kekuatan pendorong di balik setiap tindakan pengorbanan, kebaikan, dan pelayanan. Rasul Paulus dalam 1Korintus 13 menekankan, semua tindakan, baik pemberian kepada orang miskin, pengorbanan, atau bahkan karunia-karunia rohani, tidak berarti apa-apa tanpa kasih. Kasih adalah inti dari pelayanan.”</p> <p style="text-align: justify;">”Nah, Merry, semoga <em>sharing</em> singkatku ini bisa membantu kamu meninjau ulang apa yang menggerakkan kamu untuk melayani. Aku berharap kamu juga meneladani Tuhan Yesus yang memberikan diri-Nya bagi manusia, karena kasih-Nya. Sama seperti kita bisa panjang sabar terhadap orang yang kita kasihi dengan segala kelemahan mereka , niscaya kamu pun akan bisa bersabar terhadap siapa pun yang kamu layani. Kasihlah yang membuat kita mampu menanggung segala sesuatu,” Tasya menutup sharing-nya kepada Merry.</p> <p style="text-align: justify;">Merry termenung dan terkejut atas apa yang dipaparkan oleh Tasya. Selama ini, ia hanya berfokus kepada dirinya sendiri, melayani karena merasa mampu, bukan untuk melayani orang lain. Merry tersadar, kasih tidak pernah menjadi alasan baginya. Tidak ada kasih terhadap para remaja yang dia layani. Tidak heran, ia menjadi cepat gusar ketika rencana pelayanan tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkannya.</p> <p style="text-align: justify;">“Tasya, terima kasih, kamu sudah membuka mataku. Selama ini, sebenarnya aku tidak melayani orang lain, tetapi hanya menyalurkan kemampuan dan kesenanganku dalam aktivitas gereja. Tanpa kasih, tanpa pernah memahami kondisi orang yang aku layani. Pantas, aku tidak pernah bersukacita dalam melayani. Aku hanya berfokus pada kepentingan diri sendiri. Aku akan berubah, Tasya! Aku akan menjadikan kasih Kristus sebagai panduku dalam pelayanan. Terima kasih, selamat malam, sampai jumpa besok di ibadah Minggu!”</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/pexels-pavel-danilyuk-7521352.jpg" alt="" width="5192" height="3466" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">“Aku tidak bisa melakukan ini lagi! Habis sudah energiku menghadapi anak-anak muda yang tidak bisa diatur ini! Setiap kali diingatkan untuk disiplin dan menghargai waktu dalam gladi resik kebaktian pemuda, selalu tidak didengar! Bisa kena darah tinggi, bila aku terus bertahan di komisi yang kacau balau ini!” kata Merry melalui<em> handphone</em> kepada Tasya, ketua komisi pemuda dari suatu gereja di daerah Tangerang Selatan. Merry adalah koordinator dari sie kebaktian, yang salah satu tugasnya adalah memimpin latihan pemusik dan pemimpin pujian, untuk melatih pujian yang akan dinyanyikan dalam kebaktian pemuda.</p> <p style="text-align: justify;">Memang sudah menjadi sebuah kebiasaan buruk, para pemusik tidak pernah tepat waktu dalam memulai latihan, sehingga latihan selalu dimulai terlambat dan diakhiri terlambat pula. Tidak jarang Merry harus tiba di rumah hampir pk. 24.00. Hal ini selalu mengacaukan jadwal kegiatan yang sudah direncanakan Merry. Sering ia harus melewatkan kegiatan <em>hang out</em> dengan teman-teman lamanya, karena para pemusik yang tidak memedulikan tegurannya.</p> <p style="text-align: justify;">Merry selalu berusaha menahan diri agar tidak emosional dan memarahi para pemusik. Namun, tumpukan kekesalan semakin tinggi, dan emosi yang telah lama terpendam akhirnya meledak malam itu. Habis sudah kesabarannya dalam menghadapi masalah ini. Ia merasa sudah berkorban terlalu banyak secara waktu dan emosi. Merry berpikir, lebih baik menyerah daripada menderita depresi. Ia sudah tidak bisa menghadiri kebaktian dengan sukacita, karena setiap kali melihat pemusik yang tampil di panggung, emosi dan kekesalan kembali datang mengusik hatinya.</p> <p style="text-align: justify;">Dan malam ini, ia memutuskan sudah cukup. Sudah cukup bersabar, menahan emosi, mencoba mengerti alasan-alasan yang remeh-temeh dari para pemusik. Lebih baik ia berhenti melayani dan menjadi jemaat biasa, duduk manis, menikmati ibadah dengan hati tenang dan damai sejahtera. Tidak perlu peduli lagi akan para pemusik yang tidak bisa diatur dan tidak menghargai waktu! Merry merasa, dengan demikian, ia akan mendapatkan kembali kemerdekaannya. Hatinya berbunga-bunga, membayangkan nikmatnya lepas dari bayangan para pemusik yang menyebalkan! Kesehatan mental lebih penting daripada pelayanan yang menyebabkan stress!</p> <p style="text-align: justify;">”Tunggu sebentar, Merry! Tenangkan hati, tenangkan diri!” sahut Tasya, terdengar dari seberang sana. Mari kita bahas masalah ini dengan tenang. Aku setuju para pemusik itu tidak disiplin. Beberapa <em>song leader</em> juga sudah menyampaikan hal ini ke pengurus. Tapi menurutku, berhenti melayani bukanlah jalan keluarnya. Boleh aku tanya beberapa hal, Merry?”</p> <p style="text-align: justify;">”Oke, oke, aku akan mendengarkan kamu, Tasya!” jawab Merry.</p> <p style="text-align: justify;">”Mer, apa yang membuat kamu mengambil pelayanan di sie ibadah ini, dan bersedia diteguhkan menjadi pengurus satu bulan yang lalu, di hadapan Tuhan dan jemaat?”</p> <p style="text-align: justify;">”Aku senang menyanyi. Aku senang musik. Aku pikir, pelayanan ini akan banyak bersinggungan dengan hobiku, karena dalam ibadah ‘kan ada pujian, lengkap dengan alat musiknya!”</p> <p style="text-align: justify;">”Jadi, kamu terjun dalam pelayanan karena kesenanganmu terhadap musik, ya?” Tasya mengonfirmasi jawaban Merry.</p> <p style="text-align: justify;">”Ya, benar, dan aku pikir tidak ada salahnya menggunakan talenta yang sudah Tuhan berikan untuk melayani di gereja,” Merry menambahkan.</p> <p style="text-align: justify;">”Setuju, setuju! Tuhan memberikan talenta kepada kita untuk digunakan melayani jemaat-Nya. Tidak ada yang salah dengan ini. Selain hal ini, apakah ada alasan atau motivasi lain yang mendorong kamu melayani?” kembali Tasya bertanya. ”</p> <p style="text-align: justify;">Itu saja Tasya. Aku bersyukur atas kemampuan yang Tuhan berikan, dan ingin melayani dengan pemberian yang sudah Dia berikan kepadaku. Itu saja.”</p> <p style="text-align: justify;">”Baik, baik. Izinkan aku membagikan motivasiku dalam melayani. Bagiku, melayani berarti memberikan diri untuk kepentingan orang lain. Dalam bahasa Yunani, istilah ‘melayani’ berasal dari kata <em>diakoneo</em>, yang artinya melakukan tugas atau pekerjaan untuk orang lain. Dalam konteks iman Kristen, melayani bukan sekadar tindakan fisik atau memberikan sesuatu yang berwujud kepada sesama. Lebih dari itu, melayani berarti meneladani Yesus Kristus, yang memberikan diri-Nya seutuhnya, dengan kasih.”</p> <p style="text-align: justify;">”Yohanes 15 : 9 mengatakan, Tuhan Yesus bersedia melayani manusia, bahkan mau mati di kayu salib, bukan hanya dilandasi ketaatan kepada Allah Bapa, tapi juga karena kasih-Nya kepada kita. Kasih-Nya yang membuat Dia bertahan menghadapi penderitaan yang hebat secara fisik maupun emosional, dengan kesabaran dan keteguhan.”</p> <p style="text-align: justify;">”Aku selalu berusaha menjadikan kasih sebagai pusat dari semua tindakan pelayananku. Bukan berlandaskan apa yang aku suka, atau apa yang mampu aku kerjakan, tapi siapa yang aku layani dengan kasih. Alkitab secara konsisten menunjukkan, kasih adalah kekuatan pendorong di balik setiap tindakan pengorbanan, kebaikan, dan pelayanan. Rasul Paulus dalam 1Korintus 13 menekankan, semua tindakan, baik pemberian kepada orang miskin, pengorbanan, atau bahkan karunia-karunia rohani, tidak berarti apa-apa tanpa kasih. Kasih adalah inti dari pelayanan.”</p> <p style="text-align: justify;">”Nah, Merry, semoga <em>sharing</em> singkatku ini bisa membantu kamu meninjau ulang apa yang menggerakkan kamu untuk melayani. Aku berharap kamu juga meneladani Tuhan Yesus yang memberikan diri-Nya bagi manusia, karena kasih-Nya. Sama seperti kita bisa panjang sabar terhadap orang yang kita kasihi dengan segala kelemahan mereka , niscaya kamu pun akan bisa bersabar terhadap siapa pun yang kamu layani. Kasihlah yang membuat kita mampu menanggung segala sesuatu,” Tasya menutup sharing-nya kepada Merry.</p> <p style="text-align: justify;">Merry termenung dan terkejut atas apa yang dipaparkan oleh Tasya. Selama ini, ia hanya berfokus kepada dirinya sendiri, melayani karena merasa mampu, bukan untuk melayani orang lain. Merry tersadar, kasih tidak pernah menjadi alasan baginya. Tidak ada kasih terhadap para remaja yang dia layani. Tidak heran, ia menjadi cepat gusar ketika rencana pelayanan tidak berjalan sesuai dengan yang diinginkannya.</p> <p style="text-align: justify;">“Tasya, terima kasih, kamu sudah membuka mataku. Selama ini, sebenarnya aku tidak melayani orang lain, tetapi hanya menyalurkan kemampuan dan kesenanganku dalam aktivitas gereja. Tanpa kasih, tanpa pernah memahami kondisi orang yang aku layani. Pantas, aku tidak pernah bersukacita dalam melayani. Aku hanya berfokus pada kepentingan diri sendiri. Aku akan berubah, Tasya! Aku akan menjadikan kasih Kristus sebagai panduku dalam pelayanan. Terima kasih, selamat malam, sampai jumpa besok di ibadah Minggu!”</p> Panggilan dan Komitmen 2024-09-17T11:57:57+07:00 2024-09-17T11:57:57+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/panggilan-dan-komitmen Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/4-1-1024x576.png" alt="" width="1024" height="576" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Dalam suatu pertemuan orang tua murid, pembicara menceritakan tentang anaknya yang terpanggil menjadi hamba Tuhan. Ketika diwawancarai, dalam proses penerimaannya di STT, ia ditanya, mengapa ingin menjadi hamba Tuhan? Ia menjawab, “<em>Emang</em> maunya saya?” Dengan jawaban itu, ia ingin menyampaikan, menjadi hamba Tuhan bukanlah kemauan pribadinya, melainkan ia yakini sebagai panggilan Tuhan (<em>vocational calling</em>). Sebelumnya, ia tidak tahu akan meneruskan studi di bidang apa. Mamanyalah yang menyarankannya untuk berdoa dan menggumuli panggilan Tuhan atas hidupnya. Sempat ia bertanya, “Apa itu panggilan?” Jawab mamanya, “Panggilan adalah profesi yang akan tetap kamu jalani, meskipun tidak dibayar!”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/panggilan-dan-komitmen" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/4-1-1024x576.png" alt="" width="1024" height="576" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Dalam suatu pertemuan orang tua murid, pembicara menceritakan tentang anaknya yang terpanggil menjadi hamba Tuhan. Ketika diwawancarai, dalam proses penerimaannya di STT, ia ditanya, mengapa ingin menjadi hamba Tuhan? Ia menjawab, “<em>Emang</em> maunya saya?” Dengan jawaban itu, ia ingin menyampaikan, menjadi hamba Tuhan bukanlah kemauan pribadinya, melainkan ia yakini sebagai panggilan Tuhan (<em>vocational calling</em>). Sebelumnya, ia tidak tahu akan meneruskan studi di bidang apa. Mamanyalah yang menyarankannya untuk berdoa dan menggumuli panggilan Tuhan atas hidupnya. Sempat ia bertanya, “Apa itu panggilan?” Jawab mamanya, “Panggilan adalah profesi yang akan tetap kamu jalani, meskipun tidak dibayar!”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/panggilan-dan-komitmen" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Keunikan Keluarga Kristen 2024-09-03T17:26:28+07:00 2024-09-03T17:26:28+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/keunikan-keluarga-kristen Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/hillshire-farm-YGcleYb9wEQ-unsplash.jpg" alt="" width="8058" height="5372" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;"><em>If you want to change to the world, go home and love your family, </em></p> <p style="text-align: center;"><em>- Mother Theresa- </em></p> <p style="text-align: justify;">Membahas keunikan keluarga Kristen, kita dapat berbicara dari A sampai Z. Pada kesempatan kali ini penulis akan mengajak kita mengkaji terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan keluarga Kristen, sebelum kita membicarakan keunikan-keunikannya, yang menurut penulis begitu kaya.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> 1. Fondasi </strong></p> <p style="text-align: justify;">Bangunan yang baik harus dibangun di atas fondasi yang kokoh, begitu pula keluarga, seperti yang tertulis pada Matius 7:24-27,</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;">“Jadi, setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia bagaikan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Lalu turunlah hujan dan datanglah banjir, dan angin bertiup melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak roboh sebab didirikan di atas batu. Namun, setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia bagaikan orang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Lalu turunlah hujan dan datanglah banjir, dan angin bertiup melanda rumah itu, sehingga robohlah rumah itu dan besarlah kerusakannya.”</p> <p style="text-align: justify;">Perbedaan ini bukan hanya sebatas penampakan fisik, tetapi mencerminkan landasan hidup masing-masing individu.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam perikop ini, Yesus mengumpamakan kehidupan kita sebagai sebuah rumah. Kita semua membangun “rumah” masing-masing melalui keputusan, pilihan, dan tindakan kita sehari-hari. Batu melambangkan kebenaran dan kestabilan. Orang yang membangun rumah di atas batu adalah mereka yang memiliki dasar keyakinan yang kuat dalam ajaran-ajaran Yesus. Mereka memahami nilai-nilai kerajaan Allah, dan membangun hidup mereka berdasarkan prinsip-prinsip tersebut. Ketika terjadi badai, mereka tetap kokoh atas dasar keyakinan dan keimanan mereka yang kuat<sup>1</sup>.</p> <p style="text-align: justify;">Istilah yang digunakan dalam Perjanjian Baru (PB) untuk keluarga adalah kata Yunani “patria”, yang berarti “keluarga dari sudut pandang relasi historis, seperti garis keturunan”. Kata ini hanya disebutkan tiga kali dalam PB. Yang pertama, digunakan dalam <strong>Lukas 2:4.</strong> Dalam ayat tersebut, disebutkan Yusuf berasal dari keluarga dan keturunan (<em>patria</em>) Daud. Kedua, <strong>Kisah Para Rasul 3:25</strong> juga menggunakan istilah ini untuk menerjemahkan janji Alllah kepada Abraham. Dijanjikan bahwa semua bangsa (<em>patria</em>) di muka bumi akan diberkati. Ketiga, Paulus dalam suratnya untuk jemaat Efesus mengatakan, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang dari-Nya semua keluarga (<em>patria</em>) yang di dalam surga dan di atas bumi menerima namanya” <strong>(Efesus 3: 14-15). </strong></p> <p style="text-align: justify;">Kata Yunani lainnya untuk keluarga adalah “<em>oikos</em>” (bentuk tunggal, bentuk jamaknya “<em>oikia</em>”). Kata ini lebih umum dari pada “<em>patria</em>”. Kata ini dimengerti sebagai keluarga dalam arti rumah tangga. Kata “<em>oikos</em>” mempunyai arti yang sama dengan kata Ibrani “<em>bayit</em>”. Dalam dunia Yunani Romawi, “<em>Oikos</em>” dipahami sebagai sebuah unit sosial yang lebih luas. Unit sosial itu tidak hanya mencakup sanak keluarga sedarah, tetapi juga orang lain yang tidak sedarah, seperti para budak, pekerja, dan orang-orang yang bersandar pada seorang kepala rumah tangga<sup>2</sup>.</p> <p style="text-align: justify;">Ada berbagai referensi ayat Alkitab tentang keluarga yang diberkati oleh Allah. Firman Tuhan memandang keluarga sebagai sebuah institusi yang suci dan penting dalam menjalani hidup di dunia ini. Allah ingin keluarga menjadi tempat yang penuh dengan kasih dan penghormatan.</p> <p style="text-align: justify;">Kata “keluarga Kristen” dalam Alkitab merujuk pada pengikut Kristus Yesus. Istilah “Kristen” diambil dari bahasa Yunani, “<em>Kristianos</em>” <em>(χριστιανος)</em>, yang dipakai untuk pengikut Kristus, atau pendukung Kekristenan. Dalam Yeremia 31:31, juga dinubuatkan tentang perjanjian baru yang akan menggantikan perjanjian lama dengan bangsa Israel. Jadi, istilah “keluarga Kristen” mengacu pada komunitas orang percaya yang mengikuti ajaran Yesus dan memegang teguh iman Kristen.</p> <p style="text-align: justify;">Konsep keluarga sangatlah penting dalam Alkitab, baik secara fisik maupun teologis. Konsep ini diperkenalkan sejak awal, seperti yang kita lihat dalam Kejadian 1:28, “Allah memberkati mereka, dan berfirman kepada mereka, ‘Beranak cuculah dan bertambah banyaklah. Penuhilah bumi dan taklukkanlah bumi. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara dan atas segala binatang melata di bumi!’” Sejak penciptaan, Allah merencanakan agar pria dan wanita menikah dan mempunyai anak. Seorang pria dan seorang wanita akan membentuk “kesatuan daging” melalui pernikahan (Kejadian 2:24), dan bersama anak-anak, mereka menjadi sebuah keluarga, yang merupakan landasan penting dalam peradaban manusia.</p> <p style="text-align: justify;">Alkitab mempunyai pengertian yang lebih komunal tentang manusia dan kekeluargaan dibandingkan budaya Barat pada umumnya, yang lebih bersifat individual dibandingkan dengan orang-orang di Timur Tengah dan Timur Dekat kuno. Ketika Tuhan menyelamatkan Nuh dari air bah, yang terjadi bukanlah keselamatan individual, namun keselamatan baginya, istrinya, anak-anaknya, dan istri anak-anaknya. Dengan kata lain, keluarganya diselamatkan (Kejadian 6:18). Ketika memanggil Abraham keluar dari Haran, Allah memanggilnya beserta keluarganya (Kejadian 12:4-5). Tanda perjanjian Abraham (sunat) harus diterapkan pada semua laki-laki dalam rumah tangga, baik mereka yang dilahirkan dalam keluarga, maupun para pembantu rumah tangga (Kejadian 17:12-13). Dengan kata lain, perjanjian Tuhan dengan Abraham berlaku untuk seluruh keluarganya, bukan perseorangan.</p> <p style="text-align: justify;">Pentingnya keluarga dapat dilihat dalam ketentuan perjanjian Musa. Misalnya, dua dari Sepuluh Perintah Allah berkaitan dengan menjaga kesatuan keluarga. Perintah kelima tentang menghormati orang tua dimaksudkan untuk menjaga kewibawaan orang tua dalam urusan keluarga, dan perintah ketujuh yang melarang zina melindungi kesucian perkawinan. Dari kedua perintah ini mengalir berbagai ketentuan lain dalam hukum Musa, yang berupaya melindungi pernikahan dan keluarga. Kesehatan keluarga begitu penting bagi Tuhan, sehingga hal ini ditegaskan dalam perjanjian nasional Israel.</p> <p style="text-align: justify;">Ini bukan semata-mata fenomena Perjanjian Lama (PL). Perjanjian Baru pun memberikan banyak perintah dan larangan yang sama. Yesus berbicara tentang kesucian pernikahan dan menentang perceraian dalam Matius 19. Rasul Paulus berbicara tentang seperti apa seharusnya rumah tangga Kristen, ketika dia memberikan nasihat, “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan,” dan bagi para orang tua, “Janganlah sakiti hati anakmu," dalam Efesus 6:1 dan Kolose 3:21. Dalam 1Korintus 7:14, pasangan yang tidak beriman “dikuduskan” melalui pasangan yang beriman. Salah satu artinya, pasangan yang tidak beriman dapat diselamatkan melalui kesaksian dari pasangan yang beriman.</p> <p style="text-align: justify;">Mari alihkan perhatian kita pada konsep teologis keluarga. Selama tiga tahun pelayanan-Nya, Yesus mematahkan beberapa gagasan umum tentang apa artinya menjadi bagian dari sebuah keluarga,</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;">“Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan ingin berbicara dengan Dia. Seseorang berkata kepada-Nya, ‘Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin berbicara dengan Engkau.’ Jawab Yesus kepada orang yang berkata kepada-Nya, ‘Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?’ Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya, ‘Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab, siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan, dan ibu-Ku.’” (Matius 12:46-50).</p> <p style="text-align: justify;">Sekarang, kita harus menjernihkan beberapa kesalahpahaman tentang bagian ini. Yesus tidak mengatakan bahwa keluarga biologis tidak penting; Dia tidak mengabaikan ibu dan saudara-saudara kandung-Nya. Apa yang Dia lakukan menegaskan poin teologis, bahwa di Kerajaan Surga, hubungan keluarga yang paling penting adalah hubungan rohani, bukan jasmani. Ini adalah kebenaran yang secara eksplisit dijelaskan dalam Injil Yohanes, ketika ia berkata, “Namun, semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya hak supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya, mereka yang dilahirkan bukan dari darah atau dari hasrat manusia, bukan pula oleh hasrat seorang laki-laki, melainkan dari Allah” (Yohanes 1:12-13).</p> <p style="text-align: justify;">Persamaannya cukup jelas. Ketika kita dilahirkan secara jasmani, kita dilahirkan dalam keluarga jasmani, namun ketika kita “dilahirkan kembali,” kita dilahirkan dalam keluarga rohani. Dalam bahasa Paulus, kita diadopsi ke dalam keluarga Tuhan (Roma 8:15). Ketika kita diadopsi ke dalam keluarga rohani Tuhan, yaitu gereja, Tuhan menjadi Bapa kita dan Yesus menjadi Saudara kita. Keluarga rohani ini tidak terikat oleh suku, gender atau status sosial. Seperti yang Paulus katakan,</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;">“Sebab, kamu semua adalah anak-anak Allah melalui iman di dalam Yesus Kristus. Sebab, kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Lagi pula, jikalau kamu milik Kristus, kamu adalah keturunan Abraham dan ahli waris menurut janji Allah” (Galatia 3:26-29).</p> <p style="text-align: justify;">Jadi, apa yang Alkitab katakan tentang keluarga? Keluarga secara fisik merupakan unsur pembangun terpenting bagi peradaban manusia, dan oleh karena itu, keluarga harus dipupuk dan dilindungi. Namun, yang lebih penting adalah ciptaan baru, yang Tuhan ciptakan di dalam Kristus, yang terdiri dari sebuah keluarga rohani, yaitu gereja, yang terdiri dari semua orang yang berseru kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Ini adalah sebuah keluarga yang diambil “dari segala bangsa, suku, umat, dan bahasa” (Wahyu 7:9).</p> <p style="text-align: justify;"><strong>2. Tujuan </strong></p> <p style="text-align: justify;">Tujuan sebuah keluarga Kristen adalah memuliakan Allah, serta menjadi teladan bagi sesama, karena itu hidup kita harus menginspirasi. Contoh keluarga Kristen dalam PL maupun PB, yang hidupnya dapat dijadikan teladan adalah<sup>3</sup>:</p> <p style="text-align: justify;">a. Keluarga PL: Keluarga Nuh (Kejadian 6-9), keluarga Abraham (Kejadian 12-25), keluarga Yusuf (Kejadian 37-50), keluarga Musa (Keluaran 2-4 dan 6-7)</p> <p style="text-align: justify;">b. Keluarga PB: Keluarga Yesus (Matius 1-2 dan Lukas 1-2), jemaat dan keluarga di Tesalonika (1Tesalonika 1:7)<sup>4</sup></p> <p style="text-align: justify;">Karena tujuannya sedemikian penting, setelah calon pasangan menimbang bibit, bebet, bobot, latar belakang keluarga, dan kepribadian calon teman hidupnya, serta menjalani masa pacaran Kristiani yang sehat, gereja pun memandang penting untuk menyelenggarakan pembinaan bagi calon pasangan suami istri, yang biasa disebut sebagai pembinaan pranikah. Dalam pembinaan ini, pasangan akan lebih mendalami pengetahuan tentang sisi biologis-kedokteran, seksualitas-reproduksi<sup>5</sup>, hukum, psikologis, kesehatan finansial ekonomi, spiritual-teologis<sup>6</sup>, dan meninjau dampaknya pada kehidupan mereka di masa depan<sup>7</sup>. Hal ini yang termasuk dianggap sebagai pondasi unik keluarga kristen karena dibangun dari dasar yang kokoh untuk berakar kuat dan bertumbuh juga keluarga dapat berbuah indah sesuai dengan waktu Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>3. Keunikan Keluarga Kristen</strong></p> <p style="text-align: justify;">Keluarga Kristen memiliki beberapa keunikan yang tidak ditemukan dalam komunitas lain. Agar mudah diingat, dapat disingkat menjadi <strong>KTP-MarDiKo-UNIK</strong>, yaitu:</p> <p style="text-align: justify;"><strong> a. KTP </strong></p> <p style="text-align: justify;"><em><strong>K</strong>asih - Saling Mengasihi</em></p> <p style="text-align: justify;">Ciri khas dari keluarga rohani ini adalah saling mengasihi, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi. Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, jikalau kamu saling mengasihi” (Yohanes 13:34-35).</p> <p style="text-align: justify;">Dalam Kolose 3:19, Paulus meminta, “Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Kata kasih yang digunakan berarti tidak menuntut balas, atau dengan kata lain berarti mengasihi istri tanpa syarat. Ini memerlukan pengorbanan. Istri sebagai mahluk yang perasaannya halus, harus diperlakukan sebagaimana mestinya di dalam Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">Ada empat bentuk kasih yang kita kenal, yaitu <em>agape, philia, storge,</em> dan <em>eros<sup>8</sup></em>, yang diambil dari bahasa Yunani. <em>Agape</em> adalah kasih yang tidak memperhitungkan dan mempedulikan orang macam apa yang dikasihinya. Sering kali disebut sebagai “kasih yang walaupun”. <em>Philia</em> adalah kasih sayang yang sejati antar sahabat dekat yang tidak mempunyai hubungan darah. <em>Storge</em> berarti kasih mesra dari orang tua kepada anaknya, dan begitu juga sebaliknya. <em>Eros</em> adalah kasih asmara antara pria dan wanita yang mengandung nafsu birahi. Keempat bentuk kasih ini, harus dilatih dalam mengaplikasikannnya secara tepat.</p> <p style="text-align: justify;"><em><strong>T</strong>unduk</em></p> <p style="text-align: justify;">Kolose 3:18 menyerukan, “Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan!” Ketundukan yang dimaksud adalah pada otoritas Tuhan Yesus, sebagai kepala rumah tangga. Ini berbicara tentang istri yang tunduk kepada suami. Jangan saling tanduk, tapi saling tunduk. Penolong yang bukan perongrong dan penggonggong. Bagaimana keberagaman juga dapat dijadikan suatu kekuatan, dan bukan dijadikan ajang adu kekuasaan.</p> <p style="text-align: justify;"><em><strong>P</strong>aham - Mendidik Anak-anak</em></p> <p style="text-align: justify;">Dalam ayat ke-20 pasal yang sama, ada seruan bagi anak-anak dan orang tua, “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang berkenan kepada Tuhan. Hai bapak-bapak, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” Jadi, jangan hanya menuntut anak-anak untuk hormat pada orang tua, melainkan seimbang. Orang tua perlu memahami dan memberikan pendidikan rohani yang terbaik bagi anak anaknya. Demikian pula anak-anak seimbang perlu memahami dan patuh pada kedua orang tuanya. Penulis jadi mengaitkan dengan pola didik shema, seperti yang terdapat pada Ulangan 6:4-9, tentang pendidikan Kristiani yang perlu dilakukan di mana pun, agar paham benar.</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;">Dengarlah, hai orang Israel: TUHANlah Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah kautaruh dalam hatimu. Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya, ketika engkau duduk di rumahmu atau sedang dalam perjalanan, ketika engkau berbaring atau bangun. Engkau harus juga mengikatkannya sebagai tanda di dahimu. Haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbang kotamu (Ulangan 6:4-9).</p> <p style="text-align: justify;">Berjuanglah dengan sepenuh hati, agar dunia tahu, garam sedang mengasinkan, terang sedang menerangi.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> b. <em>Marturia</em>, Diakonia, dan<em> Koinonia</em> (MarDiKo)<sup>9</sup></strong></p> <p style="text-align: justify;"><em> Marturia,</em> diakonia, dan <em>koinonia</em> adalah tiga konsep Kekristenan yang sangat penting dalam kehidupan gereja dan keluarga Kristen. Ketiga konsep ini berhubungan erat satu sama lain dan saling melengkapi. Ini adalah ajaran dan tindakan yang dilakukan oleh Yesus Kristus dan seharusnya diteladani oleh para pengikut-Nya, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:</p> <p style="text-align: justify;"><strong><em>Marturia</em>,</strong> dalam bahasa Yunani adalah kesaksian, yaitu cara umat Kristen berbicara mengenai pengalaman pribadi dalam kehidupan rohaninya yang dipimpin Roh Kudus, serta memperkenalkan Yesus Kristus kepada orang lain. Kesaksian adalah cara untuk menyebarkan kabar baik dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Artinya, sebagai keluarga kristen kita harus memberi kesaksian hidup dan tentang Yesus yang tepat, di mana pun kita berada.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Diakonia<sup>10</sup></strong>, dalam bahasa Yunani berarti pelayanan. Pelayanan dapat dilakukan oleh siapa pun dan di mana pun. Ini dapat berupa memberikan dukungan pada orang lain yang sedang kesulitan, menjadi relawan di gereja atau organisasi sosial, untuk membantu sesama yang membutuhkan. Keluarga Kristen dapat melayani di komisi-komisi yang ada di gereja, aktif dan rajin, setia melayani di mana talenta itu dapat diasah.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Koinonia,</strong> dalam bahasa Yunani adalah persekutuan, yang berarti berkumpul bersama, saling menguatkan iman, mendengarkan firman Tuhan, dan berdoa bersama-sama. Dalam gereja, koinonia sering dilakukan melalui kegiatan seperti ibadah, kelas Alkitab, dan kegiatan sosial. Sebagai keluarga Kristen, kita diharapkan untuk tidak menjauhkan diri dari sesama orang percaya, dan aktif bersekutu di gereja, melalui badan pelayanan, kelompok tumbuh bersama, dan aktivitas lainnya.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>c. Berkat Tuhan Bagi Keluarga dan Bangsa: UNIK</strong></p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;">“Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan-jalan-Nya! Engkau akan memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau karena baiklah keadaanmu! Istrimu akan menjadi seperti pokok anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang yang takut akan TUHAN. Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu, dan melihat anak-anak dari anak-anakmu! Damai sejahtera atas Israel!” (Mazmur 128:1-6)</p> <p style="text-align: justify;">Mazmur 128 terdiri dari dua bagian. Ayat 1-4 membahas tentang berkat Tuhan bagi keluarga, sedangkan ayat 5 dan 6 membahas berkat Tuhan bagi bangsa.</p> <p style="text-align: justify;"><em><strong> U</strong>nique vs universal.</em> Pengaruh sebuah keluarga berasal dari para individunya. Pertama-tama, individu tersebut akan memengaruhi keluarganya, lalu pengaruh itu meluas ke bangsa dan negaranya. Tuhan akan memberkati setiap laki laki yang takut akan TUHAN dari Sion, supaya dapat melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidup dan melihat anak cucunya. Damai sejahtera atas keluarga, sejahtera atas bangsa dan negara. Damai sejahtera atas Israel. Dalam konteks GKI, akan menjadi berkat bagi bangsa dan negara Indonesia.</p> <p style="text-align: justify;"><em><strong>N</strong>ew paradigm.</em> Kerohanian bukanlah suatu nostalgia, sesuatu yang pernah dilakukan dahulu, tetapi sekarang tidak dilakukan lagi. Bukan tentang perkara saya dulu pernah melakukan perkara-perkara rohani begini atau begitu, tetapi tentang sekarang pun, kita masih memiliki relasi yang intim dengan Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;"><em><strong>I</strong>ntelligent paradigm.</em> Apa yang kita ketahui berimbas pada rasa takut kita pada Tuhan. Taat dan takut pada otoritas-Nya. Apa yang kita ketahui membekali kita untuk tidak hidup dalam taraf kognisi saja, tetapi juga dalam taraf pemahaman dan penghayatannya, serta tentu saja aplikasi kehidupan konkretnya, baik dahulu, kini, dan nanti, baik untuk hal yang kita ketahui maupun tidak (iman). Selain itu, ada berbagai kecerdasan majemuk yang baiknya dikuasai secara alami, maupun yang perlu dikembangkan. Kita seharusnya belajar mengolah berbagai kecerdasan, talenta kehidupan itu untuk membangun sebuah keluarga yang berkenan kepada Allah, berkualitas Kristiani, yang tangguh terhadap perkembangan zaman.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>K</strong>reatif. Ini berhubungan dengan “memakan hasil jerih payah” yang diupayakan secara kreatif, tekun, produktif, karena itu artinya kita kita menjadi rekan sekerja-Nya yang nyata dan menjadi kepanjangan tangan Allah yang nyata. Jadilah kreatif, sekalipun kita beriman pada berkat Allah. Dikatakan dalam ayat pertama, siapa yang hidupnya takut akan TUHAN dan hidup menurut jalan yang ditunjukan-Nya akan berbahagia. Jangan takut tentang pendapatan keluarga, akan Tuhan cukupkan. Imani, kita akan memakan hasil jerih tangan kita. Berkat perjanjian ini merupakan konsep di zaman Alkitab, bahwa berkat bagi anak istri setiap laki laki yang takut akan TUHAN akan dipenuhi.</p> <p style="text-align: justify;">Tuhan memampukan kita untuk menemukan keunikan keluarga kita masing masing, dan menjadikannya sebagai bagian keberagaman yang menunjukkan betapa kayanya realitas Tuhan.</p> <p><sup>1</sup><a href="https://tambahpinter.com">https://tambahpinter.com </a></p> <p><sup>2</sup><a href="https://teologiareformed.blogspot.com/2018/12/keluarga-kristen-pengertian-pentingnya.html">https://teologiareformed.blogspot.com/2018/12/keluarga-kristen-pengertian-pentingnya.html</a></p> <p><sup>3</sup><a href="https://www.jawaban.com/read/article/id/2023/02/28/2/230224145624/ini_lho_5_keluarga_yang_paling_inspiratif_dalam_alkitab">https://www.jawaban.com/read/article/id/2023/02/28/2/230224145624/ini_lho_5_keluarga_yang_paling_inspiratif_dalam_alkitab</a></p> <p><sup>4</sup><a href="https://gkjnehemia.net/sermons/keluarga-yang-menjadi-teladan-i-tesalonika-1-1-10/">https://gkjnehemia.net/sermons/keluarga-yang-menjadi-teladan-i-tesalonika-1-1-10/</a></p> <p><sup>5</sup>Bina Pranikah, Bidang Persekutuan Sinode GKI</p> <p><sup>6</sup>Mesach Krisetya, Diktat konseling perkawinan dan keluarga, Fakultas theologi UKSW 2001</p> <p><sup>7</sup>Pre-Marital class, Buku pegangan Mentor GKI Gading Serpong.</p> <p><sup>8</sup><a href="https://paulusutedjo.weebly.com/my-blog/rahasia-4-jenis-kasih-storge-eros-phileo-dan-agape">https://paulusutedjo.weebly.com/my-blog/rahasia-4-jenis-kasih-storge-eros-phileo-dan-agape</a></p> <p><sup>9</sup><a href="https://pakguru.co.id/diakonia-koinonia-marturia/">https://pakguru.co.id/diakonia-koinonia-marturia/</a></p> <p><sup>10</sup><a href="https://bersamakristus.org/pengertian-diakonia/">https://bersamakristus.org/pengertian-diakonia/</a></p> <p>*Penulis adalah konselor dan penulis, anggota GKI Gading Serpong</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/hillshire-farm-YGcleYb9wEQ-unsplash.jpg" alt="" width="8058" height="5372" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;"><em>If you want to change to the world, go home and love your family, </em></p> <p style="text-align: center;"><em>- Mother Theresa- </em></p> <p style="text-align: justify;">Membahas keunikan keluarga Kristen, kita dapat berbicara dari A sampai Z. Pada kesempatan kali ini penulis akan mengajak kita mengkaji terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan keluarga Kristen, sebelum kita membicarakan keunikan-keunikannya, yang menurut penulis begitu kaya.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> 1. Fondasi </strong></p> <p style="text-align: justify;">Bangunan yang baik harus dibangun di atas fondasi yang kokoh, begitu pula keluarga, seperti yang tertulis pada Matius 7:24-27,</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;">“Jadi, setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia bagaikan orang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. Lalu turunlah hujan dan datanglah banjir, dan angin bertiup melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak roboh sebab didirikan di atas batu. Namun, setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia bagaikan orang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Lalu turunlah hujan dan datanglah banjir, dan angin bertiup melanda rumah itu, sehingga robohlah rumah itu dan besarlah kerusakannya.”</p> <p style="text-align: justify;">Perbedaan ini bukan hanya sebatas penampakan fisik, tetapi mencerminkan landasan hidup masing-masing individu.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam perikop ini, Yesus mengumpamakan kehidupan kita sebagai sebuah rumah. Kita semua membangun “rumah” masing-masing melalui keputusan, pilihan, dan tindakan kita sehari-hari. Batu melambangkan kebenaran dan kestabilan. Orang yang membangun rumah di atas batu adalah mereka yang memiliki dasar keyakinan yang kuat dalam ajaran-ajaran Yesus. Mereka memahami nilai-nilai kerajaan Allah, dan membangun hidup mereka berdasarkan prinsip-prinsip tersebut. Ketika terjadi badai, mereka tetap kokoh atas dasar keyakinan dan keimanan mereka yang kuat<sup>1</sup>.</p> <p style="text-align: justify;">Istilah yang digunakan dalam Perjanjian Baru (PB) untuk keluarga adalah kata Yunani “patria”, yang berarti “keluarga dari sudut pandang relasi historis, seperti garis keturunan”. Kata ini hanya disebutkan tiga kali dalam PB. Yang pertama, digunakan dalam <strong>Lukas 2:4.</strong> Dalam ayat tersebut, disebutkan Yusuf berasal dari keluarga dan keturunan (<em>patria</em>) Daud. Kedua, <strong>Kisah Para Rasul 3:25</strong> juga menggunakan istilah ini untuk menerjemahkan janji Alllah kepada Abraham. Dijanjikan bahwa semua bangsa (<em>patria</em>) di muka bumi akan diberkati. Ketiga, Paulus dalam suratnya untuk jemaat Efesus mengatakan, “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang dari-Nya semua keluarga (<em>patria</em>) yang di dalam surga dan di atas bumi menerima namanya” <strong>(Efesus 3: 14-15). </strong></p> <p style="text-align: justify;">Kata Yunani lainnya untuk keluarga adalah “<em>oikos</em>” (bentuk tunggal, bentuk jamaknya “<em>oikia</em>”). Kata ini lebih umum dari pada “<em>patria</em>”. Kata ini dimengerti sebagai keluarga dalam arti rumah tangga. Kata “<em>oikos</em>” mempunyai arti yang sama dengan kata Ibrani “<em>bayit</em>”. Dalam dunia Yunani Romawi, “<em>Oikos</em>” dipahami sebagai sebuah unit sosial yang lebih luas. Unit sosial itu tidak hanya mencakup sanak keluarga sedarah, tetapi juga orang lain yang tidak sedarah, seperti para budak, pekerja, dan orang-orang yang bersandar pada seorang kepala rumah tangga<sup>2</sup>.</p> <p style="text-align: justify;">Ada berbagai referensi ayat Alkitab tentang keluarga yang diberkati oleh Allah. Firman Tuhan memandang keluarga sebagai sebuah institusi yang suci dan penting dalam menjalani hidup di dunia ini. Allah ingin keluarga menjadi tempat yang penuh dengan kasih dan penghormatan.</p> <p style="text-align: justify;">Kata “keluarga Kristen” dalam Alkitab merujuk pada pengikut Kristus Yesus. Istilah “Kristen” diambil dari bahasa Yunani, “<em>Kristianos</em>” <em>(χριστιανος)</em>, yang dipakai untuk pengikut Kristus, atau pendukung Kekristenan. Dalam Yeremia 31:31, juga dinubuatkan tentang perjanjian baru yang akan menggantikan perjanjian lama dengan bangsa Israel. Jadi, istilah “keluarga Kristen” mengacu pada komunitas orang percaya yang mengikuti ajaran Yesus dan memegang teguh iman Kristen.</p> <p style="text-align: justify;">Konsep keluarga sangatlah penting dalam Alkitab, baik secara fisik maupun teologis. Konsep ini diperkenalkan sejak awal, seperti yang kita lihat dalam Kejadian 1:28, “Allah memberkati mereka, dan berfirman kepada mereka, ‘Beranak cuculah dan bertambah banyaklah. Penuhilah bumi dan taklukkanlah bumi. Berkuasalah atas ikan-ikan di laut, burung-burung di udara dan atas segala binatang melata di bumi!’” Sejak penciptaan, Allah merencanakan agar pria dan wanita menikah dan mempunyai anak. Seorang pria dan seorang wanita akan membentuk “kesatuan daging” melalui pernikahan (Kejadian 2:24), dan bersama anak-anak, mereka menjadi sebuah keluarga, yang merupakan landasan penting dalam peradaban manusia.</p> <p style="text-align: justify;">Alkitab mempunyai pengertian yang lebih komunal tentang manusia dan kekeluargaan dibandingkan budaya Barat pada umumnya, yang lebih bersifat individual dibandingkan dengan orang-orang di Timur Tengah dan Timur Dekat kuno. Ketika Tuhan menyelamatkan Nuh dari air bah, yang terjadi bukanlah keselamatan individual, namun keselamatan baginya, istrinya, anak-anaknya, dan istri anak-anaknya. Dengan kata lain, keluarganya diselamatkan (Kejadian 6:18). Ketika memanggil Abraham keluar dari Haran, Allah memanggilnya beserta keluarganya (Kejadian 12:4-5). Tanda perjanjian Abraham (sunat) harus diterapkan pada semua laki-laki dalam rumah tangga, baik mereka yang dilahirkan dalam keluarga, maupun para pembantu rumah tangga (Kejadian 17:12-13). Dengan kata lain, perjanjian Tuhan dengan Abraham berlaku untuk seluruh keluarganya, bukan perseorangan.</p> <p style="text-align: justify;">Pentingnya keluarga dapat dilihat dalam ketentuan perjanjian Musa. Misalnya, dua dari Sepuluh Perintah Allah berkaitan dengan menjaga kesatuan keluarga. Perintah kelima tentang menghormati orang tua dimaksudkan untuk menjaga kewibawaan orang tua dalam urusan keluarga, dan perintah ketujuh yang melarang zina melindungi kesucian perkawinan. Dari kedua perintah ini mengalir berbagai ketentuan lain dalam hukum Musa, yang berupaya melindungi pernikahan dan keluarga. Kesehatan keluarga begitu penting bagi Tuhan, sehingga hal ini ditegaskan dalam perjanjian nasional Israel.</p> <p style="text-align: justify;">Ini bukan semata-mata fenomena Perjanjian Lama (PL). Perjanjian Baru pun memberikan banyak perintah dan larangan yang sama. Yesus berbicara tentang kesucian pernikahan dan menentang perceraian dalam Matius 19. Rasul Paulus berbicara tentang seperti apa seharusnya rumah tangga Kristen, ketika dia memberikan nasihat, “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan,” dan bagi para orang tua, “Janganlah sakiti hati anakmu," dalam Efesus 6:1 dan Kolose 3:21. Dalam 1Korintus 7:14, pasangan yang tidak beriman “dikuduskan” melalui pasangan yang beriman. Salah satu artinya, pasangan yang tidak beriman dapat diselamatkan melalui kesaksian dari pasangan yang beriman.</p> <p style="text-align: justify;">Mari alihkan perhatian kita pada konsep teologis keluarga. Selama tiga tahun pelayanan-Nya, Yesus mematahkan beberapa gagasan umum tentang apa artinya menjadi bagian dari sebuah keluarga,</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;">“Ketika Yesus masih berbicara dengan orang banyak itu, ibu-Nya dan saudara-saudara-Nya berdiri di luar dan ingin berbicara dengan Dia. Seseorang berkata kepada-Nya, ‘Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar dan ingin berbicara dengan Engkau.’ Jawab Yesus kepada orang yang berkata kepada-Nya, ‘Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?’ Lalu kata-Nya, sambil menunjuk ke arah murid-murid-Nya, ‘Inilah ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Sebab, siapa saja yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku laki-laki, saudara-Ku perempuan, dan ibu-Ku.’” (Matius 12:46-50).</p> <p style="text-align: justify;">Sekarang, kita harus menjernihkan beberapa kesalahpahaman tentang bagian ini. Yesus tidak mengatakan bahwa keluarga biologis tidak penting; Dia tidak mengabaikan ibu dan saudara-saudara kandung-Nya. Apa yang Dia lakukan menegaskan poin teologis, bahwa di Kerajaan Surga, hubungan keluarga yang paling penting adalah hubungan rohani, bukan jasmani. Ini adalah kebenaran yang secara eksplisit dijelaskan dalam Injil Yohanes, ketika ia berkata, “Namun, semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya hak supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya, mereka yang dilahirkan bukan dari darah atau dari hasrat manusia, bukan pula oleh hasrat seorang laki-laki, melainkan dari Allah” (Yohanes 1:12-13).</p> <p style="text-align: justify;">Persamaannya cukup jelas. Ketika kita dilahirkan secara jasmani, kita dilahirkan dalam keluarga jasmani, namun ketika kita “dilahirkan kembali,” kita dilahirkan dalam keluarga rohani. Dalam bahasa Paulus, kita diadopsi ke dalam keluarga Tuhan (Roma 8:15). Ketika kita diadopsi ke dalam keluarga rohani Tuhan, yaitu gereja, Tuhan menjadi Bapa kita dan Yesus menjadi Saudara kita. Keluarga rohani ini tidak terikat oleh suku, gender atau status sosial. Seperti yang Paulus katakan,</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;">“Sebab, kamu semua adalah anak-anak Allah melalui iman di dalam Yesus Kristus. Sebab, kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus. Lagi pula, jikalau kamu milik Kristus, kamu adalah keturunan Abraham dan ahli waris menurut janji Allah” (Galatia 3:26-29).</p> <p style="text-align: justify;">Jadi, apa yang Alkitab katakan tentang keluarga? Keluarga secara fisik merupakan unsur pembangun terpenting bagi peradaban manusia, dan oleh karena itu, keluarga harus dipupuk dan dilindungi. Namun, yang lebih penting adalah ciptaan baru, yang Tuhan ciptakan di dalam Kristus, yang terdiri dari sebuah keluarga rohani, yaitu gereja, yang terdiri dari semua orang yang berseru kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Ini adalah sebuah keluarga yang diambil “dari segala bangsa, suku, umat, dan bahasa” (Wahyu 7:9).</p> <p style="text-align: justify;"><strong>2. Tujuan </strong></p> <p style="text-align: justify;">Tujuan sebuah keluarga Kristen adalah memuliakan Allah, serta menjadi teladan bagi sesama, karena itu hidup kita harus menginspirasi. Contoh keluarga Kristen dalam PL maupun PB, yang hidupnya dapat dijadikan teladan adalah<sup>3</sup>:</p> <p style="text-align: justify;">a. Keluarga PL: Keluarga Nuh (Kejadian 6-9), keluarga Abraham (Kejadian 12-25), keluarga Yusuf (Kejadian 37-50), keluarga Musa (Keluaran 2-4 dan 6-7)</p> <p style="text-align: justify;">b. Keluarga PB: Keluarga Yesus (Matius 1-2 dan Lukas 1-2), jemaat dan keluarga di Tesalonika (1Tesalonika 1:7)<sup>4</sup></p> <p style="text-align: justify;">Karena tujuannya sedemikian penting, setelah calon pasangan menimbang bibit, bebet, bobot, latar belakang keluarga, dan kepribadian calon teman hidupnya, serta menjalani masa pacaran Kristiani yang sehat, gereja pun memandang penting untuk menyelenggarakan pembinaan bagi calon pasangan suami istri, yang biasa disebut sebagai pembinaan pranikah. Dalam pembinaan ini, pasangan akan lebih mendalami pengetahuan tentang sisi biologis-kedokteran, seksualitas-reproduksi<sup>5</sup>, hukum, psikologis, kesehatan finansial ekonomi, spiritual-teologis<sup>6</sup>, dan meninjau dampaknya pada kehidupan mereka di masa depan<sup>7</sup>. Hal ini yang termasuk dianggap sebagai pondasi unik keluarga kristen karena dibangun dari dasar yang kokoh untuk berakar kuat dan bertumbuh juga keluarga dapat berbuah indah sesuai dengan waktu Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>3. Keunikan Keluarga Kristen</strong></p> <p style="text-align: justify;">Keluarga Kristen memiliki beberapa keunikan yang tidak ditemukan dalam komunitas lain. Agar mudah diingat, dapat disingkat menjadi <strong>KTP-MarDiKo-UNIK</strong>, yaitu:</p> <p style="text-align: justify;"><strong> a. KTP </strong></p> <p style="text-align: justify;"><em><strong>K</strong>asih - Saling Mengasihi</em></p> <p style="text-align: justify;">Ciri khas dari keluarga rohani ini adalah saling mengasihi, “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi. Sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, jikalau kamu saling mengasihi” (Yohanes 13:34-35).</p> <p style="text-align: justify;">Dalam Kolose 3:19, Paulus meminta, “Hai suami-suami, kasihilah istrimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Kata kasih yang digunakan berarti tidak menuntut balas, atau dengan kata lain berarti mengasihi istri tanpa syarat. Ini memerlukan pengorbanan. Istri sebagai mahluk yang perasaannya halus, harus diperlakukan sebagaimana mestinya di dalam Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">Ada empat bentuk kasih yang kita kenal, yaitu <em>agape, philia, storge,</em> dan <em>eros<sup>8</sup></em>, yang diambil dari bahasa Yunani. <em>Agape</em> adalah kasih yang tidak memperhitungkan dan mempedulikan orang macam apa yang dikasihinya. Sering kali disebut sebagai “kasih yang walaupun”. <em>Philia</em> adalah kasih sayang yang sejati antar sahabat dekat yang tidak mempunyai hubungan darah. <em>Storge</em> berarti kasih mesra dari orang tua kepada anaknya, dan begitu juga sebaliknya. <em>Eros</em> adalah kasih asmara antara pria dan wanita yang mengandung nafsu birahi. Keempat bentuk kasih ini, harus dilatih dalam mengaplikasikannnya secara tepat.</p> <p style="text-align: justify;"><em><strong>T</strong>unduk</em></p> <p style="text-align: justify;">Kolose 3:18 menyerukan, “Hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan!” Ketundukan yang dimaksud adalah pada otoritas Tuhan Yesus, sebagai kepala rumah tangga. Ini berbicara tentang istri yang tunduk kepada suami. Jangan saling tanduk, tapi saling tunduk. Penolong yang bukan perongrong dan penggonggong. Bagaimana keberagaman juga dapat dijadikan suatu kekuatan, dan bukan dijadikan ajang adu kekuasaan.</p> <p style="text-align: justify;"><em><strong>P</strong>aham - Mendidik Anak-anak</em></p> <p style="text-align: justify;">Dalam ayat ke-20 pasal yang sama, ada seruan bagi anak-anak dan orang tua, “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang berkenan kepada Tuhan. Hai bapak-bapak, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” Jadi, jangan hanya menuntut anak-anak untuk hormat pada orang tua, melainkan seimbang. Orang tua perlu memahami dan memberikan pendidikan rohani yang terbaik bagi anak anaknya. Demikian pula anak-anak seimbang perlu memahami dan patuh pada kedua orang tuanya. Penulis jadi mengaitkan dengan pola didik shema, seperti yang terdapat pada Ulangan 6:4-9, tentang pendidikan Kristiani yang perlu dilakukan di mana pun, agar paham benar.</p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;">Dengarlah, hai orang Israel: TUHANlah Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah kautaruh dalam hatimu. Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya, ketika engkau duduk di rumahmu atau sedang dalam perjalanan, ketika engkau berbaring atau bangun. Engkau harus juga mengikatkannya sebagai tanda di dahimu. Haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbang kotamu (Ulangan 6:4-9).</p> <p style="text-align: justify;">Berjuanglah dengan sepenuh hati, agar dunia tahu, garam sedang mengasinkan, terang sedang menerangi.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> b. <em>Marturia</em>, Diakonia, dan<em> Koinonia</em> (MarDiKo)<sup>9</sup></strong></p> <p style="text-align: justify;"><em> Marturia,</em> diakonia, dan <em>koinonia</em> adalah tiga konsep Kekristenan yang sangat penting dalam kehidupan gereja dan keluarga Kristen. Ketiga konsep ini berhubungan erat satu sama lain dan saling melengkapi. Ini adalah ajaran dan tindakan yang dilakukan oleh Yesus Kristus dan seharusnya diteladani oleh para pengikut-Nya, sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:</p> <p style="text-align: justify;"><strong><em>Marturia</em>,</strong> dalam bahasa Yunani adalah kesaksian, yaitu cara umat Kristen berbicara mengenai pengalaman pribadi dalam kehidupan rohaninya yang dipimpin Roh Kudus, serta memperkenalkan Yesus Kristus kepada orang lain. Kesaksian adalah cara untuk menyebarkan kabar baik dan membantu orang-orang yang membutuhkan. Artinya, sebagai keluarga kristen kita harus memberi kesaksian hidup dan tentang Yesus yang tepat, di mana pun kita berada.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Diakonia<sup>10</sup></strong>, dalam bahasa Yunani berarti pelayanan. Pelayanan dapat dilakukan oleh siapa pun dan di mana pun. Ini dapat berupa memberikan dukungan pada orang lain yang sedang kesulitan, menjadi relawan di gereja atau organisasi sosial, untuk membantu sesama yang membutuhkan. Keluarga Kristen dapat melayani di komisi-komisi yang ada di gereja, aktif dan rajin, setia melayani di mana talenta itu dapat diasah.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Koinonia,</strong> dalam bahasa Yunani adalah persekutuan, yang berarti berkumpul bersama, saling menguatkan iman, mendengarkan firman Tuhan, dan berdoa bersama-sama. Dalam gereja, koinonia sering dilakukan melalui kegiatan seperti ibadah, kelas Alkitab, dan kegiatan sosial. Sebagai keluarga Kristen, kita diharapkan untuk tidak menjauhkan diri dari sesama orang percaya, dan aktif bersekutu di gereja, melalui badan pelayanan, kelompok tumbuh bersama, dan aktivitas lainnya.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>c. Berkat Tuhan Bagi Keluarga dan Bangsa: UNIK</strong></p> <p style="text-align: justify; padding-left: 30px;">“Berbahagialah setiap orang yang takut akan TUHAN, yang hidup menurut jalan-jalan-Nya! Engkau akan memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau karena baiklah keadaanmu! Istrimu akan menjadi seperti pokok anggur yang subur di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun sekeliling mejamu! Sesungguhnya demikianlah akan diberkati orang yang takut akan TUHAN. Kiranya TUHAN memberkati engkau dari Sion, supaya engkau melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu, dan melihat anak-anak dari anak-anakmu! Damai sejahtera atas Israel!” (Mazmur 128:1-6)</p> <p style="text-align: justify;">Mazmur 128 terdiri dari dua bagian. Ayat 1-4 membahas tentang berkat Tuhan bagi keluarga, sedangkan ayat 5 dan 6 membahas berkat Tuhan bagi bangsa.</p> <p style="text-align: justify;"><em><strong> U</strong>nique vs universal.</em> Pengaruh sebuah keluarga berasal dari para individunya. Pertama-tama, individu tersebut akan memengaruhi keluarganya, lalu pengaruh itu meluas ke bangsa dan negaranya. Tuhan akan memberkati setiap laki laki yang takut akan TUHAN dari Sion, supaya dapat melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidup dan melihat anak cucunya. Damai sejahtera atas keluarga, sejahtera atas bangsa dan negara. Damai sejahtera atas Israel. Dalam konteks GKI, akan menjadi berkat bagi bangsa dan negara Indonesia.</p> <p style="text-align: justify;"><em><strong>N</strong>ew paradigm.</em> Kerohanian bukanlah suatu nostalgia, sesuatu yang pernah dilakukan dahulu, tetapi sekarang tidak dilakukan lagi. Bukan tentang perkara saya dulu pernah melakukan perkara-perkara rohani begini atau begitu, tetapi tentang sekarang pun, kita masih memiliki relasi yang intim dengan Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;"><em><strong>I</strong>ntelligent paradigm.</em> Apa yang kita ketahui berimbas pada rasa takut kita pada Tuhan. Taat dan takut pada otoritas-Nya. Apa yang kita ketahui membekali kita untuk tidak hidup dalam taraf kognisi saja, tetapi juga dalam taraf pemahaman dan penghayatannya, serta tentu saja aplikasi kehidupan konkretnya, baik dahulu, kini, dan nanti, baik untuk hal yang kita ketahui maupun tidak (iman). Selain itu, ada berbagai kecerdasan majemuk yang baiknya dikuasai secara alami, maupun yang perlu dikembangkan. Kita seharusnya belajar mengolah berbagai kecerdasan, talenta kehidupan itu untuk membangun sebuah keluarga yang berkenan kepada Allah, berkualitas Kristiani, yang tangguh terhadap perkembangan zaman.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>K</strong>reatif. Ini berhubungan dengan “memakan hasil jerih payah” yang diupayakan secara kreatif, tekun, produktif, karena itu artinya kita kita menjadi rekan sekerja-Nya yang nyata dan menjadi kepanjangan tangan Allah yang nyata. Jadilah kreatif, sekalipun kita beriman pada berkat Allah. Dikatakan dalam ayat pertama, siapa yang hidupnya takut akan TUHAN dan hidup menurut jalan yang ditunjukan-Nya akan berbahagia. Jangan takut tentang pendapatan keluarga, akan Tuhan cukupkan. Imani, kita akan memakan hasil jerih tangan kita. Berkat perjanjian ini merupakan konsep di zaman Alkitab, bahwa berkat bagi anak istri setiap laki laki yang takut akan TUHAN akan dipenuhi.</p> <p style="text-align: justify;">Tuhan memampukan kita untuk menemukan keunikan keluarga kita masing masing, dan menjadikannya sebagai bagian keberagaman yang menunjukkan betapa kayanya realitas Tuhan.</p> <p><sup>1</sup><a href="https://tambahpinter.com">https://tambahpinter.com </a></p> <p><sup>2</sup><a href="https://teologiareformed.blogspot.com/2018/12/keluarga-kristen-pengertian-pentingnya.html">https://teologiareformed.blogspot.com/2018/12/keluarga-kristen-pengertian-pentingnya.html</a></p> <p><sup>3</sup><a href="https://www.jawaban.com/read/article/id/2023/02/28/2/230224145624/ini_lho_5_keluarga_yang_paling_inspiratif_dalam_alkitab">https://www.jawaban.com/read/article/id/2023/02/28/2/230224145624/ini_lho_5_keluarga_yang_paling_inspiratif_dalam_alkitab</a></p> <p><sup>4</sup><a href="https://gkjnehemia.net/sermons/keluarga-yang-menjadi-teladan-i-tesalonika-1-1-10/">https://gkjnehemia.net/sermons/keluarga-yang-menjadi-teladan-i-tesalonika-1-1-10/</a></p> <p><sup>5</sup>Bina Pranikah, Bidang Persekutuan Sinode GKI</p> <p><sup>6</sup>Mesach Krisetya, Diktat konseling perkawinan dan keluarga, Fakultas theologi UKSW 2001</p> <p><sup>7</sup>Pre-Marital class, Buku pegangan Mentor GKI Gading Serpong.</p> <p><sup>8</sup><a href="https://paulusutedjo.weebly.com/my-blog/rahasia-4-jenis-kasih-storge-eros-phileo-dan-agape">https://paulusutedjo.weebly.com/my-blog/rahasia-4-jenis-kasih-storge-eros-phileo-dan-agape</a></p> <p><sup>9</sup><a href="https://pakguru.co.id/diakonia-koinonia-marturia/">https://pakguru.co.id/diakonia-koinonia-marturia/</a></p> <p><sup>10</sup><a href="https://bersamakristus.org/pengertian-diakonia/">https://bersamakristus.org/pengertian-diakonia/</a></p> <p>*Penulis adalah konselor dan penulis, anggota GKI Gading Serpong</p> Pilatus dan Salib (Markus 15:1-15) 2024-09-03T17:00:31+07:00 2024-09-03T17:00:31+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pilatus-dan-salib-markus-15-1-15 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/james-VRY1R2bs000-unsplash.jpg" alt="" width="2318" height="3046" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;">“Karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barnabas bagi mereka, sedangkan Yesus dicambuknya lalu diserahkannya untuk disalibkan” (Markus 15:15).</p> <p style="text-align: justify;">Pilatus (Pontius Pilate) adalah nama yang sangat dikenal umat Kristen. Pada setiap peringatan kematian Tuhan Yesus, tokoh Pilatus selalu menjadi tokoh yang disorot, karena ia adalah tokoh penguasa yang mengeksekusi penyaliban Tuhan Yesus. Lebih menarik lagi, nama Pontius Pilatus disebutkan dalam Pengakuan Iman Rasuli (Packer, J.I. Kristen Sejati Vol.1. 2014). Apa yang mau diingatkan kepada kita atas penyaliban Yesus Kristus di bawah pemerintahan Pontius Pilatus?</p> <p style="text-align: justify;">Pada zaman itu, para imam kepala dan tua-tua Israel tidak memiliki kuasa politik. Maka setiap keputusan hukuman mati harus datang dari otoritas Romawi. Itulah sebabnya mereka menyerahkan Yesus kepada Pilatus, penguasa pemerintahan Romawi pada saat itu (Stambaugh, John dan Balch, David. Dunia Sosial Kekristenan Mula-Mula, 2008). Mereka mendesak Pilatus, menghasut banyak orang, bahkan juga menyebarkan fitnah di tengahtengah rakyat, sehingga banyak orang menjadi terpengaruh dan memaksa Pilatus memberi hukuman mati kepada Yesus.</p> <p style="text-align: justify;">Ada beberapa hal yang sudah diketahui Pilatus sebagai penguasa wilayah kala itu, sebelum peristiwa ini terjadi. Antara lain, kedatangan Yesus ke wilayah Yerusalem pada Minggu Palma disambut oleh orang banyak (Rachman, Rasid. Hari Raya Liturgi. 2015). Pilatus juga mengetahui, Yesus diserahkan karena kedengkian para imam kepala (Markus 15:10) dan hasutan mereka agar rakyat menuntut untuk membebaskan Barnabas, bukan Yesus (Markus 15:11).</p> <p style="text-align: justify;">Saat diserahkan kepadanya, Pilatus juga berpendapat bahwa Yesus tidak bersalah (Yohanes 18:38, Lukas 23:4, 14; Mat. 27:23-24). Istrinya pun sudah mengingatkan, Yesus adalah orang benar (Matius 27:19). Ia mencoba menawarkan untuk membebaskan-Nya. Tetapi, orang banyak itu sudah bersepakat untuk membunuh Yesus. Pilatus tidak berani menolak, karena khawatir akan terjadi pemberontakan besar. Ia takut kepada Yesus, tetapi lebih takut kepada orang banyak (Matius 27:24). Sebelumnya, ada beberapa gejolak pemberontakan yang sudah pernah dilakukan orang Yahudi dalam masa pemerintahan Pilatus. Tentunya jika sampai terjadi pemberontakan lagi, kariernya di pemerintahan Roma akan terancam. Karena itu, Pilatus lebih memilih membiarkan Yesus disalibkan. “Karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barnabas bagi mereka, sedangkan Yesus dicambuknya lalu diserahkannya untuk disalibkan” (Markus 15:15).</p> <p style="text-align: justify;">Bagaimana dengan imam-imam? Markus 15:10 mencatat, para imam kepala menyerahkan Yesus karena dengki. Mereka merasa terancam, takut kehilangan pengikut, karena banyaknya pengikut Kristus. Mereka juga kehilangan harta, dalam artian kehilangan pemasukan dari para pengikutnya, termasuk penghasilan dari kegiatan dagang di depan Bait Allah yang disucikan oleh Yesus. Lalu timbullah niat untuk menyingkirkan-Nya. Sebagai pelayan Allah, yang mereka lakukan bukan melayani Allah, tetapi mementingkan ego sendiri serta kepentingan ekonomi. Untuk itu, mereka tidak segansegan menyingkirkan kebenaran. Sikap Pilatus dan para imam ini sangat kontras dengan sikap Yesus, yang rela kehilangan nyawa dan mengorbankan diri-Nya bagi orang berdosa. (Keller, Timothy. Berjalan Bersama Allah Melalui Kesulitan dan Penderitaan, 2019).</p> <p style="text-align: justify;">Dietrich Bonhoeffer mengatakan, “Ketika kita menghadapi salib, kita berhadapan dengan sesuatu yang luar biasa” (Bonhoeffer, Dietrich. <em>The Cost of Discipleship.</em> 1995). Yesus mencintai kita dengan cinta yang datang dari ketaatan-Nya kepada Bapa. Ia menderita di kayu salib, berkorban, dan memberikan nyawaNya bukan untuk mendapatkan sesuatu, tapi justru agar manusia berdosa mendapatkan pengampunan dan kehidupan yang kekal.</p> <p style="text-align: justify;">Oleh karena itu, baiklah kita menjadi pribadi yang mengalami perubahan, dengan menghayati, memahami, dan memberi respons atas kematian Kristus. Kiranya kehidupan kita selalu diperbaharui oleh kekuatan dan keterlibatan Roh Kudus, yang mengatur dan menuntun kehidupan kita semua.</p> <p style="text-align: justify;">*Penulis adalah penatua GKI Gading Serpong.</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/james-VRY1R2bs000-unsplash.jpg" alt="" width="2318" height="3046" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;">“Karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barnabas bagi mereka, sedangkan Yesus dicambuknya lalu diserahkannya untuk disalibkan” (Markus 15:15).</p> <p style="text-align: justify;">Pilatus (Pontius Pilate) adalah nama yang sangat dikenal umat Kristen. Pada setiap peringatan kematian Tuhan Yesus, tokoh Pilatus selalu menjadi tokoh yang disorot, karena ia adalah tokoh penguasa yang mengeksekusi penyaliban Tuhan Yesus. Lebih menarik lagi, nama Pontius Pilatus disebutkan dalam Pengakuan Iman Rasuli (Packer, J.I. Kristen Sejati Vol.1. 2014). Apa yang mau diingatkan kepada kita atas penyaliban Yesus Kristus di bawah pemerintahan Pontius Pilatus?</p> <p style="text-align: justify;">Pada zaman itu, para imam kepala dan tua-tua Israel tidak memiliki kuasa politik. Maka setiap keputusan hukuman mati harus datang dari otoritas Romawi. Itulah sebabnya mereka menyerahkan Yesus kepada Pilatus, penguasa pemerintahan Romawi pada saat itu (Stambaugh, John dan Balch, David. Dunia Sosial Kekristenan Mula-Mula, 2008). Mereka mendesak Pilatus, menghasut banyak orang, bahkan juga menyebarkan fitnah di tengahtengah rakyat, sehingga banyak orang menjadi terpengaruh dan memaksa Pilatus memberi hukuman mati kepada Yesus.</p> <p style="text-align: justify;">Ada beberapa hal yang sudah diketahui Pilatus sebagai penguasa wilayah kala itu, sebelum peristiwa ini terjadi. Antara lain, kedatangan Yesus ke wilayah Yerusalem pada Minggu Palma disambut oleh orang banyak (Rachman, Rasid. Hari Raya Liturgi. 2015). Pilatus juga mengetahui, Yesus diserahkan karena kedengkian para imam kepala (Markus 15:10) dan hasutan mereka agar rakyat menuntut untuk membebaskan Barnabas, bukan Yesus (Markus 15:11).</p> <p style="text-align: justify;">Saat diserahkan kepadanya, Pilatus juga berpendapat bahwa Yesus tidak bersalah (Yohanes 18:38, Lukas 23:4, 14; Mat. 27:23-24). Istrinya pun sudah mengingatkan, Yesus adalah orang benar (Matius 27:19). Ia mencoba menawarkan untuk membebaskan-Nya. Tetapi, orang banyak itu sudah bersepakat untuk membunuh Yesus. Pilatus tidak berani menolak, karena khawatir akan terjadi pemberontakan besar. Ia takut kepada Yesus, tetapi lebih takut kepada orang banyak (Matius 27:24). Sebelumnya, ada beberapa gejolak pemberontakan yang sudah pernah dilakukan orang Yahudi dalam masa pemerintahan Pilatus. Tentunya jika sampai terjadi pemberontakan lagi, kariernya di pemerintahan Roma akan terancam. Karena itu, Pilatus lebih memilih membiarkan Yesus disalibkan. “Karena Pilatus ingin memuaskan hati orang banyak itu, ia membebaskan Barnabas bagi mereka, sedangkan Yesus dicambuknya lalu diserahkannya untuk disalibkan” (Markus 15:15).</p> <p style="text-align: justify;">Bagaimana dengan imam-imam? Markus 15:10 mencatat, para imam kepala menyerahkan Yesus karena dengki. Mereka merasa terancam, takut kehilangan pengikut, karena banyaknya pengikut Kristus. Mereka juga kehilangan harta, dalam artian kehilangan pemasukan dari para pengikutnya, termasuk penghasilan dari kegiatan dagang di depan Bait Allah yang disucikan oleh Yesus. Lalu timbullah niat untuk menyingkirkan-Nya. Sebagai pelayan Allah, yang mereka lakukan bukan melayani Allah, tetapi mementingkan ego sendiri serta kepentingan ekonomi. Untuk itu, mereka tidak segansegan menyingkirkan kebenaran. Sikap Pilatus dan para imam ini sangat kontras dengan sikap Yesus, yang rela kehilangan nyawa dan mengorbankan diri-Nya bagi orang berdosa. (Keller, Timothy. Berjalan Bersama Allah Melalui Kesulitan dan Penderitaan, 2019).</p> <p style="text-align: justify;">Dietrich Bonhoeffer mengatakan, “Ketika kita menghadapi salib, kita berhadapan dengan sesuatu yang luar biasa” (Bonhoeffer, Dietrich. <em>The Cost of Discipleship.</em> 1995). Yesus mencintai kita dengan cinta yang datang dari ketaatan-Nya kepada Bapa. Ia menderita di kayu salib, berkorban, dan memberikan nyawaNya bukan untuk mendapatkan sesuatu, tapi justru agar manusia berdosa mendapatkan pengampunan dan kehidupan yang kekal.</p> <p style="text-align: justify;">Oleh karena itu, baiklah kita menjadi pribadi yang mengalami perubahan, dengan menghayati, memahami, dan memberi respons atas kematian Kristus. Kiranya kehidupan kita selalu diperbaharui oleh kekuatan dan keterlibatan Roh Kudus, yang mengatur dan menuntun kehidupan kita semua.</p> <p style="text-align: justify;">*Penulis adalah penatua GKI Gading Serpong.</p> Persembahan yang Hidup: Mana Mungkin? 2024-09-01T11:23:59+07:00 2024-09-01T11:23:59+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/x-3 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/steve-johnson-WVUrbhWtRNM-unsplash.jpg" alt="" width="3244" height="2163" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;">Tidak ada hal yang terlalu sedikit untuk dipersembahkan kepada Tuhan, dan tidak ada hal yang terlalu banyak untuk memesona Tuhan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/x-3" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/steve-johnson-WVUrbhWtRNM-unsplash.jpg" alt="" width="3244" height="2163" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;">Tidak ada hal yang terlalu sedikit untuk dipersembahkan kepada Tuhan, dan tidak ada hal yang terlalu banyak untuk memesona Tuhan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/x-3" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Kecemasan, si Hantu dari Masa Depan 2024-09-01T11:07:39+07:00 2024-09-01T11:07:39+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kecemasan-si-hantu-dari-masa-depan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/lance-reis-wYRw2tzG_0c-unsplash.jpg" alt="" width="3853" height="4816" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;">“<em>Cogito, ergo sum</em>,” yang berarti “aku berpikir, maka aku ada."</p> <p style="text-align: justify;">Hidup di jaman post-modern, dengan media sosial dan arus informasi yang cepat, membuat kita hidup dalam kebisingan tekanan sosial. Kita bisa melihat rumput tetangga hanya sejauh genggaman tangan. Disadari atau tidak, hidup dipacu untuk berlomba mencapai atau mencentang daftar tugas. Standar sosial kian hari kian meningkat. Pada akhirnya, jarak antara idealisme dan realitas semakin jauh, sehingga menjadi tempat ternyaman bagi si cemas untuk tinggal di dalamnya.</p> <p style="text-align: justify;">Rasa takut berasal dari masa kini, sedangkan rasa cemas berasal dari masa depan. Cemas bekerja dengan membuat skenario-skenario negatif di kepala akan hal-hal di masa depan yang belum tentu terjadi. Kecemasan yang dipelihara pada akhirnya dapat merusak masa depan seseorang. Seorang filsuf, René Descartes, terkenal dengan jargonnya, “<em>Cogito, ergo sum</em>,” yang berarti “aku berpikir, maka aku ada”. Sebuah jargon yang masuk akal. Bayangkan, jika isi pikiran kita hanya terdiri atas kecemasan. Seperti apa bentuk keberadaan kita? Bagaimana kita dapat mengambil keputusan? Bagaimana kita dapat menata hidup apabila dikontrol oleh pikiran yang penuh kecemasan?</p> <p style="text-align: justify;">Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, jangan biarkan si cemas menghantui masa depan dan mengontrol hidupmu. Mungkin tetanggamu sudah menanam rumput Swiss, tetapi kamu baru bisa mengandalkan rumput liar. Tidak apa-apa. Nikmati setiap prosesnya, karena hidup bukan seperti lari jarak pendek, melainkan seperti maraton. Fokus pada tujuan, namun tetap atur nafas dan atur tempo hidupmu dengan seimbang. Jika si “hantu” dari masa depan mengintip, izinkan dia masuk dan melihat-lihat, namun jangan biarkan dia tinggal menetap. Jika dia sudah mulai mendominasi pikiran, ambil jeda sejenak, tarik nafas, dan embuskan. Fokus untuk menenangkan diri dengan mengatur napas. Pikirkan dua hal, yaitu mana yang berada dalam kontrol kita, dan mana yang berada di luar kontrol kita. Fokuskan pikiran pada hal-hal yang ada dalam kontrol kita. Selanjutnya, serahkan hal yang berada di luar kontrol kita kepada Tuhan, Sang Empunya kehidupan.</p> <p style="text-align: justify;">Kita adalah tuan rumah atas hidup kita. Kita memiliki wewenang untuk mengizinkan tamu seperti apa yang boleh masuk dalam hidup kita. Namun ingatlah, kita juga adalah ciptaan Tuhan. Tuhan yang memiliki otoritas penuh atas kehidupan kita. Sebagai ciptaan-Nya, kita memiliki banyak keterbatasan. Jika bergantung pada kekuatan diri sendiri, kecemasan akan menyerang dan menemukan tempat yang nyaman dalam diri kita. Maka ingatlah untuk selalu mengandalkan Sang Pencipta. Seperti yang tertulis pada Amsal 3:5-6 (TB2), “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam seluruh hidupmu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” Tuhan Yesus memberkati.&nbsp;</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/lance-reis-wYRw2tzG_0c-unsplash.jpg" alt="" width="3853" height="4816" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;">“<em>Cogito, ergo sum</em>,” yang berarti “aku berpikir, maka aku ada."</p> <p style="text-align: justify;">Hidup di jaman post-modern, dengan media sosial dan arus informasi yang cepat, membuat kita hidup dalam kebisingan tekanan sosial. Kita bisa melihat rumput tetangga hanya sejauh genggaman tangan. Disadari atau tidak, hidup dipacu untuk berlomba mencapai atau mencentang daftar tugas. Standar sosial kian hari kian meningkat. Pada akhirnya, jarak antara idealisme dan realitas semakin jauh, sehingga menjadi tempat ternyaman bagi si cemas untuk tinggal di dalamnya.</p> <p style="text-align: justify;">Rasa takut berasal dari masa kini, sedangkan rasa cemas berasal dari masa depan. Cemas bekerja dengan membuat skenario-skenario negatif di kepala akan hal-hal di masa depan yang belum tentu terjadi. Kecemasan yang dipelihara pada akhirnya dapat merusak masa depan seseorang. Seorang filsuf, René Descartes, terkenal dengan jargonnya, “<em>Cogito, ergo sum</em>,” yang berarti “aku berpikir, maka aku ada”. Sebuah jargon yang masuk akal. Bayangkan, jika isi pikiran kita hanya terdiri atas kecemasan. Seperti apa bentuk keberadaan kita? Bagaimana kita dapat mengambil keputusan? Bagaimana kita dapat menata hidup apabila dikontrol oleh pikiran yang penuh kecemasan?</p> <p style="text-align: justify;">Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus, jangan biarkan si cemas menghantui masa depan dan mengontrol hidupmu. Mungkin tetanggamu sudah menanam rumput Swiss, tetapi kamu baru bisa mengandalkan rumput liar. Tidak apa-apa. Nikmati setiap prosesnya, karena hidup bukan seperti lari jarak pendek, melainkan seperti maraton. Fokus pada tujuan, namun tetap atur nafas dan atur tempo hidupmu dengan seimbang. Jika si “hantu” dari masa depan mengintip, izinkan dia masuk dan melihat-lihat, namun jangan biarkan dia tinggal menetap. Jika dia sudah mulai mendominasi pikiran, ambil jeda sejenak, tarik nafas, dan embuskan. Fokus untuk menenangkan diri dengan mengatur napas. Pikirkan dua hal, yaitu mana yang berada dalam kontrol kita, dan mana yang berada di luar kontrol kita. Fokuskan pikiran pada hal-hal yang ada dalam kontrol kita. Selanjutnya, serahkan hal yang berada di luar kontrol kita kepada Tuhan, Sang Empunya kehidupan.</p> <p style="text-align: justify;">Kita adalah tuan rumah atas hidup kita. Kita memiliki wewenang untuk mengizinkan tamu seperti apa yang boleh masuk dalam hidup kita. Namun ingatlah, kita juga adalah ciptaan Tuhan. Tuhan yang memiliki otoritas penuh atas kehidupan kita. Sebagai ciptaan-Nya, kita memiliki banyak keterbatasan. Jika bergantung pada kekuatan diri sendiri, kecemasan akan menyerang dan menemukan tempat yang nyaman dalam diri kita. Maka ingatlah untuk selalu mengandalkan Sang Pencipta. Seperti yang tertulis pada Amsal 3:5-6 (TB2), “Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam seluruh hidupmu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” Tuhan Yesus memberkati.&nbsp;</p> Anakku Milikku 2024-09-01T10:54:13+07:00 2024-09-01T10:54:13+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/anakku-milikku Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/leo-rivas-wtxcaDIdOCM-unsplash.jpg" alt="" width="3744" height="2487" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">“Febri, kamu harus ambil jurusan kedokteran! Papa tahu, kamu punya potensi yang besar untuk jadi dokter! Nilai-nilai pelajaran kamu cukup baik untuk diterima di fakultas kedokteran. Papa yakin, kamu pasti bisa menjadi dokter yang sukses! Dulu Papa ingin sekali menjadi dokter, tapi gagal diterima di perguruan tinggi negeri, dan secara finansial keluarga, tidak mencukupi untuk mendaftar di perguruan tinggi swasta. Tapi kondisi kamu berbeda dengan Papa! Kamu pintar, nilaimu bagus, dan Papa siap mendukung kamu secara finansial!”</p> <p style="text-align: justify;">“Tapi Febri tidak mau jadi dokter! Febri suka dengan jurusan kewirausahaan. Aku ingin jadi pengusaha, Papa! Ingin berusaha sendiri, berbisnis, menciptakan lapangan kerja, walaupun dalam skala yang kecil. Aku ingin sekali menjadi pebisnis, Pa!”</p> <p style="text-align: justify;">Dan selanjutnya, sang papa terus berusaha meyakinkan sang anak untuk meneruskan cita-citanya yang kandas, walaupun sang anak memiliki cita-cita berbeda. Percakapan di atas sering terjadi ketika tiba saatnya anak meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mungkin sebagai orang tua, kita juga mengalami situasi seperti ini.</p> <p style="text-align: justify;">Orang tua kerap bertanya-tanya, apa salahnya mengarahkan anak menuju suatu profesi yang kita yakini sangat baik, memiliki prospek finansial yang cerah, dengan gaji delapan digit perbulan? Orang tua beranggapan, mereka sudah sangat mengenal kemampuan dan karakter anak, sehingga merasa sangat pantas menentukan masa depan sang anak. Sebagai orang tua, kita ingin yang terbaik bagi mereka.</p> <p style="text-align: justify;">Namun, bagaimana sebenarnya kehendak Tuhan terhadap cara kita memandang dan memperlakukan anak-anak kita? Mari kita menanyakan hal yang paling mendasar, yaitu siapa orang tua? Apa peranan orang tua dari sudut Bina Kita pandang Alkitab? Sebagai orang tua Kristen, mari kita memperhatikan dua ayat penting yang harus kita jadikan pedoman, yaitu Mazmur 127:3, yang berbunyi “Sesungguhnya, anak-anak adalah milik pusaka TUHAN, dan buah kandungan adalah upah,” serta Ulangan 6:6-7 sebagai berikut, “Apa yang kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah kau taruh dalam hatimu. Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya, ketika engkau duduk di rumahmu atau sedang dalam perjalanan, ketika engkau berbaring atau bangun.”</p> <p style="text-align: justify;">Mazmur 127 yang ditulis oleh Raja Salomo menyatakan, setiap anakanak, yang lahir dari kandungan para ibu, yang dibesarkan dengan jerih lelah oleh para ayah, adalah milik TUHAN. Dialah Sang Empunya anak-anak sesungguhnya. Dialah yang menciptakan anak-anak kita. Setiap anak adalah anugerah dari Tuhan, karena tidak setiap pasangan suami istri dianugerahi kesempatan menjadi orang tua. Begitu banyak pasangan suami istri mencoba berbagai macam cara untuk mendapatkan anak, tapi tidak pernah mendapatkannya. Fakta ini seharusnya mengingatkan kita, status kita sebagai orang tua adalah anugerah semata. Kebaikan Tuhanlah yang memberi kita kesempatan istimewa dan kepercayaan untuk melahirkan, merawat, dan membesarkan anak.</p> <p style="text-align: justify;">Bila menghargai kebaikan Tuhan, kita pun harus menyadari, kita bukanlah pemilik anak-anak yang Tuhan titipkan. Tuhan memberikan kita peran sebagai wakil atau duta Tuhan terhadap anak-anak yang diberikan. Hal ini akan mengubah cara pandang kita terhadap anak. Anak tidak lagi dipandang sebagai aset, obyek, milik, yang bisa diperlakukan sesuai kemauan orang tua.</p> <p style="text-align: justify;">Peran orang tua hampir sama seperti pengelola. Pengelola bukanlah pemilik. Pengelola bukanlah pihak yang berhak menentukan bagaimana memperlakukan sesuatu yang dikelolanya. Pemiliklah yang berhak. Begitu pula dengan anakanak. Mereka bukan milik kita, tapi milik Tuhan, Sang Pencipta. Sudah sepatutnya kita bertanya kepada Sang Pemilik, mengenai apa yang dikehendaki-Nya atas anak-anak kita. Sekali lagi, bukan orang tua yang menentukan jalan hidup anakanak, melainkan Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">Tuhan pun memberikan amanat khusus bagi orang tua, yaitu mendidik dan mengajarkan segala perintah-Nya kepada anak-anak setiap waktu. Amanat ini tidak bisa diserahkan kepada sekolah, gereja, atau lebih spesifik lagi kepada guru sekolah Minggu. Sering kali kita menyalahkan para guru atas ketidakmampuan anak, atau menyalahkan guru sekolah minggu atas kenakalan anak kita. Betapa malangnya para guru sekolah minggu yang hanya berinteraksi satu hingga satu setengah jam perminggu, tapi dituntut dapat mengubah sikap anak kita! Kita menyangkali peran kita sebagai wakil Tuhan dalam mendidik anak-anak yang dipercayakan kepada kita.</p> <p style="text-align: justify;">Mari bapak dan ibu, kita percayakan masa depan anak-anak kepada Sang Pemilik Hidup. Kita harus bertanya kepada-Nya, apa yang Dia inginkan dalam hidup anak-anak kita. Bukan kehendak kita yang jadi, melainkan kehendak-Nya. Biarlah suatu saat kelak, kita bisa mempertanggungjawabkan kepada Tuhan, bahwa kita sudah mendidik anak-anak titipan-Nya, sesuai dengan kehendak-Nya. Kita bisa memulainya, dengan secara rutin mengingatkan anak-anak untuk melakukan kehendak-Nya. Biarlah firman Tuhan yang membentuk karakter Kristus dalam diri mereka, dan mereka pun dapat semakin mengenal kehendak Tuhan atas hidup mereka.</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/leo-rivas-wtxcaDIdOCM-unsplash.jpg" alt="" width="3744" height="2487" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">“Febri, kamu harus ambil jurusan kedokteran! Papa tahu, kamu punya potensi yang besar untuk jadi dokter! Nilai-nilai pelajaran kamu cukup baik untuk diterima di fakultas kedokteran. Papa yakin, kamu pasti bisa menjadi dokter yang sukses! Dulu Papa ingin sekali menjadi dokter, tapi gagal diterima di perguruan tinggi negeri, dan secara finansial keluarga, tidak mencukupi untuk mendaftar di perguruan tinggi swasta. Tapi kondisi kamu berbeda dengan Papa! Kamu pintar, nilaimu bagus, dan Papa siap mendukung kamu secara finansial!”</p> <p style="text-align: justify;">“Tapi Febri tidak mau jadi dokter! Febri suka dengan jurusan kewirausahaan. Aku ingin jadi pengusaha, Papa! Ingin berusaha sendiri, berbisnis, menciptakan lapangan kerja, walaupun dalam skala yang kecil. Aku ingin sekali menjadi pebisnis, Pa!”</p> <p style="text-align: justify;">Dan selanjutnya, sang papa terus berusaha meyakinkan sang anak untuk meneruskan cita-citanya yang kandas, walaupun sang anak memiliki cita-cita berbeda. Percakapan di atas sering terjadi ketika tiba saatnya anak meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Mungkin sebagai orang tua, kita juga mengalami situasi seperti ini.</p> <p style="text-align: justify;">Orang tua kerap bertanya-tanya, apa salahnya mengarahkan anak menuju suatu profesi yang kita yakini sangat baik, memiliki prospek finansial yang cerah, dengan gaji delapan digit perbulan? Orang tua beranggapan, mereka sudah sangat mengenal kemampuan dan karakter anak, sehingga merasa sangat pantas menentukan masa depan sang anak. Sebagai orang tua, kita ingin yang terbaik bagi mereka.</p> <p style="text-align: justify;">Namun, bagaimana sebenarnya kehendak Tuhan terhadap cara kita memandang dan memperlakukan anak-anak kita? Mari kita menanyakan hal yang paling mendasar, yaitu siapa orang tua? Apa peranan orang tua dari sudut Bina Kita pandang Alkitab? Sebagai orang tua Kristen, mari kita memperhatikan dua ayat penting yang harus kita jadikan pedoman, yaitu Mazmur 127:3, yang berbunyi “Sesungguhnya, anak-anak adalah milik pusaka TUHAN, dan buah kandungan adalah upah,” serta Ulangan 6:6-7 sebagai berikut, “Apa yang kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah kau taruh dalam hatimu. Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya, ketika engkau duduk di rumahmu atau sedang dalam perjalanan, ketika engkau berbaring atau bangun.”</p> <p style="text-align: justify;">Mazmur 127 yang ditulis oleh Raja Salomo menyatakan, setiap anakanak, yang lahir dari kandungan para ibu, yang dibesarkan dengan jerih lelah oleh para ayah, adalah milik TUHAN. Dialah Sang Empunya anak-anak sesungguhnya. Dialah yang menciptakan anak-anak kita. Setiap anak adalah anugerah dari Tuhan, karena tidak setiap pasangan suami istri dianugerahi kesempatan menjadi orang tua. Begitu banyak pasangan suami istri mencoba berbagai macam cara untuk mendapatkan anak, tapi tidak pernah mendapatkannya. Fakta ini seharusnya mengingatkan kita, status kita sebagai orang tua adalah anugerah semata. Kebaikan Tuhanlah yang memberi kita kesempatan istimewa dan kepercayaan untuk melahirkan, merawat, dan membesarkan anak.</p> <p style="text-align: justify;">Bila menghargai kebaikan Tuhan, kita pun harus menyadari, kita bukanlah pemilik anak-anak yang Tuhan titipkan. Tuhan memberikan kita peran sebagai wakil atau duta Tuhan terhadap anak-anak yang diberikan. Hal ini akan mengubah cara pandang kita terhadap anak. Anak tidak lagi dipandang sebagai aset, obyek, milik, yang bisa diperlakukan sesuai kemauan orang tua.</p> <p style="text-align: justify;">Peran orang tua hampir sama seperti pengelola. Pengelola bukanlah pemilik. Pengelola bukanlah pihak yang berhak menentukan bagaimana memperlakukan sesuatu yang dikelolanya. Pemiliklah yang berhak. Begitu pula dengan anakanak. Mereka bukan milik kita, tapi milik Tuhan, Sang Pencipta. Sudah sepatutnya kita bertanya kepada Sang Pemilik, mengenai apa yang dikehendaki-Nya atas anak-anak kita. Sekali lagi, bukan orang tua yang menentukan jalan hidup anakanak, melainkan Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">Tuhan pun memberikan amanat khusus bagi orang tua, yaitu mendidik dan mengajarkan segala perintah-Nya kepada anak-anak setiap waktu. Amanat ini tidak bisa diserahkan kepada sekolah, gereja, atau lebih spesifik lagi kepada guru sekolah Minggu. Sering kali kita menyalahkan para guru atas ketidakmampuan anak, atau menyalahkan guru sekolah minggu atas kenakalan anak kita. Betapa malangnya para guru sekolah minggu yang hanya berinteraksi satu hingga satu setengah jam perminggu, tapi dituntut dapat mengubah sikap anak kita! Kita menyangkali peran kita sebagai wakil Tuhan dalam mendidik anak-anak yang dipercayakan kepada kita.</p> <p style="text-align: justify;">Mari bapak dan ibu, kita percayakan masa depan anak-anak kepada Sang Pemilik Hidup. Kita harus bertanya kepada-Nya, apa yang Dia inginkan dalam hidup anak-anak kita. Bukan kehendak kita yang jadi, melainkan kehendak-Nya. Biarlah suatu saat kelak, kita bisa mempertanggungjawabkan kepada Tuhan, bahwa kita sudah mendidik anak-anak titipan-Nya, sesuai dengan kehendak-Nya. Kita bisa memulainya, dengan secara rutin mengingatkan anak-anak untuk melakukan kehendak-Nya. Biarlah firman Tuhan yang membentuk karakter Kristus dalam diri mereka, dan mereka pun dapat semakin mengenal kehendak Tuhan atas hidup mereka.</p> Kuantitas atau Kualitas? 2024-09-01T10:30:09+07:00 2024-09-01T10:30:09+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kuantitas-atau-kualitas Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/pepi-stojanovski-MJSFNZ8BAXw-unsplash.jpg" alt="" width="5472" height="3420" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Kita baca dalam Lukas 20, saat itu Yesus terlibat dalam perdebatan yang panjang dan menegangkan dengan imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, tua-tua, dan orang-orang Saduki mengenai berbagai hal: kuasa Yesus, ke-Mesias-an Yesus, pajak, kebangkitan orang mati, dan lain sebagainya. Saya membayangkan, Yesus cukup lelah setelah perdebatan itu.</p> <p style="text-align: center;">Mana yang lebih penting dalam memberikan persembahan? Jumlahnya atau mutunya?</p> <p style="text-align: justify;">Lukas 21:1 menceritakan, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Di ayat 2, seorang janda miskin memasukkan dua uang tembaga ke dalam peti itu. Dalam Alkitab TB1 disebutkan “dua peser”. Dalam bahasa aslinya, “dua lepta”. Lepta adalah bentuk jamak dari lepton, mata uang Israel yang terkecil saat itu. Arti kata ‘lepton’ adalah tipis – uang logam yang paling tipis. Uang satu lepton ini sudah tidak dapat dipakai untuk membeli apa-apa lagi, sehingga, pemerintah Romawi mengeluarkan uang baru, yang pecahan terkecilnya adalah satu sen. Nilai satu lepton adalah 1/40 sen. Lalu Yesus berkata kepada mereka (ayat 3), “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu.” Dari perkataan Yesus ini, apa yang lebih penting dari persembahan kita? Jumlahnya atau kualitasnya? Kata Yesus, bukan jumlahnya! Tidak ada persembahan yang terlalu kecil atau terlalu besar di hadapan Tuhan. Yesus memuji persembahan janda miskin ini bukan karena jumlahnya. Tetapi yang lebih penting dari itu, janda miskin ini memberikan semua yang ia miliki kepada Tuhan, yaitu seluruh hidupnya.</p> <p style="text-align: center;">SELURUH KEHIDUPAN KITA, 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu HARUS DIGUNAKAN UNTUK KEMULIAAN ALLAH.</p> <p style="text-align: justify;">Kita memberikan persembahan bukan karena Tuhan kekurangan, melainkan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan yang telah terlebih dahulu memberikan segala sesuatu, terutama memberikan kehidupan. Rasa syukur membuat kita mampu memberi tanpa pamrih, tanpa berharap “ketika saya memberi, Tuhan akan memberikan lebih banyak”. Pemahaman inilah yang harus kita miliki.</p> <p style="text-align: justify;">Yang lebih utama lagi dari persembahan yang kita berikan, Paulus mengatakan dalam Roma 12:1, “Karena itu, Saudarasaudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: Itulah ibadahmu yang sejati.” Ada tiga hal yang perlu kita perhatikan tentang persembahan tubuh, yaitu persembahan yang HIDUP, yang KUDUS, dan yang BERKENAN KEPADA ALLAH. Apa artinya? Artinya, seluruh hidup kita diberikan untuk menyenangkan hati Allah. Tubuh, jiwa, dan roh kita difokuskan dan dikuduskan (dikuduskan artinya dikhususkan) untuk kemuliaan Allah. SELURUH KEHIDUPAN KITA, 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu HARUS DIGUNAKAN UNTUK KEMULIAAN ALLAH.</p> <p style="text-align: justify;">Jadi, apakah persembahan itu kuantitas atau kualitas? Kualitas hati kita yang paling penting! Kualitas kemudian akan menentukan kuantitas. Semakin hati kita bersyukur, semakin besar pula kerinduan kita untuk memberi. Bukan hanya tentang harta, tetapi juga seluruh hidup kita kepada Tuhan.</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/pepi-stojanovski-MJSFNZ8BAXw-unsplash.jpg" alt="" width="5472" height="3420" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Kita baca dalam Lukas 20, saat itu Yesus terlibat dalam perdebatan yang panjang dan menegangkan dengan imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, tua-tua, dan orang-orang Saduki mengenai berbagai hal: kuasa Yesus, ke-Mesias-an Yesus, pajak, kebangkitan orang mati, dan lain sebagainya. Saya membayangkan, Yesus cukup lelah setelah perdebatan itu.</p> <p style="text-align: center;">Mana yang lebih penting dalam memberikan persembahan? Jumlahnya atau mutunya?</p> <p style="text-align: justify;">Lukas 21:1 menceritakan, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Di ayat 2, seorang janda miskin memasukkan dua uang tembaga ke dalam peti itu. Dalam Alkitab TB1 disebutkan “dua peser”. Dalam bahasa aslinya, “dua lepta”. Lepta adalah bentuk jamak dari lepton, mata uang Israel yang terkecil saat itu. Arti kata ‘lepton’ adalah tipis – uang logam yang paling tipis. Uang satu lepton ini sudah tidak dapat dipakai untuk membeli apa-apa lagi, sehingga, pemerintah Romawi mengeluarkan uang baru, yang pecahan terkecilnya adalah satu sen. Nilai satu lepton adalah 1/40 sen. Lalu Yesus berkata kepada mereka (ayat 3), “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu: Janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang itu.” Dari perkataan Yesus ini, apa yang lebih penting dari persembahan kita? Jumlahnya atau kualitasnya? Kata Yesus, bukan jumlahnya! Tidak ada persembahan yang terlalu kecil atau terlalu besar di hadapan Tuhan. Yesus memuji persembahan janda miskin ini bukan karena jumlahnya. Tetapi yang lebih penting dari itu, janda miskin ini memberikan semua yang ia miliki kepada Tuhan, yaitu seluruh hidupnya.</p> <p style="text-align: center;">SELURUH KEHIDUPAN KITA, 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu HARUS DIGUNAKAN UNTUK KEMULIAAN ALLAH.</p> <p style="text-align: justify;">Kita memberikan persembahan bukan karena Tuhan kekurangan, melainkan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan yang telah terlebih dahulu memberikan segala sesuatu, terutama memberikan kehidupan. Rasa syukur membuat kita mampu memberi tanpa pamrih, tanpa berharap “ketika saya memberi, Tuhan akan memberikan lebih banyak”. Pemahaman inilah yang harus kita miliki.</p> <p style="text-align: justify;">Yang lebih utama lagi dari persembahan yang kita berikan, Paulus mengatakan dalam Roma 12:1, “Karena itu, Saudarasaudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: Itulah ibadahmu yang sejati.” Ada tiga hal yang perlu kita perhatikan tentang persembahan tubuh, yaitu persembahan yang HIDUP, yang KUDUS, dan yang BERKENAN KEPADA ALLAH. Apa artinya? Artinya, seluruh hidup kita diberikan untuk menyenangkan hati Allah. Tubuh, jiwa, dan roh kita difokuskan dan dikuduskan (dikuduskan artinya dikhususkan) untuk kemuliaan Allah. SELURUH KEHIDUPAN KITA, 24 jam sehari, tujuh hari dalam seminggu HARUS DIGUNAKAN UNTUK KEMULIAAN ALLAH.</p> <p style="text-align: justify;">Jadi, apakah persembahan itu kuantitas atau kualitas? Kualitas hati kita yang paling penting! Kualitas kemudian akan menentukan kuantitas. Semakin hati kita bersyukur, semakin besar pula kerinduan kita untuk memberi. Bukan hanya tentang harta, tetapi juga seluruh hidup kita kepada Tuhan.</p> Pinjaman Online Ilegal dan Judi Online 2024-09-01T09:57:21+07:00 2024-09-01T09:57:21+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pinjaman-online-ilegal-dan-judi-online Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/judi.jpg" alt="" width="2500" height="3500" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;"><strong>Pendahuluan </strong></p> <p style="text-align: justify;">Saat saya diminta menulis mengenai masalah pinjaman<em> online</em> (pinjol) ilegal dan judi&nbsp;<em>online</em> (judol), saya pikir lebih bermanfaat jika saya menulis tentang melatih keuangan sejak usia dini, bagaimana mengelola dan melakukan perencanaan keuangan, sehingga dapat mengelola dengan bijaksana apa yang Tuhan berikan, agar dengan pertolongan Tuhan Yesus, kita tidak terjerumus ke dalam jerat dan nafsu untuk berhutang secara ilegal, bahkan terhindar dari dosa perjudian, terutama perjudian <em>online.</em></p> <p style="text-align: justify;">Salah seorang istri teman saya terlilit utang pinjaman <em>online</em> ilegal. Hari itu, pasangan suami istri tersebut diteror dengan SMS. Semua kontak yang ada di telepon genggam dihubungi oleh penagih utang dengan kata-kata kasar dan ancaman. Dengan perasaan hancur, tangisan, dan setengah berlutut, mereka memohon agar dapat dipinjami uang, guna menutupi utang pokok dan bunga yang sangat besar tersebut. Hasil akhirnya dapat dengan mudah kita tebak, terjadi keributan antara suami istri. Anak pun menjadi malu ke sekolah, karena guru dan kepala sekolah juga menerima SMS tersebut. Mereka mengalami stres berat, bahkan depresi.</p> <p style="text-align: justify;">Ini adalah salah satu kisah nyata yang langsung saya saksikan, dari sekian peristiwa yang hampir sama, tetapi dengan media dan modus yang semakin rapi dan canggih. Peristiwa kriminal yang menjadi dampak pinjol ilegal dan judol bisa kita temukan di berita yang beredar sehari-hari dalam masyarakat. Satu peristiwa yang paling menonjol adalah mahasiswa UI yang merampas harta dan membunuh adik tingkatnya di Depok, karena terlilit utang pinjol ilegal, yang terjadi pada medio 2 Agustus 2023<sup>1</sup>.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Fakta dan Data </strong></p> <p style="text-align: justify;">Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Majalah Tempo, ada lebih dari 2,1 milyar situs judol telah ditutup oleh pemerintah. Sepanjang tahun 2024, ada 14.575 transaksi, dan ada 5.000 rekening aktif yang dipakai untuk aktivitas judol. Perkiraan perputaran uang judol di Indonesia sebesar 600 Triliun, dengan jumlah sebesar tiga juta orang yang bermain, dengan nilai deposit Rp.100.000. Ada 3.145 orang yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Kepolisian sepanjang tahun 2023 hingga 2024<sup>2</sup>.</p> <p style="text-align: justify;">Demikian juga dengan data pinjol dari Otoritas Jasa Keuangan. Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal menemukan ada 537 pinjol ilegal. Ada tujuh belas entitas yang melakukan penawaran investasi ilegal yang berpotensi merugikan masyarakat. Sejauh ini, satgas telah menghentikan 9.062 entitas keuangan ilegal<sup>3</sup>.</p> <p style="text-align: justify;">Dari kedua data tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pinjol dan judol yang ditawarkan dan beredar di masyarakat sangat masif, terstruktur, dan sistematis. Pinjol dan judol menggunakan media <em>online</em>, yang menawarkan kemudahan dalam bertransaksi, cepat mendapatkan persetujuan dan cepat dalam transaksi, dan menjadi alternatif pembiayaan. Di sisi lain, pinjaman<em> online</em> menawarkan suku bunga yang tinggi, syarat dan kondisi yang panjang dan sulit dimengerti oleh orang awam, tenor pinjaman jangka pendek, dan rentan terhadap penipuan.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Perencanaan Keuangan </strong></p> <p style="text-align: justify;">Keuangan adalah suatu segi kehidupan yang penting untuk kita atur, rencanakan, dan kelola dengan baik. Sejak usia dini, kita sudah harus mulai mengajar anak untuk memahami apa itu uang, nilai dari uang, bahkan melatihnya untuk mengelola keuangan dengan cermat.</p> <p style="text-align: justify;">Perencanaan keuangan adalah suatu proses terus-menerus untuk mencapai tujuan seseorang, melalui pengelolaan secara terencana dan holistik. Hal ini meliputi banyak aspek yang bisa kita elaborasikan, antara lain pengaturan arus kas, manajemen utang, perencanaan pendidikan, asuransi, dana pensiun, perencanaan investasi, distribusi aset (hibah dan waris), bahkan sampai perencanaan perpajakan.</p> <p style="text-align: justify;">Kita menyadari, kehidupan manusia zaman ini sangat dinamis, cepat berubah, dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Media sosial memengaruhi gaya hidup kita, sehingga akan meningkatkan biaya hidup. Hal lain adalah risiko ekonomi, risiko kehidupan, inflasi, bahkan teknologi, dan demografi. Semua risiko ini harus dibungkus rapi dalam perencanaan keuangan, agar kita tidak terjerat oleh pinjol ilegal dan judol. Apalagi sampai kecanduan judol dan menggunakan fasilitas pinjol ilegal untuk berjudi, maka kita terjerumus dalam dua perangkap sekaligus, dan hampir pasti akan mengalami kebangkrutan ekonomi, fisik, dan rohani.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Literasi, Kemampuan, dan Kebiasaan Keuangan</strong></p> <p style="text-align: justify;">Gereja diharapkan mampu menjawab tantangan ini melalui peletakan dasar pemahaman firman Tuhan yang benar mengenai keuangan, serta pengelolaan dan manajemen keuangan. Dalam lingkungan gereja, antar jemaat dapat berperan dalam memperkaya <strong>literasi keuangan</strong> jemaat, yaitu pengetahuan dalam mengambil keputusan keuangan, sekaligus memberikan pengetahuan akan inklusi keuangan, ketersediaan akses pada lembaga, produk dan layanan jasa keuangan yang resmi, sehingga jemaat tidak terjerumus dalam pinjol dan judol.</p> <p style="text-align: justify;">Jemaat diharapkan mampu mengukur <strong>kemampuan keuangan</strong> melalui alat ukur, seperti <strong>rasio dana darurat</strong> (Jumlah biaya hidup dalam 1 bulan x 3-12 bulan, tergantung apakah Anda hidup sendiri atau sudah punya tanggungan anggota keluarga). <strong>Rasio menabung</strong> (nilai total tabungan/jumlah pendapatan tahunan) x 100%. Semakin tinggi persentase tabungan, maka akan lebih baik. Selanjutnya <strong>rasio cicilan utang</strong> (total cicilan setiap bulan/pendapatan kotor setiap bulan) x100%. Semakin rendah persentase rasionya, maka keuangan Anda semakin sehat.</p> <p style="text-align: justify;">Menjadi kaya dan menjadi “seperti kaya” adalah dua hal yang berbeda. Perilaku dan <strong>kebiasaan keuangan</strong> agar menjadi kaya adalah bekerja keras, berhemat, menabung, dan melakukan investasi. Sebaliknya,<strong> kebiasaan keuangan</strong> menjadi “seperti kaya” adalah membeli banyak barang konsumtif, bahkan dengan cara pinjol untuk memenuhi gaya hidup, sedikit berinvestasi, menabung seperlunya saja.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Cerdik Keuangan: Solusi Terhindar dari Pinjol Ilegal dan Judol </strong></p> <p style="text-align: justify;">1. Disiplin mencatat dan membukukan pendapatan dan pengeluaran. Pendapatan bisa dari pendapatan aktif dan pasif, seperti menyewakan rumah. Jaga pengeluaran yang bukan prioritas, sehingga kita tahu ke mana pengeluaran kita salurkan.</p> <p style="text-align: justify;">2. Menabung sejak dini. Selain melatih kedisiplinan dalam mengatur uang yang dimiliki guna memenuhi kebutuhan kita secara mandiri, menabung juga berfungsi menyediakan dana darurat, jika suatu saat diperlukan.</p> <p style="text-align: justify;">3. Bijak dalam membeli. Ukuran yang paling sederhana adalah tahu membedakan kebutuhan dan keinginan. Belilah barang sesuai dengan kebutuhan kita, yaitu hal paling mendasar yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup, bukan membeli yang kita inginkan.</p> <p style="text-align: justify;">4. Pola hidup sederhana. Kita maknai hal ini sebagai suatu pola hidup yang disesuaikan dengan kondisi sebenarnya.</p> <p style="text-align: justify;">5. Punya perencanaan keuangan dan konsisten menjalaninya.</p> <p style="text-align: justify;">Matius 25:14-30 menceritakan perumpamaan tentang talenta. Setiap orang dipercayakan talenta oleh Tuhan dalam jumlah dan bentuk yang sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Yang terpenting bukanlah jumlahnya, tetapi tujuan dari talenta itu diberikan. Setiap talenta yang diberikan dituntut untuk dikembangkan, bahkan digandakan. Jadi, kita tidak dituntut atas potensi yang tidak kita miliki. Yang ada di tangan, itulah yang dituntut untuk dikembangkan. Kita harus berusaha semaksimal untuk menggandakan talenta kita, dan Tuhan berjanji akan mempercayakan tanggung jawab yang lebih kepada kita, sehingga kita dapat menjadi kesaksian yang memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus.</p> <p><sup>1</sup> Kompas, 6 Agustus 2023, “Fakta Mahasiswa UI Bunuh Adik Kelasnya, Rampas Harta Korban karena Terlilit Pinjol.”</p> <p><sup>2</sup> Majalah Tempo, 24 – 30 Juni 2024, “Angka Judi Online”, hal 16.</p> <p><sup>3</sup> Kontan.co.id, 08 Juli 2024, “Daftar 537 Pinjol Ilegal Terbaru 2024 dari OJK.”</p> <p>*Penulis adalah konsultan pajak dan perencana keuangan.</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/judi.jpg" alt="" width="2500" height="3500" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;"><strong>Pendahuluan </strong></p> <p style="text-align: justify;">Saat saya diminta menulis mengenai masalah pinjaman<em> online</em> (pinjol) ilegal dan judi&nbsp;<em>online</em> (judol), saya pikir lebih bermanfaat jika saya menulis tentang melatih keuangan sejak usia dini, bagaimana mengelola dan melakukan perencanaan keuangan, sehingga dapat mengelola dengan bijaksana apa yang Tuhan berikan, agar dengan pertolongan Tuhan Yesus, kita tidak terjerumus ke dalam jerat dan nafsu untuk berhutang secara ilegal, bahkan terhindar dari dosa perjudian, terutama perjudian <em>online.</em></p> <p style="text-align: justify;">Salah seorang istri teman saya terlilit utang pinjaman <em>online</em> ilegal. Hari itu, pasangan suami istri tersebut diteror dengan SMS. Semua kontak yang ada di telepon genggam dihubungi oleh penagih utang dengan kata-kata kasar dan ancaman. Dengan perasaan hancur, tangisan, dan setengah berlutut, mereka memohon agar dapat dipinjami uang, guna menutupi utang pokok dan bunga yang sangat besar tersebut. Hasil akhirnya dapat dengan mudah kita tebak, terjadi keributan antara suami istri. Anak pun menjadi malu ke sekolah, karena guru dan kepala sekolah juga menerima SMS tersebut. Mereka mengalami stres berat, bahkan depresi.</p> <p style="text-align: justify;">Ini adalah salah satu kisah nyata yang langsung saya saksikan, dari sekian peristiwa yang hampir sama, tetapi dengan media dan modus yang semakin rapi dan canggih. Peristiwa kriminal yang menjadi dampak pinjol ilegal dan judol bisa kita temukan di berita yang beredar sehari-hari dalam masyarakat. Satu peristiwa yang paling menonjol adalah mahasiswa UI yang merampas harta dan membunuh adik tingkatnya di Depok, karena terlilit utang pinjol ilegal, yang terjadi pada medio 2 Agustus 2023<sup>1</sup>.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Fakta dan Data </strong></p> <p style="text-align: justify;">Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Majalah Tempo, ada lebih dari 2,1 milyar situs judol telah ditutup oleh pemerintah. Sepanjang tahun 2024, ada 14.575 transaksi, dan ada 5.000 rekening aktif yang dipakai untuk aktivitas judol. Perkiraan perputaran uang judol di Indonesia sebesar 600 Triliun, dengan jumlah sebesar tiga juta orang yang bermain, dengan nilai deposit Rp.100.000. Ada 3.145 orang yang ditetapkan sebagai tersangka oleh Kepolisian sepanjang tahun 2023 hingga 2024<sup>2</sup>.</p> <p style="text-align: justify;">Demikian juga dengan data pinjol dari Otoritas Jasa Keuangan. Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal menemukan ada 537 pinjol ilegal. Ada tujuh belas entitas yang melakukan penawaran investasi ilegal yang berpotensi merugikan masyarakat. Sejauh ini, satgas telah menghentikan 9.062 entitas keuangan ilegal<sup>3</sup>.</p> <p style="text-align: justify;">Dari kedua data tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pinjol dan judol yang ditawarkan dan beredar di masyarakat sangat masif, terstruktur, dan sistematis. Pinjol dan judol menggunakan media <em>online</em>, yang menawarkan kemudahan dalam bertransaksi, cepat mendapatkan persetujuan dan cepat dalam transaksi, dan menjadi alternatif pembiayaan. Di sisi lain, pinjaman<em> online</em> menawarkan suku bunga yang tinggi, syarat dan kondisi yang panjang dan sulit dimengerti oleh orang awam, tenor pinjaman jangka pendek, dan rentan terhadap penipuan.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Perencanaan Keuangan </strong></p> <p style="text-align: justify;">Keuangan adalah suatu segi kehidupan yang penting untuk kita atur, rencanakan, dan kelola dengan baik. Sejak usia dini, kita sudah harus mulai mengajar anak untuk memahami apa itu uang, nilai dari uang, bahkan melatihnya untuk mengelola keuangan dengan cermat.</p> <p style="text-align: justify;">Perencanaan keuangan adalah suatu proses terus-menerus untuk mencapai tujuan seseorang, melalui pengelolaan secara terencana dan holistik. Hal ini meliputi banyak aspek yang bisa kita elaborasikan, antara lain pengaturan arus kas, manajemen utang, perencanaan pendidikan, asuransi, dana pensiun, perencanaan investasi, distribusi aset (hibah dan waris), bahkan sampai perencanaan perpajakan.</p> <p style="text-align: justify;">Kita menyadari, kehidupan manusia zaman ini sangat dinamis, cepat berubah, dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Media sosial memengaruhi gaya hidup kita, sehingga akan meningkatkan biaya hidup. Hal lain adalah risiko ekonomi, risiko kehidupan, inflasi, bahkan teknologi, dan demografi. Semua risiko ini harus dibungkus rapi dalam perencanaan keuangan, agar kita tidak terjerat oleh pinjol ilegal dan judol. Apalagi sampai kecanduan judol dan menggunakan fasilitas pinjol ilegal untuk berjudi, maka kita terjerumus dalam dua perangkap sekaligus, dan hampir pasti akan mengalami kebangkrutan ekonomi, fisik, dan rohani.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Literasi, Kemampuan, dan Kebiasaan Keuangan</strong></p> <p style="text-align: justify;">Gereja diharapkan mampu menjawab tantangan ini melalui peletakan dasar pemahaman firman Tuhan yang benar mengenai keuangan, serta pengelolaan dan manajemen keuangan. Dalam lingkungan gereja, antar jemaat dapat berperan dalam memperkaya <strong>literasi keuangan</strong> jemaat, yaitu pengetahuan dalam mengambil keputusan keuangan, sekaligus memberikan pengetahuan akan inklusi keuangan, ketersediaan akses pada lembaga, produk dan layanan jasa keuangan yang resmi, sehingga jemaat tidak terjerumus dalam pinjol dan judol.</p> <p style="text-align: justify;">Jemaat diharapkan mampu mengukur <strong>kemampuan keuangan</strong> melalui alat ukur, seperti <strong>rasio dana darurat</strong> (Jumlah biaya hidup dalam 1 bulan x 3-12 bulan, tergantung apakah Anda hidup sendiri atau sudah punya tanggungan anggota keluarga). <strong>Rasio menabung</strong> (nilai total tabungan/jumlah pendapatan tahunan) x 100%. Semakin tinggi persentase tabungan, maka akan lebih baik. Selanjutnya <strong>rasio cicilan utang</strong> (total cicilan setiap bulan/pendapatan kotor setiap bulan) x100%. Semakin rendah persentase rasionya, maka keuangan Anda semakin sehat.</p> <p style="text-align: justify;">Menjadi kaya dan menjadi “seperti kaya” adalah dua hal yang berbeda. Perilaku dan <strong>kebiasaan keuangan</strong> agar menjadi kaya adalah bekerja keras, berhemat, menabung, dan melakukan investasi. Sebaliknya,<strong> kebiasaan keuangan</strong> menjadi “seperti kaya” adalah membeli banyak barang konsumtif, bahkan dengan cara pinjol untuk memenuhi gaya hidup, sedikit berinvestasi, menabung seperlunya saja.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Cerdik Keuangan: Solusi Terhindar dari Pinjol Ilegal dan Judol </strong></p> <p style="text-align: justify;">1. Disiplin mencatat dan membukukan pendapatan dan pengeluaran. Pendapatan bisa dari pendapatan aktif dan pasif, seperti menyewakan rumah. Jaga pengeluaran yang bukan prioritas, sehingga kita tahu ke mana pengeluaran kita salurkan.</p> <p style="text-align: justify;">2. Menabung sejak dini. Selain melatih kedisiplinan dalam mengatur uang yang dimiliki guna memenuhi kebutuhan kita secara mandiri, menabung juga berfungsi menyediakan dana darurat, jika suatu saat diperlukan.</p> <p style="text-align: justify;">3. Bijak dalam membeli. Ukuran yang paling sederhana adalah tahu membedakan kebutuhan dan keinginan. Belilah barang sesuai dengan kebutuhan kita, yaitu hal paling mendasar yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup, bukan membeli yang kita inginkan.</p> <p style="text-align: justify;">4. Pola hidup sederhana. Kita maknai hal ini sebagai suatu pola hidup yang disesuaikan dengan kondisi sebenarnya.</p> <p style="text-align: justify;">5. Punya perencanaan keuangan dan konsisten menjalaninya.</p> <p style="text-align: justify;">Matius 25:14-30 menceritakan perumpamaan tentang talenta. Setiap orang dipercayakan talenta oleh Tuhan dalam jumlah dan bentuk yang sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Yang terpenting bukanlah jumlahnya, tetapi tujuan dari talenta itu diberikan. Setiap talenta yang diberikan dituntut untuk dikembangkan, bahkan digandakan. Jadi, kita tidak dituntut atas potensi yang tidak kita miliki. Yang ada di tangan, itulah yang dituntut untuk dikembangkan. Kita harus berusaha semaksimal untuk menggandakan talenta kita, dan Tuhan berjanji akan mempercayakan tanggung jawab yang lebih kepada kita, sehingga kita dapat menjadi kesaksian yang memuliakan nama Tuhan Yesus Kristus.</p> <p><sup>1</sup> Kompas, 6 Agustus 2023, “Fakta Mahasiswa UI Bunuh Adik Kelasnya, Rampas Harta Korban karena Terlilit Pinjol.”</p> <p><sup>2</sup> Majalah Tempo, 24 – 30 Juni 2024, “Angka Judi Online”, hal 16.</p> <p><sup>3</sup> Kontan.co.id, 08 Juli 2024, “Daftar 537 Pinjol Ilegal Terbaru 2024 dari OJK.”</p> <p>*Penulis adalah konsultan pajak dan perencana keuangan.</p> Menjadi Rekan Sekerja Tuhan 2024-08-26T11:44:22+07:00 2024-08-26T11:44:22+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menjadi-rekan-sekerja-tuhan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/img.jpg" alt="" width="480" height="480" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;">Sudahkah yang terbaik kuberikan</p> <p style="text-align: center;">Kepada Yesus Tuhanku?</p> <p style="text-align: center;">Besar pengurbanan-Nya di Kalvari</p> <p style="text-align: center;">Diharap-Nya terbaik dariku</p> <p style="text-align: center;">Begitu banyak</p> <p style="text-align: center;">Waktu yang terluang,</p> <p style="text-align: center;">Sedikit ku bri bagi-Nya,</p> <p style="text-align: center;">Sebab kurang kasihku pada Yesus</p> <p style="text-align: center;">Mungkinkah hancur pula hatiNya?</p> <p style="text-align: center;">(NKB 199)</p> <p style="text-align: justify;">Sepenggal lirik lagu yang rasanya tidak asing di telinga kita. Sebuah lagu yang mengingatkan pendengarnya untuk merefleksikan kehidupan. Apakah kita sudah memberikan yang terbaik bagi Tuhan, baik waktu, tenaga, bahkan seluruh keberadaan diri, atau justru terus sibuk memikirkan diri sendiri, serta mengesampingkan Tuhan dan sesama?</p> <p style="text-align: justify;">Kehidupan yang kita miliki dapat bertahan hingga saat ini terjadi bukan karena kekuatan dan kehebatan kita sendiri, melainkan karena anugerah dan cinta kasih Tuhan. Tidak cukup kita hanya menikmati kasih serta anugerah tersebut, kemudian berpangku tangan dan tak mau merespons apa pun. Kita semua terpanggil untuk bertindak lebih, yakni bersama-sama merespons kasih Tuhan dengan menjadi rekan sekerja-Nya di tengah dunia ini.</p> <p style="text-align: justify;">Panggilan pelayanan menjadi rekan sekerja Tuhan turut disaksikan melalui peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke Surga. Saat itu, para murid diingatkan untuk tidak terpaku menatap ke langit. Mereka diminta untuk mengalihkan pandangannya kembali ke bawah, menatap sekeliling karena ada tugas panggilan pelayanan yang mesti dikerjakan. Tentu nasihat tersebut bukan hanya berlaku bagi para murid di masa lampau, namun juga di masa kini. Siapakah murid di masa kini? Kita semua. Ya, kita dipanggil untuk menatap ke sekeliling dan melanjutkan karya pelayanan Tuhan di tengah dunia ini.</p> <p style="text-align: justify;">Hidup ini merupakan sebuah kesempatan untuk menjadi rekan sekerja Tuhan. Jadilah rekan yang melayani dengan sepenuh hati dan penuh rasa syukur. Sepenuh hati berarti memiliki hati yang tulus dan murni dalam melayani, bukan dengan keterpaksaan atau berat hati. Ketika melayani dengan sepenuh hati, maka selalu berusaha memberikan apa pun yang terbaik bagi Tuhan, tidak hitung-hitungan, dan tidak mudah menyerah, seberat apa pun tantangannya. Penuh rasa syukur atas kesempatan yang Tuhan berikan untuk menjadi rekan sekerja-Nya. Bersyukurlah, karena Tuhan melayakkan dan mempercayakan kita ambil bagian dalam karya pelayananNya di tengah dunia ini. Ketika menjadi rekan sekerja Tuhan yang melayani penuh rasa syukur, maka terpancarlah limpahan sukacita. Sukacita yang tak hanya dirasakan oleh diri kita sendiri, tetapi juga rekan-rekan lainnya.</p> <p style="text-align: justify;">Jadikanlah hidup kita sebagai persembahan yang hidup dan berkenan di hadapan Tuhan. Persembahkanlah segenap tubuh/ diri kita, pikiran, waktu, tenaga, kemampuan, dan talenta kita bagi kemuliaan nama Tuhan dan menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Roma 12:1 pun turut menegaskan demikian, “Karena itu, Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: Itulah ibadahmu yang sejati.”</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/img.jpg" alt="" width="480" height="480" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;">Sudahkah yang terbaik kuberikan</p> <p style="text-align: center;">Kepada Yesus Tuhanku?</p> <p style="text-align: center;">Besar pengurbanan-Nya di Kalvari</p> <p style="text-align: center;">Diharap-Nya terbaik dariku</p> <p style="text-align: center;">Begitu banyak</p> <p style="text-align: center;">Waktu yang terluang,</p> <p style="text-align: center;">Sedikit ku bri bagi-Nya,</p> <p style="text-align: center;">Sebab kurang kasihku pada Yesus</p> <p style="text-align: center;">Mungkinkah hancur pula hatiNya?</p> <p style="text-align: center;">(NKB 199)</p> <p style="text-align: justify;">Sepenggal lirik lagu yang rasanya tidak asing di telinga kita. Sebuah lagu yang mengingatkan pendengarnya untuk merefleksikan kehidupan. Apakah kita sudah memberikan yang terbaik bagi Tuhan, baik waktu, tenaga, bahkan seluruh keberadaan diri, atau justru terus sibuk memikirkan diri sendiri, serta mengesampingkan Tuhan dan sesama?</p> <p style="text-align: justify;">Kehidupan yang kita miliki dapat bertahan hingga saat ini terjadi bukan karena kekuatan dan kehebatan kita sendiri, melainkan karena anugerah dan cinta kasih Tuhan. Tidak cukup kita hanya menikmati kasih serta anugerah tersebut, kemudian berpangku tangan dan tak mau merespons apa pun. Kita semua terpanggil untuk bertindak lebih, yakni bersama-sama merespons kasih Tuhan dengan menjadi rekan sekerja-Nya di tengah dunia ini.</p> <p style="text-align: justify;">Panggilan pelayanan menjadi rekan sekerja Tuhan turut disaksikan melalui peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke Surga. Saat itu, para murid diingatkan untuk tidak terpaku menatap ke langit. Mereka diminta untuk mengalihkan pandangannya kembali ke bawah, menatap sekeliling karena ada tugas panggilan pelayanan yang mesti dikerjakan. Tentu nasihat tersebut bukan hanya berlaku bagi para murid di masa lampau, namun juga di masa kini. Siapakah murid di masa kini? Kita semua. Ya, kita dipanggil untuk menatap ke sekeliling dan melanjutkan karya pelayanan Tuhan di tengah dunia ini.</p> <p style="text-align: justify;">Hidup ini merupakan sebuah kesempatan untuk menjadi rekan sekerja Tuhan. Jadilah rekan yang melayani dengan sepenuh hati dan penuh rasa syukur. Sepenuh hati berarti memiliki hati yang tulus dan murni dalam melayani, bukan dengan keterpaksaan atau berat hati. Ketika melayani dengan sepenuh hati, maka selalu berusaha memberikan apa pun yang terbaik bagi Tuhan, tidak hitung-hitungan, dan tidak mudah menyerah, seberat apa pun tantangannya. Penuh rasa syukur atas kesempatan yang Tuhan berikan untuk menjadi rekan sekerja-Nya. Bersyukurlah, karena Tuhan melayakkan dan mempercayakan kita ambil bagian dalam karya pelayananNya di tengah dunia ini. Ketika menjadi rekan sekerja Tuhan yang melayani penuh rasa syukur, maka terpancarlah limpahan sukacita. Sukacita yang tak hanya dirasakan oleh diri kita sendiri, tetapi juga rekan-rekan lainnya.</p> <p style="text-align: justify;">Jadikanlah hidup kita sebagai persembahan yang hidup dan berkenan di hadapan Tuhan. Persembahkanlah segenap tubuh/ diri kita, pikiran, waktu, tenaga, kemampuan, dan talenta kita bagi kemuliaan nama Tuhan dan menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita. Roma 12:1 pun turut menegaskan demikian, “Karena itu, Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: Itulah ibadahmu yang sejati.”</p> Persembahan yang Berkenan kepada Allah 2024-08-26T10:48:17+07:00 2024-08-26T10:48:17+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/persembahan-yang-berkenan-kepada-allah Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/photo-1601934441453-2e9d81df7b37-1.jpg" alt="Persembahan yang Berkenan kepada Allah, sumber foto: unsplash.com"></p><p style="text-align: center;">“Jumlah memang tidak selalu mencerminkan hati yang bersyukur; namun hati yang bersyukur selalu tercermin dari jumlah yang dipersembahkan kepada Tuhan.”</p> <p style="text-align: justify;">Dalam kebaktian-kebaktian di gereja, termasuk di Gereja Kristen Indonesia (GKI), ada satu bagian liturgi mengenai persembahan. Di bagian ini, umat memberikan persembahan uang, baik secara fisik dengan memasukkannya ke dalam kantong persembahan, maupun melalui transfer secara langsung atau memindai QRIS yang ada. Tetapi apakah persembahan umat hanya soal uang? Tentunya masih banyak jenis lainnya.</p> <p style="text-align: justify;">Bila diperhatikan, ada banyak motif orang ketika memberi persembahan. Ada yang memberi sebagai ungkapan syukur atas berkat dari Tuhan. Ada lagi yang sebagai pemenuhan nazar atau janji kepada Allah. Tidak jarang juga orang memberi persembahan supaya mendapatkan berkat yang lebih banyak lagi dari Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Persembahan dalam Alkitab </strong></p> <p style="text-align: justify;">Ada berbagai macam persembahan dalam <strong>Perjanjian Lama,</strong>&nbsp;yang diberikan umat kepada Tuhan melalui perantaraan imam, antara lain kurban bakaran, kurban sajian, kurban penghapus dosa atau kurban penebus salah, kurban keselamatan dan persembahan lainnya. <strong>Kurban bakaran</strong> (Im. 1:1-17; 6:8-13), adalah tanda <strong>pengabdian dan penyerahan</strong> yang sempurna dari orang yang berkurban. Yang dikurbankan adalah daging yang dibakar di mezbah, agar menjadi bau-bauan yang menyenangkan bagi Allah. Sedangkan <strong>kurban sajian</strong> (Im. 2:1- 16; 6:14-23), disebut juga sebagai kurban sukarela, berupa ramuan dari tepung yang terbaik dan biasanya menyertai kurban-kurban binatang. <strong>Kurban penghapus dosa</strong> atau <strong>kurban penebus salah</strong> (Im. 4:1- 6:7; 6:24-10) adalah kurban yang diberikan kala seseorang bersalah karena dianggap najis atau berbuat dosa. Lalu, <strong>kurban keselamatan</strong> (Im. 3:1-17; 7:11-21), berupa pernyataan syukur atau sukarela kepada Allah. Berbeda dengan kurban-kurban lainnya, orang yang mempersembahkan kurban ini diperkenankan ikut memakannya. <strong>Persembahan lainnya,</strong> yaitu <strong>persembahan sulung </strong>atau buah sulung (Kej. 4:4; Im. 2:12; Neh.10:35) dan <strong>persembahan persepuluhan</strong> berupa persembahan khusus, yakni sepersepuluh dari penghasilan umat Israel.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam Perjanjian Lama, persembahan kepada Allah itu bersifat <strong>kultis</strong> dan <strong>ritual</strong>, diberikan supaya sang pemberi mendapat pahala atau balasan kekayaan, keselamatan, kesehatan, keberhasilan. Ada unsur<em> do ut des</em>, aku memberi <strong>supaya aku diberi.</strong> Ada nuansa sogok atau suap kepada Sang Ilahi.</p> <p style="text-align: justify;">Sementara dalam Perjanjian Baru, persembahan dipahami dengan cara yang berbeda. Persembahan tidak lagi dipandang sebagai kurban, melainkan sebagai ungkapan rasa syukur atas anugerah keselamatan yang telah diberikan Tuhan, guna penebusan dosa manusia. Jadi kita <strong>memberi karena sudah diberi</strong>. Artinya, pemberian tersebut adalah ungkapan syukur, bukan balas jasa, karena anugerah keselamatan yang diberikan Allah adalah cuma-cuma, tidak dapat dibalas dengan perbuatan atau upaya manusia.</p> <p style="text-align: justify;">Selain itu, persembahan dalam Perjanjian Baru tidak bersifat kultis dan ritual, melainkan bersifat <strong>diakonal</strong>, diberikan untuk membantu yang lemah, miskin, kekurangan, dan itu dilakukan secara konsisten setiap minggunya.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Persembahan yang Berkenan </strong></p> <p style="text-align: justify;">Rasul Paulus dalam nasihatnya kepada jemaat di Roma menyatakan, <em>“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Roma 12:1). Nasihat ini dimulai dengan frasa, “Karena itu Saudara-saudara…”</em>. Hal ini menunjukkan adanya hubungan dengan bagian yang mendahuluinya. Roma 1-11 berisi tuturan mengenai <strong>kemurahan Allah yang menyelamatkan</strong> (contohnya 3:24, 5:1-11, 11:32). Sementara Roma 12:1-15:13 berbicara mengenai <strong>bagaimana seorang Kristen harus mengisi hidupnya</strong> setelah mendapat kemurahan Allah itu. Jadi bagian ini merupakan <strong>sambutan</strong> atas kasih karunia Allah yang telah menyelamatkan manusia.</p> <p style="text-align: justify;">Paulus melanjutkan nasihatnya kepada jemaat di Roma yang telah menerima kemurahan Allah itu, <em>“...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah…”</em> (Rm. 12:1b). Ajakan ini pasti mengejutkan bagi banyak orang. Mengapa? Bagi <strong>orang Yahudi,</strong> mempersembahkan kurban bagi Allah adalah hal yang biasa (lembu, domba, merpati), tapi mempersembahkan tubuh atau diri sendiri merupakan sesuatu yang aneh dan mengejutkan. Sementara bagi <strong>orang Yunani,</strong> tubuh dianggap sesuatu yang jelek, rendahan, tidak berguna dibandingkan dengan roh (yang lebih mulia).</p> <p style="text-align: justify;">Di sisi lain, bagi penganut <strong>agama-agama suku primitif </strong>tertentu yang biasa mempersembahkan kurban manusia, nasihat Paulus ini juga menegur mereka. Manusia diminta mempersembahkan tubuh sebagai <strong>persembahan yang hidup,</strong> bukan tubuh mati yang dibakar dan dibunuh. Jadi mempersembahkan tubuh tidak berarti kita memberi nyawa untuk dibunuh atau dikurbankan.</p> <p style="text-align: justify;">Bagi <strong>orang Kristen,</strong> pengikut Kristus, mempersembahkan tubuh bukanlah sesuatu yang mengejutkan dan memalukan. Mengapa? Karena kita percaya tubuh ini adalah milik Allah sendiri. Karenanya, mempersembahkan tubuh berarti <strong>memberikan seluruh yang kita miliki,</strong> yaitu pikiran, perkataan, dan perbuatan kita, dengan segala kemampuannya untuk Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">Persembahan itu harus <strong>hidup</strong> (bukan sesuatu yang mati), <strong>kudus</strong> (dikhususkan-disendirikan-disiapkan, bukan sisa-sisa) dan berkenan kepada Allah. Dalam Bahasa Yunani, kata <strong>“berkenan”</strong> menggunakan kata <em>euarestos</em>, yang secara harfiah berarti diterima karena sangat memuaskan dan menyenangkan. Itu berarti persembahan kita, selain hidup dan kudus karena disiapkan dan dikhususkan, juga ditujukan untuk memuaskan dan menyenangkan hati Tuhan, bukan untuk memberi kepuasan dan kesenangan bagi kita yang memberinya.</p> <p style="text-align: justify;">Persembahan kita jadi persembahan yang berkenan kepada Tuhan, bukan karena banyak atau sedikitnya jumlah yang kita beri, melainkan karena motivasi saat kita mempersembahkannya, yaitu agar menyenangkan hati Tuhan, bukan supaya kita yang senang serta mendapat keuntungan (mendapat berkat yang lebih banyak setelah memberi persembahan).</p> <p style="text-align: justify;">Rasul Paulus kemudian menegaskan, mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan merupakan<strong> ibadah yang sejati.</strong> Kata yang dipakai untuk “ibadah” di sini adalah <em>latreia</em>. Dalam Alkitab, kata ini tidak dipakai untuk pelayanan atau pengabdian kepada sesama, tetapi dipakai<strong> untuk pengabdian kepada Tuhan.</strong> Persembahan kita menjadi bentuk pengabdian dan pelayanan kepada Tuhan, <em>Kurios</em> – Tuan kita.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Persembahan di GKI </strong></p> <p style="text-align: justify;">Di GKI, persembahan sebagai ungkapan syukur dan pengabdian diri yang sejati kepada Tuhan itu bisa diwujudkan dengan persembahan diri, waktu, tenaga dan uang. Ketika seseorang dibaptis dan mengaku percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, itulah saat ia <strong>mempersembahkan diri</strong>nya bagi Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Persembahan waktu</strong> diwujudkan dalam bentuk kehadiran kegiatan-kegiatan gerejawi, seperti kebaktian, pemahaman alkitab, persekutuan, pembinaan. Sering kita mendengar alasan “tidak punya waktu” ketika seseorang diminta untuk hadir dalam kegiatan-kegiatan pelayanan dan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan gerejawi. Apakah benar kita tidak punya waktu karena begitu sibuknya kita menjalani keseharian kita? Atau sebenarnya kita kurang bersedia meluangkan waktu untuk ikut hadir dalam kegiatan-kegiatan pelayanan tersebut?</p> <p style="text-align: center;">Apakah benar kita tidak punya waktu karena begitu sibuknya kita menjalani keseharian kita?</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Persembahan tenaga</strong> diwujudkan dengan keterlibatan kita sebagai aktivis, sebagai penatua, guru sekolah minggu, personalia badan pelayanan, anggota paduan suara, kantoria, pemusik, pelawat, panitia, tim redaksi majalah dan<em> web.</em> Sungguh menyedihkan melihat orang yang aktif di gereja hanya orang-orang yang itu-itu saja, hanya sekitar 25-30%. Benarkah kita begitu sibuk sehingga tidak ada tenaga yang tersedia untuk melayani Tuhan? Atau sebenarnya kita enggan direpotkan dengan tanggung jawab yang besar di gereja? Sebagai umat yang sudah menerima berkat Tuhan, kita hendaknya memberikan respons ungkapan syukur, dengan tidak menolak untuk memberikan persembahan tenaga menjadi aktivis yang rajin dan sungguh melayani Tuhan dan sesama.</p> <p style="text-align: justify;">Di GKI ada macam-macam persembahan uang, misalnya persembahan mingguan, bulanan, perpuluhan, syukur tahunan yang dibawa pada saat Pentakosta. Ada juga persembahan khusus, seperti persembahan syukur untuk peristiwa-peristiwa di tengah keluarga (pernikahan, kelahiran, ulang tahun, kelulusan studi, pekerjaan baru, rumah baru) atau untuk kegiatan khusus di tengah jemaat, seperti aksi sosial saat Natal dan Paskah, pembangunan gedung gereja seperti yang sedang kita upayakan bersama. Semua persembahan uang ini dikelola oleh majelis jemaat untuk memenuhi kebutuhan diakonial dan operasional kegiatan pelayanan gereja.</p> <p style="text-align: justify;">Sebagai umat yang merasakan betul cinta kasih dan kemurahan Tuhan yang menyertai, memberkati, dan mencukupkan hidup, hendaknya kita mengungkapkan syukur dengan memberi persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah. Kita menerima yang terbaik dari Tuhan, maka sudah selayaknyalah kita juga memberi yang terbaik.</p> <p style="text-align: justify;">Sudahkah kita mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan? Eka Darmaputera menuliskan demikian, <strong>“Jumlah memang tidak selalu mencerminkan hati yang bersyukur; namun hati yang bersyukur selalu tercermin dari jumlah yang dipersembahkan kepada Tuhan.”</strong>&nbsp;</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/photo-1601934441453-2e9d81df7b37-1.jpg" alt="Persembahan yang Berkenan kepada Allah, sumber foto: unsplash.com"></p><p style="text-align: center;">“Jumlah memang tidak selalu mencerminkan hati yang bersyukur; namun hati yang bersyukur selalu tercermin dari jumlah yang dipersembahkan kepada Tuhan.”</p> <p style="text-align: justify;">Dalam kebaktian-kebaktian di gereja, termasuk di Gereja Kristen Indonesia (GKI), ada satu bagian liturgi mengenai persembahan. Di bagian ini, umat memberikan persembahan uang, baik secara fisik dengan memasukkannya ke dalam kantong persembahan, maupun melalui transfer secara langsung atau memindai QRIS yang ada. Tetapi apakah persembahan umat hanya soal uang? Tentunya masih banyak jenis lainnya.</p> <p style="text-align: justify;">Bila diperhatikan, ada banyak motif orang ketika memberi persembahan. Ada yang memberi sebagai ungkapan syukur atas berkat dari Tuhan. Ada lagi yang sebagai pemenuhan nazar atau janji kepada Allah. Tidak jarang juga orang memberi persembahan supaya mendapatkan berkat yang lebih banyak lagi dari Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Persembahan dalam Alkitab </strong></p> <p style="text-align: justify;">Ada berbagai macam persembahan dalam <strong>Perjanjian Lama,</strong>&nbsp;yang diberikan umat kepada Tuhan melalui perantaraan imam, antara lain kurban bakaran, kurban sajian, kurban penghapus dosa atau kurban penebus salah, kurban keselamatan dan persembahan lainnya. <strong>Kurban bakaran</strong> (Im. 1:1-17; 6:8-13), adalah tanda <strong>pengabdian dan penyerahan</strong> yang sempurna dari orang yang berkurban. Yang dikurbankan adalah daging yang dibakar di mezbah, agar menjadi bau-bauan yang menyenangkan bagi Allah. Sedangkan <strong>kurban sajian</strong> (Im. 2:1- 16; 6:14-23), disebut juga sebagai kurban sukarela, berupa ramuan dari tepung yang terbaik dan biasanya menyertai kurban-kurban binatang. <strong>Kurban penghapus dosa</strong> atau <strong>kurban penebus salah</strong> (Im. 4:1- 6:7; 6:24-10) adalah kurban yang diberikan kala seseorang bersalah karena dianggap najis atau berbuat dosa. Lalu, <strong>kurban keselamatan</strong> (Im. 3:1-17; 7:11-21), berupa pernyataan syukur atau sukarela kepada Allah. Berbeda dengan kurban-kurban lainnya, orang yang mempersembahkan kurban ini diperkenankan ikut memakannya. <strong>Persembahan lainnya,</strong> yaitu <strong>persembahan sulung </strong>atau buah sulung (Kej. 4:4; Im. 2:12; Neh.10:35) dan <strong>persembahan persepuluhan</strong> berupa persembahan khusus, yakni sepersepuluh dari penghasilan umat Israel.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam Perjanjian Lama, persembahan kepada Allah itu bersifat <strong>kultis</strong> dan <strong>ritual</strong>, diberikan supaya sang pemberi mendapat pahala atau balasan kekayaan, keselamatan, kesehatan, keberhasilan. Ada unsur<em> do ut des</em>, aku memberi <strong>supaya aku diberi.</strong> Ada nuansa sogok atau suap kepada Sang Ilahi.</p> <p style="text-align: justify;">Sementara dalam Perjanjian Baru, persembahan dipahami dengan cara yang berbeda. Persembahan tidak lagi dipandang sebagai kurban, melainkan sebagai ungkapan rasa syukur atas anugerah keselamatan yang telah diberikan Tuhan, guna penebusan dosa manusia. Jadi kita <strong>memberi karena sudah diberi</strong>. Artinya, pemberian tersebut adalah ungkapan syukur, bukan balas jasa, karena anugerah keselamatan yang diberikan Allah adalah cuma-cuma, tidak dapat dibalas dengan perbuatan atau upaya manusia.</p> <p style="text-align: justify;">Selain itu, persembahan dalam Perjanjian Baru tidak bersifat kultis dan ritual, melainkan bersifat <strong>diakonal</strong>, diberikan untuk membantu yang lemah, miskin, kekurangan, dan itu dilakukan secara konsisten setiap minggunya.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Persembahan yang Berkenan </strong></p> <p style="text-align: justify;">Rasul Paulus dalam nasihatnya kepada jemaat di Roma menyatakan, <em>“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Roma 12:1). Nasihat ini dimulai dengan frasa, “Karena itu Saudara-saudara…”</em>. Hal ini menunjukkan adanya hubungan dengan bagian yang mendahuluinya. Roma 1-11 berisi tuturan mengenai <strong>kemurahan Allah yang menyelamatkan</strong> (contohnya 3:24, 5:1-11, 11:32). Sementara Roma 12:1-15:13 berbicara mengenai <strong>bagaimana seorang Kristen harus mengisi hidupnya</strong> setelah mendapat kemurahan Allah itu. Jadi bagian ini merupakan <strong>sambutan</strong> atas kasih karunia Allah yang telah menyelamatkan manusia.</p> <p style="text-align: justify;">Paulus melanjutkan nasihatnya kepada jemaat di Roma yang telah menerima kemurahan Allah itu, <em>“...supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah…”</em> (Rm. 12:1b). Ajakan ini pasti mengejutkan bagi banyak orang. Mengapa? Bagi <strong>orang Yahudi,</strong> mempersembahkan kurban bagi Allah adalah hal yang biasa (lembu, domba, merpati), tapi mempersembahkan tubuh atau diri sendiri merupakan sesuatu yang aneh dan mengejutkan. Sementara bagi <strong>orang Yunani,</strong> tubuh dianggap sesuatu yang jelek, rendahan, tidak berguna dibandingkan dengan roh (yang lebih mulia).</p> <p style="text-align: justify;">Di sisi lain, bagi penganut <strong>agama-agama suku primitif </strong>tertentu yang biasa mempersembahkan kurban manusia, nasihat Paulus ini juga menegur mereka. Manusia diminta mempersembahkan tubuh sebagai <strong>persembahan yang hidup,</strong> bukan tubuh mati yang dibakar dan dibunuh. Jadi mempersembahkan tubuh tidak berarti kita memberi nyawa untuk dibunuh atau dikurbankan.</p> <p style="text-align: justify;">Bagi <strong>orang Kristen,</strong> pengikut Kristus, mempersembahkan tubuh bukanlah sesuatu yang mengejutkan dan memalukan. Mengapa? Karena kita percaya tubuh ini adalah milik Allah sendiri. Karenanya, mempersembahkan tubuh berarti <strong>memberikan seluruh yang kita miliki,</strong> yaitu pikiran, perkataan, dan perbuatan kita, dengan segala kemampuannya untuk Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">Persembahan itu harus <strong>hidup</strong> (bukan sesuatu yang mati), <strong>kudus</strong> (dikhususkan-disendirikan-disiapkan, bukan sisa-sisa) dan berkenan kepada Allah. Dalam Bahasa Yunani, kata <strong>“berkenan”</strong> menggunakan kata <em>euarestos</em>, yang secara harfiah berarti diterima karena sangat memuaskan dan menyenangkan. Itu berarti persembahan kita, selain hidup dan kudus karena disiapkan dan dikhususkan, juga ditujukan untuk memuaskan dan menyenangkan hati Tuhan, bukan untuk memberi kepuasan dan kesenangan bagi kita yang memberinya.</p> <p style="text-align: justify;">Persembahan kita jadi persembahan yang berkenan kepada Tuhan, bukan karena banyak atau sedikitnya jumlah yang kita beri, melainkan karena motivasi saat kita mempersembahkannya, yaitu agar menyenangkan hati Tuhan, bukan supaya kita yang senang serta mendapat keuntungan (mendapat berkat yang lebih banyak setelah memberi persembahan).</p> <p style="text-align: justify;">Rasul Paulus kemudian menegaskan, mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan merupakan<strong> ibadah yang sejati.</strong> Kata yang dipakai untuk “ibadah” di sini adalah <em>latreia</em>. Dalam Alkitab, kata ini tidak dipakai untuk pelayanan atau pengabdian kepada sesama, tetapi dipakai<strong> untuk pengabdian kepada Tuhan.</strong> Persembahan kita menjadi bentuk pengabdian dan pelayanan kepada Tuhan, <em>Kurios</em> – Tuan kita.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Persembahan di GKI </strong></p> <p style="text-align: justify;">Di GKI, persembahan sebagai ungkapan syukur dan pengabdian diri yang sejati kepada Tuhan itu bisa diwujudkan dengan persembahan diri, waktu, tenaga dan uang. Ketika seseorang dibaptis dan mengaku percaya kepada Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, itulah saat ia <strong>mempersembahkan diri</strong>nya bagi Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Persembahan waktu</strong> diwujudkan dalam bentuk kehadiran kegiatan-kegiatan gerejawi, seperti kebaktian, pemahaman alkitab, persekutuan, pembinaan. Sering kita mendengar alasan “tidak punya waktu” ketika seseorang diminta untuk hadir dalam kegiatan-kegiatan pelayanan dan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan gerejawi. Apakah benar kita tidak punya waktu karena begitu sibuknya kita menjalani keseharian kita? Atau sebenarnya kita kurang bersedia meluangkan waktu untuk ikut hadir dalam kegiatan-kegiatan pelayanan tersebut?</p> <p style="text-align: center;">Apakah benar kita tidak punya waktu karena begitu sibuknya kita menjalani keseharian kita?</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Persembahan tenaga</strong> diwujudkan dengan keterlibatan kita sebagai aktivis, sebagai penatua, guru sekolah minggu, personalia badan pelayanan, anggota paduan suara, kantoria, pemusik, pelawat, panitia, tim redaksi majalah dan<em> web.</em> Sungguh menyedihkan melihat orang yang aktif di gereja hanya orang-orang yang itu-itu saja, hanya sekitar 25-30%. Benarkah kita begitu sibuk sehingga tidak ada tenaga yang tersedia untuk melayani Tuhan? Atau sebenarnya kita enggan direpotkan dengan tanggung jawab yang besar di gereja? Sebagai umat yang sudah menerima berkat Tuhan, kita hendaknya memberikan respons ungkapan syukur, dengan tidak menolak untuk memberikan persembahan tenaga menjadi aktivis yang rajin dan sungguh melayani Tuhan dan sesama.</p> <p style="text-align: justify;">Di GKI ada macam-macam persembahan uang, misalnya persembahan mingguan, bulanan, perpuluhan, syukur tahunan yang dibawa pada saat Pentakosta. Ada juga persembahan khusus, seperti persembahan syukur untuk peristiwa-peristiwa di tengah keluarga (pernikahan, kelahiran, ulang tahun, kelulusan studi, pekerjaan baru, rumah baru) atau untuk kegiatan khusus di tengah jemaat, seperti aksi sosial saat Natal dan Paskah, pembangunan gedung gereja seperti yang sedang kita upayakan bersama. Semua persembahan uang ini dikelola oleh majelis jemaat untuk memenuhi kebutuhan diakonial dan operasional kegiatan pelayanan gereja.</p> <p style="text-align: justify;">Sebagai umat yang merasakan betul cinta kasih dan kemurahan Tuhan yang menyertai, memberkati, dan mencukupkan hidup, hendaknya kita mengungkapkan syukur dengan memberi persembahan yang hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah. Kita menerima yang terbaik dari Tuhan, maka sudah selayaknyalah kita juga memberi yang terbaik.</p> <p style="text-align: justify;">Sudahkah kita mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan? Eka Darmaputera menuliskan demikian, <strong>“Jumlah memang tidak selalu mencerminkan hati yang bersyukur; namun hati yang bersyukur selalu tercermin dari jumlah yang dipersembahkan kepada Tuhan.”</strong>&nbsp;</p> Rapi Tersusun, Diikat dalam Satu Pelayanan 2024-08-26T10:19:17+07:00 2024-08-26T10:19:17+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/rapi-tersusun-diikat-dalam-satu-pelayanan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/rat.png" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Mungkin kita sering mendengar peribahasa ini saat bersekolah. Gotong royong yang diilustrasikan oleh ikatan sapu lidi, membuat lidi-lidi yang diikat menjadi teguh dan kuat dan dapat digunakan, dibandingkan dengan sebatang lidi yang rapuh. Efesus 4:16 mengatakan, “Dari Dialah seluruh tubuh, yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh semua sendi yang menopangnya, menerima pertumbuhannya sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota, dan membangun dirinya dalam kasih.”</p> <p style="text-align: justify;">Pelayanan di GKI Gading Serpong pun demikian. Dari berbagai talenta, karakter, dan kemampuan yang berbedabeda, kita dijadikan satu, disusun secara rapi dalam pelayanan oleh Sang Maha Penyusun, untuk memuliakan Sang Pencipta. Ini adalah pengalaman saya, saat melayani selama lima tahun di Komisi Anak GKI Gading Serpong. Iman saya tergetar dan semakin takjub akan karya Allah yang luar biasa.</p> <p style="text-align: justify;">Saya menyaksikan bagaimana seluruh guru sekolah Minggu mencoba untuk terus sehati sepikir. Mereka diikat dalam satu kesatuan, rapi tersusun, saling menolong, bahu-membahu, saling melengkapi, saling mengingatkan, menegur dalam kasih, dan membangun karakter Kristus. Mereka berakar, bertumbuh, dan berbuah, seperti ungkapan besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya. Meskipun jumlahnya ratusan orang, tetapi mereka memiliki pola pikir yang sama, yang terarah dan terpusat kepada Tuhan. Dalam pelbagai pergumulan dalam pelayanan, kami selalu diingatkan untuk terus memandang salib Yesus. Semua hal yang kami kerjakan hanya untuk Dia, dari Dia, dan untuk kemuliaan nama-Nya saja.</p> <p style="text-align: justify;">Para guru yang lebih senior dengan sukacita mengarahkan, membimbing, menolong, mendukung, memberi masukan, mengingatkan, menegur, memperhatikan, menghibur, bahkan membela saya. Rekan-rekan yang lebih muda pun sangat luar biasa. Seperti bejana yang siap dibentuk, mereka bersedia dibimbing dan dibangun dalam pelayanan. Sedari muda, mereka sudah memberi diri kepada Allah, melatih diri dalam pertumbuhan iman. Mereka menjadi kawan sekerja Allah dengan mengikis keegoisan. Bisa saja mereka memilih untuk mencari kesenangan sendiri, menikmati masa muda bersama teman-temannya, namun mereka memilih untuk masuk dalam dunia pelayanan. Ini merupakan suatu komitmen yang tidak mudah, namun mereka tetap setia.</p> <p style="text-align: justify;">Di kelas, di kepengurusan, maupun kepanitiaan, guru-guru yang lebih senior akan membimbing para juniornya, sehingga mereka bisa memberikan pelayanan yang terbaik. Jika ada kesulitan yang dihadapi oleh para junior, yang senior akan segera membantu.&nbsp;</p> <p style="text-align: justify;">Di dalam Komisi Anak GKI Gading Serpong juga ada kelompok kecil. Para guru senior yang menjadi mentor, membantu para guru junior berakar, bertumbuh, dan berbuah dalam Kristus. Kelompok kecil ini juga menjadi sarana para guru sekolah Minggu untuk saling mengasihi, memperhatikan, mendukung, dan mengembangkan diri, menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">Saya sungguh bersyukur memiliki mentor-mentor yang berhikmat dan bijaksana, yang begitu rendah hati dan tulus melayani Allah. Sebagian dari mereka adalah pekerja yang disibukkan oleh berbagai aktivitas pekerjaan yang menyita sebagian besar waktu. Namun, mereka tetap berupaya memberi diri untuk melayani secara total. Bukan dengan sisa tenaga, tetapi dengan seluruh keberadaan mereka. Mereka benar-benar memberikan persembahan yang berkenan di mata Allah. Tenaga, pikiran, perasaan, waktu, dan seluruh hidup, mereka persembahkan untuk kemuliaan Tuhan. Hal ini sungguh menjadi teladan iman bagi saya.</p> <p style="text-align: justify;">*Penulis adalah pengerja dan pembina Sekolah Minggu GKI Gading Serpong.&nbsp;</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/rat.png" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Mungkin kita sering mendengar peribahasa ini saat bersekolah. Gotong royong yang diilustrasikan oleh ikatan sapu lidi, membuat lidi-lidi yang diikat menjadi teguh dan kuat dan dapat digunakan, dibandingkan dengan sebatang lidi yang rapuh. Efesus 4:16 mengatakan, “Dari Dialah seluruh tubuh, yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh semua sendi yang menopangnya, menerima pertumbuhannya sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota, dan membangun dirinya dalam kasih.”</p> <p style="text-align: justify;">Pelayanan di GKI Gading Serpong pun demikian. Dari berbagai talenta, karakter, dan kemampuan yang berbedabeda, kita dijadikan satu, disusun secara rapi dalam pelayanan oleh Sang Maha Penyusun, untuk memuliakan Sang Pencipta. Ini adalah pengalaman saya, saat melayani selama lima tahun di Komisi Anak GKI Gading Serpong. Iman saya tergetar dan semakin takjub akan karya Allah yang luar biasa.</p> <p style="text-align: justify;">Saya menyaksikan bagaimana seluruh guru sekolah Minggu mencoba untuk terus sehati sepikir. Mereka diikat dalam satu kesatuan, rapi tersusun, saling menolong, bahu-membahu, saling melengkapi, saling mengingatkan, menegur dalam kasih, dan membangun karakter Kristus. Mereka berakar, bertumbuh, dan berbuah, seperti ungkapan besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya. Meskipun jumlahnya ratusan orang, tetapi mereka memiliki pola pikir yang sama, yang terarah dan terpusat kepada Tuhan. Dalam pelbagai pergumulan dalam pelayanan, kami selalu diingatkan untuk terus memandang salib Yesus. Semua hal yang kami kerjakan hanya untuk Dia, dari Dia, dan untuk kemuliaan nama-Nya saja.</p> <p style="text-align: justify;">Para guru yang lebih senior dengan sukacita mengarahkan, membimbing, menolong, mendukung, memberi masukan, mengingatkan, menegur, memperhatikan, menghibur, bahkan membela saya. Rekan-rekan yang lebih muda pun sangat luar biasa. Seperti bejana yang siap dibentuk, mereka bersedia dibimbing dan dibangun dalam pelayanan. Sedari muda, mereka sudah memberi diri kepada Allah, melatih diri dalam pertumbuhan iman. Mereka menjadi kawan sekerja Allah dengan mengikis keegoisan. Bisa saja mereka memilih untuk mencari kesenangan sendiri, menikmati masa muda bersama teman-temannya, namun mereka memilih untuk masuk dalam dunia pelayanan. Ini merupakan suatu komitmen yang tidak mudah, namun mereka tetap setia.</p> <p style="text-align: justify;">Di kelas, di kepengurusan, maupun kepanitiaan, guru-guru yang lebih senior akan membimbing para juniornya, sehingga mereka bisa memberikan pelayanan yang terbaik. Jika ada kesulitan yang dihadapi oleh para junior, yang senior akan segera membantu.&nbsp;</p> <p style="text-align: justify;">Di dalam Komisi Anak GKI Gading Serpong juga ada kelompok kecil. Para guru senior yang menjadi mentor, membantu para guru junior berakar, bertumbuh, dan berbuah dalam Kristus. Kelompok kecil ini juga menjadi sarana para guru sekolah Minggu untuk saling mengasihi, memperhatikan, mendukung, dan mengembangkan diri, menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">Saya sungguh bersyukur memiliki mentor-mentor yang berhikmat dan bijaksana, yang begitu rendah hati dan tulus melayani Allah. Sebagian dari mereka adalah pekerja yang disibukkan oleh berbagai aktivitas pekerjaan yang menyita sebagian besar waktu. Namun, mereka tetap berupaya memberi diri untuk melayani secara total. Bukan dengan sisa tenaga, tetapi dengan seluruh keberadaan mereka. Mereka benar-benar memberikan persembahan yang berkenan di mata Allah. Tenaga, pikiran, perasaan, waktu, dan seluruh hidup, mereka persembahkan untuk kemuliaan Tuhan. Hal ini sungguh menjadi teladan iman bagi saya.</p> <p style="text-align: justify;">*Penulis adalah pengerja dan pembina Sekolah Minggu GKI Gading Serpong.&nbsp;</p> “Kristen Progresif dan Kristen Regresif” 2024-06-26T20:41:06+07:00 2024-06-26T20:41:06+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kristen-progresif-dan-kristen-regresif David Satyawan davidsatyawan@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt="images/bidang/Kristen_Progresif_atau_Kristen_Regresif.jpg"></p><p>Istilah “Kristen Progresif” sukses menarik perhatian banyak pihak. Di satu sisi, ada yang bereaksi “<em>Wuih</em>, keren <em>nih</em> pemikiran yang disampaikan! <em>Out of the box</em>! ‘Ga nyangka, ternyata kekristenan ‘ga sekolot itu!” Di sisi lain, banyak juga yang merasa kecolongan. “Astaga, ‘ga bisa kalau begini, sesat ini! Waduh, ini bukan kekristenan sejati! Ayo, segera bertindak, lawan pemikiran kayak ‘gini!”. Bagi yang kecolongan, mereka seperti mendapat pukulan telak. Apalagi pandangan ini tampil di media sosial dengan cara kekinian, dan mendapat banyak sambutan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kristen-progresif-dan-kristen-regresif" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt="images/bidang/Kristen_Progresif_atau_Kristen_Regresif.jpg"></p><p>Istilah “Kristen Progresif” sukses menarik perhatian banyak pihak. Di satu sisi, ada yang bereaksi “<em>Wuih</em>, keren <em>nih</em> pemikiran yang disampaikan! <em>Out of the box</em>! ‘Ga nyangka, ternyata kekristenan ‘ga sekolot itu!” Di sisi lain, banyak juga yang merasa kecolongan. “Astaga, ‘ga bisa kalau begini, sesat ini! Waduh, ini bukan kekristenan sejati! Ayo, segera bertindak, lawan pemikiran kayak ‘gini!”. Bagi yang kecolongan, mereka seperti mendapat pukulan telak. Apalagi pandangan ini tampil di media sosial dengan cara kekinian, dan mendapat banyak sambutan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kristen-progresif-dan-kristen-regresif" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Kepemimpinan Kristen vs Kekristenan Progresif 2024-06-07T07:51:41+07:00 2024-06-07T07:51:41+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kepemimpinan-kristen-vs-kekristenan-progresif David Satyawan davidsatyawan@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/images/bidang/Artikel/liputan/HowtoStudyTheBible.jpg" alt="HowtoStudyTheBible" width="1248" height="832" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;"></p> <p>Berbicara mengenai kepemimpinan Kristen, mau tidak mau kita harus merujuk kepada Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dan Kepala Gereja, serta Alkitab, yang adalah firman Allah. Di tengah-tengah dunia yang terus berubah, sangat mudah seorang pemimpin Kristen terpengaruh oleh rupa-rupa ajaran mengenai Yesus Kristus yang menyimpang dari Alkitab. Sering kali penyimpangan tersebut sedemikian halusnya, sehingga tanpa sadar kita menjadi pengikut Yesus Kristus kontemporer, hasil imajinasi manusia, yang tentu berbeda dengan Yesus Kristus dalam Alkitab.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kepemimpinan-kristen-vs-kekristenan-progresif" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/images/bidang/Artikel/liputan/HowtoStudyTheBible.jpg" alt="HowtoStudyTheBible" width="1248" height="832" style="margin: 0px 10px 10px 0px; float: left;"></p> <p>Berbicara mengenai kepemimpinan Kristen, mau tidak mau kita harus merujuk kepada Yesus Kristus, yang adalah Tuhan dan Kepala Gereja, serta Alkitab, yang adalah firman Allah. Di tengah-tengah dunia yang terus berubah, sangat mudah seorang pemimpin Kristen terpengaruh oleh rupa-rupa ajaran mengenai Yesus Kristus yang menyimpang dari Alkitab. Sering kali penyimpangan tersebut sedemikian halusnya, sehingga tanpa sadar kita menjadi pengikut Yesus Kristus kontemporer, hasil imajinasi manusia, yang tentu berbeda dengan Yesus Kristus dalam Alkitab.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kepemimpinan-kristen-vs-kekristenan-progresif" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Musa : Berjuang untuk Bangsanya 2024-03-28T15:30:55+07:00 2024-03-28T15:30:55+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/musa-berjuang-untuk-bangsanya Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Menjadi Warga Negara Indonesia bukanlah sebuah pilihan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/musa-berjuang-untuk-bangsanya" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Menjadi Warga Negara Indonesia bukanlah sebuah pilihan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/musa-berjuang-untuk-bangsanya" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Etika Alkitabiah dalam Kepemimpinan Spiritual 2024-03-28T15:15:15+07:00 2024-03-28T15:15:15+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/etika-alkitabiah-dalam-kepemimpinan-spiritual Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dalam menghadapi tantangan usaha, etika, moral dan nilai nilai diperlukan sebagai fondasi bagi kepemimpinan dan manajemen.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/etika-alkitabiah-dalam-kepemimpinan-spiritual" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dalam menghadapi tantangan usaha, etika, moral dan nilai nilai diperlukan sebagai fondasi bagi kepemimpinan dan manajemen.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/etika-alkitabiah-dalam-kepemimpinan-spiritual" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA ORANG DEWASA (1) 2024-03-27T10:49:05+07:00 2024-03-27T10:49:05+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gangguan-psikologis-pada-orang-dewasa-1 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Banyak sekali gangguan psikologis yang dapat terjadi pada diri manusia, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gangguan-psikologis-pada-orang-dewasa-1" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Banyak sekali gangguan psikologis yang dapat terjadi pada diri manusia, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gangguan-psikologis-pada-orang-dewasa-1" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Tantangan Pengasuhan Anak Generasi Z 2024-03-27T10:14:09+07:00 2024-03-27T10:14:09+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/oh-yen-nie Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Generasi Z adalah sebutan bagi anak-anak yang lahir setelah tahun 1995 hingga sekarang, pada zaman teknologi digital sudah mulai berkembang.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/oh-yen-nie" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Generasi Z adalah sebutan bagi anak-anak yang lahir setelah tahun 1995 hingga sekarang, pada zaman teknologi digital sudah mulai berkembang.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/oh-yen-nie" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Bersekutu 2024-03-20T21:00:46+07:00 2024-03-20T21:00:46+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/bersekutu Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Bersekutu adalah berhubungan sebagai sesama anggota keluarga Allah.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/bersekutu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Bersekutu adalah berhubungan sebagai sesama anggota keluarga Allah.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/bersekutu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> MENGHADAPI BULLYING 2024-02-29T13:56:55+07:00 2024-02-29T13:56:55+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menghadapi-bullying Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Kiat-kiat agar kita tidak melakukan <em>bullying</em> kepada orang lain :</p> <ol style="text-align: justify;"> <li>Sadari bahwa semua orang istimewa di hadapan Tuhan. Setiap kita diciptakan berbeda, dan masing-masing kita unik. Kalau kita sadari ini, maka kita tidak akan melihat orang lain lebih rendah dari kita dan pantas untuk dijadikan bahan olok-olok. Rasa aman adalah hak setiap orang, jadi kita jangan merampasnya.</li> <li>Buat <em>support group</em> yang bertujuan untuk mendukung teman-teman kita yang memiliki kekurangan supaya mereka merasa percaya diri dan tidak<em> minder.</em></li> <li>Biasakan menggunakan kata-kata positif &amp; bukan yang merusak.</li> <li>Bangunlah pergaulan yang baik.</li> </ol><p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menghadapi-bullying" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Kiat-kiat agar kita tidak melakukan <em>bullying</em> kepada orang lain :</p> <ol style="text-align: justify;"> <li>Sadari bahwa semua orang istimewa di hadapan Tuhan. Setiap kita diciptakan berbeda, dan masing-masing kita unik. Kalau kita sadari ini, maka kita tidak akan melihat orang lain lebih rendah dari kita dan pantas untuk dijadikan bahan olok-olok. Rasa aman adalah hak setiap orang, jadi kita jangan merampasnya.</li> <li>Buat <em>support group</em> yang bertujuan untuk mendukung teman-teman kita yang memiliki kekurangan supaya mereka merasa percaya diri dan tidak<em> minder.</em></li> <li>Biasakan menggunakan kata-kata positif &amp; bukan yang merusak.</li> <li>Bangunlah pergaulan yang baik.</li> </ol><p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menghadapi-bullying" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI 2024-02-26T20:15:21+07:00 2024-02-26T20:15:21+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kepemimpinan-yang-melayani Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Kita sering mendengar kata “pemimpin”. Jika kita mengetikkan kata<em> leaders</em> di www.yahoo.com maka akan keluar 21.800.000 referensi mengenai pemimpin/ kepemimpinan. Mengapa kita perlu belajar kepemimpinan?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kepemimpinan-yang-melayani" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Kita sering mendengar kata “pemimpin”. Jika kita mengetikkan kata<em> leaders</em> di www.yahoo.com maka akan keluar 21.800.000 referensi mengenai pemimpin/ kepemimpinan. Mengapa kita perlu belajar kepemimpinan?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kepemimpinan-yang-melayani" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Menjadi Kitab Terbuka 2024-02-25T14:53:40+07:00 2024-02-25T14:53:40+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menjadi-kitab-terbuka Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.</p> <p style="text-align: center;">2 Korintus 3:2-3</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menjadi-kitab-terbuka" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia.</p> <p style="text-align: center;">2 Korintus 3:2-3</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menjadi-kitab-terbuka" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Remaja Bersaksi di Sekolah Kristen 2024-02-15T17:08:49+07:00 2024-02-15T17:08:49+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/remaja-bersaksi-di-sekolah-kristen Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Senangnya, bila remaja bisa belajar di sekolah Kristen. Ini amat terasa karena mereka dapat bergaul satu frekuensi dan belajar bersama dengan sesama melalui label Kristen.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/remaja-bersaksi-di-sekolah-kristen" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Senangnya, bila remaja bisa belajar di sekolah Kristen. Ini amat terasa karena mereka dapat bergaul satu frekuensi dan belajar bersama dengan sesama melalui label Kristen.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/remaja-bersaksi-di-sekolah-kristen" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Hai Kristen, di Manakah Sengatmu? 2024-02-14T12:41:10+07:00 2024-02-14T12:41:10+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/hai-kristen-di-manakah-sengatmu Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Jika padaku ditanyakan apa akan kub'ritakan pada dunia yang penuh penderitaan? 'kan kusampaikan kabar baik pada orang-orang miskin, pembebasan bagi orang yang ditawan; yang buta dapat penglihatan, yang tertindas dibebaskan. Sungguh tahun rahmat sudah tiba. K'rajaan Allah penuh kurnia, itu berita bagi isi dunia. (KJ 342/Kidung Keesaan 552)</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/hai-kristen-di-manakah-sengatmu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Jika padaku ditanyakan apa akan kub'ritakan pada dunia yang penuh penderitaan? 'kan kusampaikan kabar baik pada orang-orang miskin, pembebasan bagi orang yang ditawan; yang buta dapat penglihatan, yang tertindas dibebaskan. Sungguh tahun rahmat sudah tiba. K'rajaan Allah penuh kurnia, itu berita bagi isi dunia. (KJ 342/Kidung Keesaan 552)</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/hai-kristen-di-manakah-sengatmu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Bersaksi di Tempat Kerja 2024-02-13T13:15:43+07:00 2024-02-13T13:15:43+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/bersaksi-di-tempat-kerja Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">a Pada tulisan kali ini, saya akan menceritakan pengalaman pribadi dalam bekerja, baik sebagai tenaga pendidik, pelayan di gereja, dan lingkungan masyarakat sekitar kompleks saya tinggal.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/bersaksi-di-tempat-kerja" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">a Pada tulisan kali ini, saya akan menceritakan pengalaman pribadi dalam bekerja, baik sebagai tenaga pendidik, pelayan di gereja, dan lingkungan masyarakat sekitar kompleks saya tinggal.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/bersaksi-di-tempat-kerja" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Apakah Yesus Kristus adalah Kepala Gereja Kita? 2024-02-13T12:52:16+07:00 2024-02-13T12:52:16+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/apakah-yesus-kristus-adalah-kepala-gereja-kita Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Tata Gereja dan Tata Laksana GKI (BPMS GKI. 2009) pasal 3 mengenai pengakuan iman mencantumkan:</p> <p style="text-align: justify;">1. GKI mengaku imannya bahwa Yesus Kristus adalah:</p> <p style="text-align: justify;">a. Tuhan dan Juru Selamat dunia, Sumber Kebenaran dan Hidup.</p> <p style="text-align: justify;">b. Kepala Gereja, yang mendirikan gereja dan memanggil gereja untuk hidup dalam iman dan misi-Nya.</p> <p style="text-align: justify;">2. GKI mengaku imannya bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Firman Allah, yang menjadi dasar dan norma satu-satunya bagi kehidupan gereja.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/apakah-yesus-kristus-adalah-kepala-gereja-kita" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Tata Gereja dan Tata Laksana GKI (BPMS GKI. 2009) pasal 3 mengenai pengakuan iman mencantumkan:</p> <p style="text-align: justify;">1. GKI mengaku imannya bahwa Yesus Kristus adalah:</p> <p style="text-align: justify;">a. Tuhan dan Juru Selamat dunia, Sumber Kebenaran dan Hidup.</p> <p style="text-align: justify;">b. Kepala Gereja, yang mendirikan gereja dan memanggil gereja untuk hidup dalam iman dan misi-Nya.</p> <p style="text-align: justify;">2. GKI mengaku imannya bahwa Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru adalah Firman Allah, yang menjadi dasar dan norma satu-satunya bagi kehidupan gereja.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/apakah-yesus-kristus-adalah-kepala-gereja-kita" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> KITA PERLU BERUBAH 2024-02-09T13:07:50+07:00 2024-02-09T13:07:50+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/c-2 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Perubahan-perubahan kecil tentunya mudah untuk dibuat. Merubah warna baju, gaya rambut, dan cara berpakaian tentunya lebih mudah daripada merubah warna cat mobil, gaya berbicara, dan cara berjalan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/c-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Perubahan-perubahan kecil tentunya mudah untuk dibuat. Merubah warna baju, gaya rambut, dan cara berpakaian tentunya lebih mudah daripada merubah warna cat mobil, gaya berbicara, dan cara berjalan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/c-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> REMAJA YANG MEMURIDKAN 2024-01-16T19:55:49+07:00 2024-01-16T19:55:49+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/remaja-yang-memuridkan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Siapa bilang tugas memuridkan hanya dapat dilakukan orang dewasa saja? Remaja juga bisa melakukannya!</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/remaja-yang-memuridkan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Siapa bilang tugas memuridkan hanya dapat dilakukan orang dewasa saja? Remaja juga bisa melakukannya!</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/remaja-yang-memuridkan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Individualisme VS Komunitas Kristen 2024-01-15T16:11:14+07:00 2024-01-15T16:11:14+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/c Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Zaman sekarang, individualisme subur berkembang. Contohnya? Dengan <em>smartphone</em> di tangan, anda bisa dilayani secara individu. Lapar? Tinggal pilih mau makan apa, tidak perlu bangun dari tempat duduk Anda.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/c" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Zaman sekarang, individualisme subur berkembang. Contohnya? Dengan <em>smartphone</em> di tangan, anda bisa dilayani secara individu. Lapar? Tinggal pilih mau makan apa, tidak perlu bangun dari tempat duduk Anda.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/c" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Menjadi Murid yang Memuridkan 2024-01-12T15:22:56+07:00 2024-01-12T15:22:56+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menjadi-murid-yang-memuridkan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="275" height="183" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Pemuridan adalah proses yang diawali dengan memberitakan Kristus, dilanjutkan dengan membantu orang-orang yang telah menerima Kristus untuk bertumbuh menuju kedewasaan rohani/iman.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menjadi-murid-yang-memuridkan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="275" height="183" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Pemuridan adalah proses yang diawali dengan memberitakan Kristus, dilanjutkan dengan membantu orang-orang yang telah menerima Kristus untuk bertumbuh menuju kedewasaan rohani/iman.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menjadi-murid-yang-memuridkan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Paradoks Leadership dan Followership 2024-01-08T21:57:44+07:00 2024-01-08T21:57:44+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/k Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Kata <em>leader</em> (pemimpin) dan <em>leadership</em> (kepemimpinan) sudah tak asing bagi kita, karena para akademisi dan praktisi manajemen sering membahasnya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/k" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Kata <em>leader</em> (pemimpin) dan <em>leadership</em> (kepemimpinan) sudah tak asing bagi kita, karena para akademisi dan praktisi manajemen sering membahasnya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/k" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA ORANG DEWASA (2) 2024-01-04T20:56:15+07:00 2024-01-04T20:56:15+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gangguan-psikologis-pada-orang-dewasa-2 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="275" height="183" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Pada bagian pertama tulisan ini, kita sudah mengenal gangguan Skizofrenia, Bipolar, Depresi, Cemas, dan Obsesi Kompulsi. Bagi yang belum membacanya di majalah Anugerah edisi lampau, dapat membuka pada link http://gkigadingserpong. org/gallery/majalah-anugerah/2982- majalah-sepercik-anugerah-9th-edition. html.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gangguan-psikologis-pada-orang-dewasa-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="275" height="183" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Pada bagian pertama tulisan ini, kita sudah mengenal gangguan Skizofrenia, Bipolar, Depresi, Cemas, dan Obsesi Kompulsi. Bagi yang belum membacanya di majalah Anugerah edisi lampau, dapat membuka pada link http://gkigadingserpong. org/gallery/majalah-anugerah/2982- majalah-sepercik-anugerah-9th-edition. html.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gangguan-psikologis-pada-orang-dewasa-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Murid Kristus yang Menjadi Berkat 2024-01-04T20:43:24+07:00 2024-01-04T20:43:24+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/murid-kristus Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Seorang teman bertanya kepada saya, apakah Kristen dan murid Kristus itu berbeda? Jika sama mengapa di Alkitab banyak disebut istilah “murid”, sedangkan kata Kristen itu sedikit sekali muncul, lalu jika memang beda di manakah letak perbedaannya?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/murid-kristus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Seorang teman bertanya kepada saya, apakah Kristen dan murid Kristus itu berbeda? Jika sama mengapa di Alkitab banyak disebut istilah “murid”, sedangkan kata Kristen itu sedikit sekali muncul, lalu jika memang beda di manakah letak perbedaannya?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/murid-kristus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Membangun Iman Remaja Kristen 2023-11-27T21:08:06+07:00 2023-11-27T21:08:06+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/x-2 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Kita sering mendengar dan membaca berita tentang bunuh diri. Bunuh diri berangkat dari terputusnya harapan, kehilangan arah dan terasa semua telah berakhir. Saya menyadari bahwa hidup ini memang tidak mudah. Seringkali, kita juga menemukan jalan buntu dan merasa tidak ada harapan atau hal positif lagi. Kalau sudah demikian, apakah kita harus mengakhirinya dengan bunuh diri? Saya rasa tidak. Sebagai remaja Kristen, kita perlu membangun nilai iman dalam kehidupan kita.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/x-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Kita sering mendengar dan membaca berita tentang bunuh diri. Bunuh diri berangkat dari terputusnya harapan, kehilangan arah dan terasa semua telah berakhir. Saya menyadari bahwa hidup ini memang tidak mudah. Seringkali, kita juga menemukan jalan buntu dan merasa tidak ada harapan atau hal positif lagi. Kalau sudah demikian, apakah kita harus mengakhirinya dengan bunuh diri? Saya rasa tidak. Sebagai remaja Kristen, kita perlu membangun nilai iman dalam kehidupan kita.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/x-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> PENTINGNYA LIFE SKILLS 2023-11-26T19:50:57+07:00 2023-11-26T19:50:57+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pentingnya-life-skills Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Semua orang tua tentu ingin anak-anaknya bisa sukses di kemudian hari dalam hidupnya. Namun, apakah orang tua menyiapkan juga kemampuan mental untuk menghadapi kesuksesan?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pentingnya-life-skills" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Semua orang tua tentu ingin anak-anaknya bisa sukses di kemudian hari dalam hidupnya. Namun, apakah orang tua menyiapkan juga kemampuan mental untuk menghadapi kesuksesan?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pentingnya-life-skills" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> IMAN YANG TEGUH 2023-11-23T13:59:18+07:00 2023-11-23T13:59:18+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/iman-yang-teguh Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Allah bermaksud agar kita didiami oleh Roh Kudus dan hidup dalam persekutuan, sebagai keluarga dalam Kerajaan-Nya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/iman-yang-teguh" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Allah bermaksud agar kita didiami oleh Roh Kudus dan hidup dalam persekutuan, sebagai keluarga dalam Kerajaan-Nya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/iman-yang-teguh" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> MENGAJARKAN INTEGRITAS DI MASA PANDEMI 2023-11-01T19:55:14+07:00 2023-11-01T19:55:14+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mengajarkan-integritas-di-masa-pandemi Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Memasuki masa WFH (<em>work from home</em>), sedikit banyak rutinitas kita berubah. Bagi kita yang tidak terlalu terdampak, bisa jadi ini menjadi momen yang melegakan, lebih santai, kumpul dengan keluarga.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mengajarkan-integritas-di-masa-pandemi" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Memasuki masa WFH (<em>work from home</em>), sedikit banyak rutinitas kita berubah. Bagi kita yang tidak terlalu terdampak, bisa jadi ini menjadi momen yang melegakan, lebih santai, kumpul dengan keluarga.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mengajarkan-integritas-di-masa-pandemi" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> DISIPLIN ROHANI 2023-11-01T19:46:59+07:00 2023-11-01T19:46:59+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/disiplin-rohani Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Spiritualitas setiap murid Tuhan Yesus harus terus bertumbuh kembang. Rasul Paulus mendoakan jemaat di Korintus agar jemaat menjadi sempurna, ia juga meminta jemaat mengusahakan diri (menujukan diri, mengarahkan diri) supaya sempurna (2 Kor.13 :9,11).</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/disiplin-rohani" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Spiritualitas setiap murid Tuhan Yesus harus terus bertumbuh kembang. Rasul Paulus mendoakan jemaat di Korintus agar jemaat menjadi sempurna, ia juga meminta jemaat mengusahakan diri (menujukan diri, mengarahkan diri) supaya sempurna (2 Kor.13 :9,11).</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/disiplin-rohani" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> SIAPAKAH KRISTUS YANG KITA TELADANI? 2023-10-30T15:40:16+07:00 2023-10-30T15:40:16+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/siapakah-kristus-yang-kita-teladani Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Istilah meneladani Yesus sudah sering kali kita dengar dan ucapkan. Apakah Yesus yang kita teladani adalah Sang Juruselamat yang telah mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia atau sekedar guru yang menjadi contoh/teladan bagi kita?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/siapakah-kristus-yang-kita-teladani" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Istilah meneladani Yesus sudah sering kali kita dengar dan ucapkan. Apakah Yesus yang kita teladani adalah Sang Juruselamat yang telah mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia atau sekedar guru yang menjadi contoh/teladan bagi kita?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/siapakah-kristus-yang-kita-teladani" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> MENJAGA KESEHATAN MENTAL DI MASA “NEW NORMAL” 2023-10-27T18:32:06+07:00 2023-10-27T18:32:06+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menjaga-kesehatan-mental-di-masa-new-normal Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Apakah ketika tubuh fisik sehat, kita pasti akan hidup sejahtera?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menjaga-kesehatan-mental-di-masa-new-normal" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Apakah ketika tubuh fisik sehat, kita pasti akan hidup sejahtera?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menjaga-kesehatan-mental-di-masa-new-normal" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> IMAN KRISTEN DAN DINAMIKA HIDUP ORANG PERCAYA 2023-10-26T19:45:24+07:00 2023-10-26T19:45:24+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/i-m-a-n-k-r-i-s-t-e-n-d-a-n-dinamika-hidup-o-r-a-n-g-p-e-r-c-aya Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Iman Kristen berpusat dalam Kristus merupakan anugerah Tuhan. Beriman kepada Kristus berarti seluruh kehidupan orang percaya berada dalam Kristus dan terus mengalami pertumbuhan semakin dewasa dalam Kristus. Iman Kristen tidak boleh berhenti dalam berbagai konteks hidup orang percaya yang terus berubah. Tetapi realitanya tidak selalu konteks hidup orang percaya berada dalam kondisi yang kondusif dalam pertumbuhan iman orang percaya. Orang percaya seringkali diperhadapkan dengan realita hidup yang sangat sulit bagi orang percaya untuk bertumbuh.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/i-m-a-n-k-r-i-s-t-e-n-d-a-n-dinamika-hidup-o-r-a-n-g-p-e-r-c-aya" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Iman Kristen berpusat dalam Kristus merupakan anugerah Tuhan. Beriman kepada Kristus berarti seluruh kehidupan orang percaya berada dalam Kristus dan terus mengalami pertumbuhan semakin dewasa dalam Kristus. Iman Kristen tidak boleh berhenti dalam berbagai konteks hidup orang percaya yang terus berubah. Tetapi realitanya tidak selalu konteks hidup orang percaya berada dalam kondisi yang kondusif dalam pertumbuhan iman orang percaya. Orang percaya seringkali diperhadapkan dengan realita hidup yang sangat sulit bagi orang percaya untuk bertumbuh.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/i-m-a-n-k-r-i-s-t-e-n-d-a-n-dinamika-hidup-o-r-a-n-g-p-e-r-c-aya" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> KAMU HARUS MEMBERI MEREKA MAKAN: ANTARA TUGAS DAN KASIH 2023-10-26T09:03:19+07:00 2023-10-26T09:03:19+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kamu-harus-memberi-mereka-makan-antara-tugas-dan-kasih Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Bagaimana kita dapat bertindak dengan memahami, bahwa keterbatasan kita akan digunakan oleh tangan-Nya yang tak terbatas?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kamu-harus-memberi-mereka-makan-antara-tugas-dan-kasih" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Bagaimana kita dapat bertindak dengan memahami, bahwa keterbatasan kita akan digunakan oleh tangan-Nya yang tak terbatas?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kamu-harus-memberi-mereka-makan-antara-tugas-dan-kasih" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Taat dan Bertanggung Jawab 2023-10-25T12:40:28+07:00 2023-10-25T12:40:28+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/taat-dan-bertanggung-jawab Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="290" height="174" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Pada mulanya manusia diciptakan dengan karakter yang baik (Kej 1:26-27), manusia diciptakan segambar dan serupa Allah, sehingga dapat dikatakan bahwa manusia merupakan citra Allah. Tetapi sejak manusia jatuh ke dalam dosa (Kejadian 3) maka rusaklah citra Allah dalam diri manusia.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/taat-dan-bertanggung-jawab" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="290" height="174" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Pada mulanya manusia diciptakan dengan karakter yang baik (Kej 1:26-27), manusia diciptakan segambar dan serupa Allah, sehingga dapat dikatakan bahwa manusia merupakan citra Allah. Tetapi sejak manusia jatuh ke dalam dosa (Kejadian 3) maka rusaklah citra Allah dalam diri manusia.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/taat-dan-bertanggung-jawab" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> MENELADANI YESUS 2023-10-25T12:27:37+07:00 2023-10-25T12:27:37+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/meneladani-yesus Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Meneladani Kristus berarti mengadopsi cara hidup Kristus dalam pimpinan Roh Kudus.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/meneladani-yesus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Meneladani Kristus berarti mengadopsi cara hidup Kristus dalam pimpinan Roh Kudus.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/meneladani-yesus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Didiklah Aku dalam Kasih 2023-10-15T18:35:24+07:00 2023-10-15T18:35:24+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/didiklah-aku-dalam-kasih Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Kolose 3:21 “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/didiklah-aku-dalam-kasih" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Kolose 3:21 “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/didiklah-aku-dalam-kasih" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Keputusan yang Memuliakan Tuhan 2023-10-13T14:39:35+07:00 2023-10-13T14:39:35+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/keputusan-yang-memuliakan-tuhan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti harus membuat keputusan, baik itu keputusan kecil atau besar. Dalam memimpin organisasi apa pun, seorang pemimpin tidak terlepas dari tugas utama yaitu membuat keputusan. Melalui pengambilan keputusan yang efektif, maka pemimpin dapat mewujudkan visi organisasi, dengan melaksanakan misi yang berpegang pada nilai-nilai bersama. Demikian pula dalam gereja, setiap keputusan yang dibuat dalam berbagai tingkatan, harus dapat membawa gereja semakin mencapai visi yang ditetapkan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/keputusan-yang-memuliakan-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti harus membuat keputusan, baik itu keputusan kecil atau besar. Dalam memimpin organisasi apa pun, seorang pemimpin tidak terlepas dari tugas utama yaitu membuat keputusan. Melalui pengambilan keputusan yang efektif, maka pemimpin dapat mewujudkan visi organisasi, dengan melaksanakan misi yang berpegang pada nilai-nilai bersama. Demikian pula dalam gereja, setiap keputusan yang dibuat dalam berbagai tingkatan, harus dapat membawa gereja semakin mencapai visi yang ditetapkan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/keputusan-yang-memuliakan-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> TETAP BAHAGIA DAN BERKARYA DI MASA PANDEMI 2023-10-13T13:22:11+07:00 2023-10-13T13:22:11+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/tetap-bahagia-dan-berkarya-di-masa-pandemi Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Masalah adalah kesenjangan antara “HARAPAN” dan “REALITA”. Ketika realita hidup berubah menjadi kurang menyenangkan, sementara harapan kita tetap tinggi seperti sebelum adanya pandemi COVID-19, maka kita akan mengalami tekanan/stres, karena masalah hidup menjadi besar. Oleh karena itu, ketika realita hidup berubah, maka harapan kita pun harus berubah. Sesuaikan harapan kita dengan realita yang ada, agar hidup tidak tertekan terus menerus.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam aspek ekonomi, jika dahulu harapan kita mendapatkan penghasilan 10 juta rupiah per bulan, maka dengan menurunnya kegiatan ekonomi, kita perlu menurunkan juga harapan tersebut menjadi 5 juta rupiah per bulan, misalnya.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam aspek pekerjaan, jika dahulu harapan kita bisa bekerja di kantor tanpa gangguan, maka saat ini kita perlu menurunkan harapan menjadi tetap bisa bekerja di rumah, walau dengan gangguan anak-anak, misalnya.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam aspek relasi sosial, jika dahulu harapannya adalah bisa berkumpul dengan teman-teman untuk makan bersama, maka saat ini kita perlu menurunkan harapan menjadi berkumpul dengan temanteman melalui <em>zoom meeting</em>, atau mengganti harapan menjadi lebih banyak berkumpul dengan keluarga serumah dan masak bersama keluarga, misalnya.</p> <p style="text-align: justify;">Itu hanyalah contoh-contoh bagaimana kita menjaga kehidupan kita agar bisa tetap bahagia, tidak banyak bermasalah akibat perubahan realita hidup yang kita alami. Silakan para pembaca membuat harapan-harapan baru atau target-target sendiri, yang lebih sesuai dengan realita kehidupan masing-masing. Ketika harapan kita bisa berubah menjadi lebih “dekat” dengan realita hidup, maka sudut pandang kita pun akan menjadi lebih positif. Kita akan menjadi lebih bahagia ketika dapat berpikir positif dan bersyukur atas realita hidup yang kita alami.</p> <p style="text-align: justify;">Energi positif dibutuhkan untuk bisa terus berkarya di tengah pandemi COVID-19. Ada yang berbagi atau menambah pengetahuan melalui webinar, ada yang mengasah keterampilan memasak, ada yang menemukan hobi baru dari berkebun, ada yang menemukan peluang bisnis baru, ada yang lebih rajin berolahraga, dsb. Silakan para pembaca pun mencari sendiri apa hal baru yang bisa dilakukan atau dipelajari di tengah pandemi COVID-19 ini.</p> <p style="text-align: justify;">Tahun yang baru, dimulai dari Januari 2021, merupakan waktu yang tepat untuk belajar “menikmati” kehidupan yang baru. Perbarui harapan, perbarui wawasan dan keterampilan, terus berkarya dan terus bersinar, agar talenta yang Tuhan berikan bisa berguna bagi sesama.</p> <p style="text-align: justify;">Bulan Februari, identik dengan bulan kasih sayang. Kita bisa menggunakan bulan ini untuk berbagi kasih dengan orang-orang di sekitar kita. Cara yang paling sederhana yaitu melalui energi positif yang kita wujudkan dalam perilaku sehari-hari, seperti cara berpikir yang optimis, tersenyum, tidak mengomel/mengeluh, memberi semangat pada orang-orang di sekitar kita, dsb.&nbsp;</p> <p style="text-align: justify;">Bagaimana dengan bulan Maret, April, dan seterusnya? Para pembaca bisa meneruskan sendiri dengan versi masing-masing. Yang pasti, masa pandemi bukanlah alasan untuk tidak merasa bahagia dan tidak berkarya. Tetaplah bersyukur dan bahagia atas anugerah Tuhan yang melimpah dalam hidup kita. Tidak berhenti sampai di situ, setelah bersyukur, lanjutkan dengan terus berkarya agar nama Tuhan pencipta kita terus dimuliakan. Sudut pandang yang salah seringkali membuat kita tidak bisa melihat kebaikan Tuhan. Karena itu, mari perbarui sudut pandang kita, penuhi diri dengan energi yang positif, agar hidup kita menjadi lebih bermakna</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Masalah adalah kesenjangan antara “HARAPAN” dan “REALITA”. Ketika realita hidup berubah menjadi kurang menyenangkan, sementara harapan kita tetap tinggi seperti sebelum adanya pandemi COVID-19, maka kita akan mengalami tekanan/stres, karena masalah hidup menjadi besar. Oleh karena itu, ketika realita hidup berubah, maka harapan kita pun harus berubah. Sesuaikan harapan kita dengan realita yang ada, agar hidup tidak tertekan terus menerus.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam aspek ekonomi, jika dahulu harapan kita mendapatkan penghasilan 10 juta rupiah per bulan, maka dengan menurunnya kegiatan ekonomi, kita perlu menurunkan juga harapan tersebut menjadi 5 juta rupiah per bulan, misalnya.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam aspek pekerjaan, jika dahulu harapan kita bisa bekerja di kantor tanpa gangguan, maka saat ini kita perlu menurunkan harapan menjadi tetap bisa bekerja di rumah, walau dengan gangguan anak-anak, misalnya.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam aspek relasi sosial, jika dahulu harapannya adalah bisa berkumpul dengan teman-teman untuk makan bersama, maka saat ini kita perlu menurunkan harapan menjadi berkumpul dengan temanteman melalui <em>zoom meeting</em>, atau mengganti harapan menjadi lebih banyak berkumpul dengan keluarga serumah dan masak bersama keluarga, misalnya.</p> <p style="text-align: justify;">Itu hanyalah contoh-contoh bagaimana kita menjaga kehidupan kita agar bisa tetap bahagia, tidak banyak bermasalah akibat perubahan realita hidup yang kita alami. Silakan para pembaca membuat harapan-harapan baru atau target-target sendiri, yang lebih sesuai dengan realita kehidupan masing-masing. Ketika harapan kita bisa berubah menjadi lebih “dekat” dengan realita hidup, maka sudut pandang kita pun akan menjadi lebih positif. Kita akan menjadi lebih bahagia ketika dapat berpikir positif dan bersyukur atas realita hidup yang kita alami.</p> <p style="text-align: justify;">Energi positif dibutuhkan untuk bisa terus berkarya di tengah pandemi COVID-19. Ada yang berbagi atau menambah pengetahuan melalui webinar, ada yang mengasah keterampilan memasak, ada yang menemukan hobi baru dari berkebun, ada yang menemukan peluang bisnis baru, ada yang lebih rajin berolahraga, dsb. Silakan para pembaca pun mencari sendiri apa hal baru yang bisa dilakukan atau dipelajari di tengah pandemi COVID-19 ini.</p> <p style="text-align: justify;">Tahun yang baru, dimulai dari Januari 2021, merupakan waktu yang tepat untuk belajar “menikmati” kehidupan yang baru. Perbarui harapan, perbarui wawasan dan keterampilan, terus berkarya dan terus bersinar, agar talenta yang Tuhan berikan bisa berguna bagi sesama.</p> <p style="text-align: justify;">Bulan Februari, identik dengan bulan kasih sayang. Kita bisa menggunakan bulan ini untuk berbagi kasih dengan orang-orang di sekitar kita. Cara yang paling sederhana yaitu melalui energi positif yang kita wujudkan dalam perilaku sehari-hari, seperti cara berpikir yang optimis, tersenyum, tidak mengomel/mengeluh, memberi semangat pada orang-orang di sekitar kita, dsb.&nbsp;</p> <p style="text-align: justify;">Bagaimana dengan bulan Maret, April, dan seterusnya? Para pembaca bisa meneruskan sendiri dengan versi masing-masing. Yang pasti, masa pandemi bukanlah alasan untuk tidak merasa bahagia dan tidak berkarya. Tetaplah bersyukur dan bahagia atas anugerah Tuhan yang melimpah dalam hidup kita. Tidak berhenti sampai di situ, setelah bersyukur, lanjutkan dengan terus berkarya agar nama Tuhan pencipta kita terus dimuliakan. Sudut pandang yang salah seringkali membuat kita tidak bisa melihat kebaikan Tuhan. Karena itu, mari perbarui sudut pandang kita, penuhi diri dengan energi yang positif, agar hidup kita menjadi lebih bermakna</p> PENGAJARAN ALKITAB TENTANG "KETEKUNAN ORANG-ORANG KUDUS" 2023-10-12T17:29:35+07:00 2023-10-12T17:29:35+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/x Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/x" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><strong>ABSTRAK</strong></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/x" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Pelatihan Editor Majalah Sepercik Anugerah 2023-10-11T16:04:19+07:00 2023-10-11T16:04:19+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pelatihan-editor-majalah-sepercik-anugerah Web Master webmaster@gkigadingserpong.org <p>Menjadi editor dibutuhkan ketelitian, silakan simak materi pelatihan&nbsp;editor&nbsp;ini</p> <p>{phocadownload view=file|id=100|text=Pelatihan Editor Majalah Sepercik Anugerah|target=s}</p> <p>Menjadi editor dibutuhkan ketelitian, silakan simak materi pelatihan&nbsp;editor&nbsp;ini</p> <p>{phocadownload view=file|id=100|text=Pelatihan Editor Majalah Sepercik Anugerah|target=s}</p> Sampai Titik Akhir! 2023-10-09T21:37:39+07:00 2023-10-09T21:37:39+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/sampai-titik-akhir Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Menunggu itu menyebalkan. Titik. Kadar kesebalan menunggu biasanya berkurang, jika dibarengi dua hal: Pertama, tahu kapan penantian itu berakhir, dan kedua, jika dalam masa penantian tersebut ada yang dikerjakan. Itu sebabnya banyak orang jengkel jika tidak ada penanda waktu di lampu lalu lintas, yang menunjukan lamanya waktu menunggu. Itu juga yang menyebabkan banyak orang segera sibuk dengan gawainya ketika menunggu, termasuk ketika menunggu kapan selesainya khotbah yang membosankan, <em>ups. </em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/sampai-titik-akhir" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Menunggu itu menyebalkan. Titik. Kadar kesebalan menunggu biasanya berkurang, jika dibarengi dua hal: Pertama, tahu kapan penantian itu berakhir, dan kedua, jika dalam masa penantian tersebut ada yang dikerjakan. Itu sebabnya banyak orang jengkel jika tidak ada penanda waktu di lampu lalu lintas, yang menunjukan lamanya waktu menunggu. Itu juga yang menyebabkan banyak orang segera sibuk dengan gawainya ketika menunggu, termasuk ketika menunggu kapan selesainya khotbah yang membosankan, <em>ups. </em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/sampai-titik-akhir" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> TUHAN ADALAH GEMBALAKU 2023-09-24T12:11:21+07:00 2023-09-24T12:11:21+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/tuuhan-adalah-gembalaku Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Serangkaian pengajaran disampaikan Yesus ketika Ia sedang berada di Yerusalem dalam rangka perayaan Hari Raya Pondok Daun (Yoh. 7:14 - 8:40). Dalam beberapa kali pertemuan, Yesus menyampaikan pengajaran-Nya. Yesus juga menyatakan tentang siapakah diri-Nya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/tuuhan-adalah-gembalaku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Serangkaian pengajaran disampaikan Yesus ketika Ia sedang berada di Yerusalem dalam rangka perayaan Hari Raya Pondok Daun (Yoh. 7:14 - 8:40). Dalam beberapa kali pertemuan, Yesus menyampaikan pengajaran-Nya. Yesus juga menyatakan tentang siapakah diri-Nya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/tuuhan-adalah-gembalaku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Dapatkah Kita Memahami Allah? 2023-09-24T11:58:48+07:00 2023-09-24T11:58:48+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/dapatkah-kita-memahami-allah Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Hidup ini penuh tantangan, termasuk pandemi Covid-19 yang berkepanjangan dan tantangan ini sering membuat kita lemah iman. Kenapa demikian? Kita merasa apa yang terjadi dan Tuhan ternyata tidak seperti yang kita harapkan. Manusia memiliki ekspektasi yang tidak jarang melampaui kemampuan dan kapasitasnya. Hal ini menjadi akar persoalannya. Berekspektasi boleh saja tetapi jangan lupa dengan keberadaan diri secara realistis. Tantangan hidup yang berat kerap membuat kita bertanya di manakah Allah dan kenapa Allah mengizinkan hal ini terjadi.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/dapatkah-kita-memahami-allah" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Hidup ini penuh tantangan, termasuk pandemi Covid-19 yang berkepanjangan dan tantangan ini sering membuat kita lemah iman. Kenapa demikian? Kita merasa apa yang terjadi dan Tuhan ternyata tidak seperti yang kita harapkan. Manusia memiliki ekspektasi yang tidak jarang melampaui kemampuan dan kapasitasnya. Hal ini menjadi akar persoalannya. Berekspektasi boleh saja tetapi jangan lupa dengan keberadaan diri secara realistis. Tantangan hidup yang berat kerap membuat kita bertanya di manakah Allah dan kenapa Allah mengizinkan hal ini terjadi.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/dapatkah-kita-memahami-allah" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Peraturan: Memasung atau Memerdekakan? 2023-09-21T13:35:09+07:00 2023-09-21T13:35:09+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/peraturan-memasung-atau-memerdekakan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Sering kali kita mendengar pertentangan atau konflik antara sesama pemimpin atau antara pemimpin dan bawahan. Hal yang demikian juga terjadi dalam kepemimpinan gereja. Masing-masing berdebat atau bertengkar, memperjuangkan terwujudnya kepentingan diri atau kelompoknya, tanpa mempedulikan kepentingan yang lebih luas.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/peraturan-memasung-atau-memerdekakan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Sering kali kita mendengar pertentangan atau konflik antara sesama pemimpin atau antara pemimpin dan bawahan. Hal yang demikian juga terjadi dalam kepemimpinan gereja. Masing-masing berdebat atau bertengkar, memperjuangkan terwujudnya kepentingan diri atau kelompoknya, tanpa mempedulikan kepentingan yang lebih luas.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/peraturan-memasung-atau-memerdekakan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Pemimpin yang Berkubang dalam Tradisi Warisan 2023-09-04T10:13:19+07:00 2023-09-04T10:13:19+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pemimpin-yang-berkubang-dalam-tradisi-warisan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Sebagaimana kita ketahui, model kepemimpinan yang ideal di dalam gereja adalah kepemimpinan–pelayan atau lebih populer disebut kepemimpinan yang melayani (<em>servant leadership</em>). Istilah ini dicetuskan oleh Robert Greenleaf dalam tulisan yang diterbitkan pada tahun 1970, berjudul “<em>The Servant as Leader</em>.” Robert Greenleaf mengatakan, bahwa pemimpin pelayan adalah “<em>servant first.</em>”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pemimpin-yang-berkubang-dalam-tradisi-warisan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Sebagaimana kita ketahui, model kepemimpinan yang ideal di dalam gereja adalah kepemimpinan–pelayan atau lebih populer disebut kepemimpinan yang melayani (<em>servant leadership</em>). Istilah ini dicetuskan oleh Robert Greenleaf dalam tulisan yang diterbitkan pada tahun 1970, berjudul “<em>The Servant as Leader</em>.” Robert Greenleaf mengatakan, bahwa pemimpin pelayan adalah “<em>servant first.</em>”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pemimpin-yang-berkubang-dalam-tradisi-warisan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Kerja Sebagai Panggilan Pelayanan Melayani di Tengah Lingkungan Kerja 2023-09-03T19:50:03+07:00 2023-09-03T19:50:03+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kerja-sebagai-panggilan-pelayanan-melayani-di-tengah-lingkungan-kerja Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="278" height="181" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Kerja dan pelayanan tidak jarang dipandang sebagai dua hal yang terpisah dan tak sejalan. Bagi sebagian orang, bekerja sebagai profesional di tempat kerja adalah hal yang terpisah dari urusan iman. Disadari atau tidak, kadang hidup yang kita bangun adalah hidup yang terkotak-kotak, ada pemisahan antara aspek ritual (hubungan dengan Tuhan) dan aspek sosial (hubungan dengan sesama), antara hubungan vertikal (dengan Tuhan) dan hubungan horizontal (dengan sekitar).</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kerja-sebagai-panggilan-pelayanan-melayani-di-tengah-lingkungan-kerja" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="278" height="181" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Kerja dan pelayanan tidak jarang dipandang sebagai dua hal yang terpisah dan tak sejalan. Bagi sebagian orang, bekerja sebagai profesional di tempat kerja adalah hal yang terpisah dari urusan iman. Disadari atau tidak, kadang hidup yang kita bangun adalah hidup yang terkotak-kotak, ada pemisahan antara aspek ritual (hubungan dengan Tuhan) dan aspek sosial (hubungan dengan sesama), antara hubungan vertikal (dengan Tuhan) dan hubungan horizontal (dengan sekitar).</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kerja-sebagai-panggilan-pelayanan-melayani-di-tengah-lingkungan-kerja" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> MELAYANI SEUMUR HIDUPKU 2023-08-31T14:21:19+07:00 2023-08-31T14:21:19+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/melayani-seumur-hidupku Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Melayani, melayani lebih sungguh</p> <p style="text-align: center;">Melayani, melayani lebih sungguh</p> <p style="text-align: center;">Tuhan lebih dulu melayani kepadaku</p> <p style="text-align: center;">Melayani, melayani lebih sungguh</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/melayani-seumur-hidupku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Melayani, melayani lebih sungguh</p> <p style="text-align: center;">Melayani, melayani lebih sungguh</p> <p style="text-align: center;">Tuhan lebih dulu melayani kepadaku</p> <p style="text-align: center;">Melayani, melayani lebih sungguh</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/melayani-seumur-hidupku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> KARAKTERISTIK SEORANG PELAYAN TUHAN 2023-08-30T12:13:00+07:00 2023-08-30T12:13:00+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/karakteristik-seorang-pelayan-tuhan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">&nbsp;Semua orang yang telah diselamatkan sudah seharusnya meresponi Tuhan dengan melayani. Tetapi untuk menjadi pelayan Tuhan tidak bisa sembarangan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/karakteristik-seorang-pelayan-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">&nbsp;Semua orang yang telah diselamatkan sudah seharusnya meresponi Tuhan dengan melayani. Tetapi untuk menjadi pelayan Tuhan tidak bisa sembarangan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/karakteristik-seorang-pelayan-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Melayani dengan Menjadi Pribadi yang Kreatif 2023-08-30T10:13:54+07:00 2023-08-30T10:13:54+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/melayani-dengan-menjadi-pribadi-yang-kreatif Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Kejadian 1:26-31 dan Amsal 8:11-12</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/melayani-dengan-menjadi-pribadi-yang-kreatif" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Kejadian 1:26-31 dan Amsal 8:11-12</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/melayani-dengan-menjadi-pribadi-yang-kreatif" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> SEHATI SEPIKIR MELAYANI 2023-08-28T13:46:03+07:00 2023-08-28T13:46:03+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/sehati-sepikir-melayani Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Martin Luther King pernah mengatakan, “Semua orang bisa menjadi orang hebat karena semua orang bisa melayani. Anda tidak memerlukan ijazah perguruan tinggi untuk dapat melayani. Anda tidak perlu menimbang-nimbang dan memutuskan untuk melayani. Yang Anda butuhkan hanya hati yang penuh belas kasihan, jiwa yang digerakkan oleh kasih.” Saya sangat sependapat dengan hal ini.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/sehati-sepikir-melayani" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Martin Luther King pernah mengatakan, “Semua orang bisa menjadi orang hebat karena semua orang bisa melayani. Anda tidak memerlukan ijazah perguruan tinggi untuk dapat melayani. Anda tidak perlu menimbang-nimbang dan memutuskan untuk melayani. Yang Anda butuhkan hanya hati yang penuh belas kasihan, jiwa yang digerakkan oleh kasih.” Saya sangat sependapat dengan hal ini.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/sehati-sepikir-melayani" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Sine Cera 2023-08-21T15:06:34+07:00 2023-08-21T15:06:34+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/sine-cera Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>Sine cera adalah kata dalam bahasa Latin yang berarti “tanpa lilin.” </em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/sine-cera" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>Sine cera adalah kata dalam bahasa Latin yang berarti “tanpa lilin.” </em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/sine-cera" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> BUAH ROH KUDUS 2023-08-21T14:56:02+07:00 2023-08-21T14:56:02+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/buah-roh-kudus Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p>Roh Kudus memiliki peranan yang penting dalam hidup setiap orang percaya. Ia melahirbarukan seseorang, agar bisa melihat dan masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yoh 3:3,5). Ia bekerja di dalam diri seseorang, sehingga dapat insaf akan dosanya, bertobat, dan percaya kepada Tuhan Yesus (Yoh 16:7-8). Ia menolong orang yang percaya untuk dapat mengerti kebenaran, hidup dalam kebenaran dan meneruskan kebenaran (Yoh 16:13-15). Ia memberikan rupa-rupa karunia rohani bagi masing-masing orang percaya untuk melayani (Rm 12:6-8; 1 Kor 12:4-11), dan memberikan kuasa kepada mereka untuk bersaksi (Kis 1:8). Selain itu, ada satu hal yang perlu kita perhatikan, bahwa Ia juga memimpin orang-orang percaya untuk menghasilkan buah Roh (Gal 5:22-23).</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/buah-roh-kudus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p>Roh Kudus memiliki peranan yang penting dalam hidup setiap orang percaya. Ia melahirbarukan seseorang, agar bisa melihat dan masuk ke dalam Kerajaan Allah (Yoh 3:3,5). Ia bekerja di dalam diri seseorang, sehingga dapat insaf akan dosanya, bertobat, dan percaya kepada Tuhan Yesus (Yoh 16:7-8). Ia menolong orang yang percaya untuk dapat mengerti kebenaran, hidup dalam kebenaran dan meneruskan kebenaran (Yoh 16:13-15). Ia memberikan rupa-rupa karunia rohani bagi masing-masing orang percaya untuk melayani (Rm 12:6-8; 1 Kor 12:4-11), dan memberikan kuasa kepada mereka untuk bersaksi (Kis 1:8). Selain itu, ada satu hal yang perlu kita perhatikan, bahwa Ia juga memimpin orang-orang percaya untuk menghasilkan buah Roh (Gal 5:22-23).</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/buah-roh-kudus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Contra Mundum 2023-08-20T19:18:07+07:00 2023-08-20T19:18:07+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/contra-mundum Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>Contra mundum mungkin masih asing bagi banyak pembaca. Tapi itulah yang Tuhan kehendaki bagi orang-orang percaya di tengah dunia yang dikuasai dosa dan pemberontakan terhadap Allah.</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/contra-mundum" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>Contra mundum mungkin masih asing bagi banyak pembaca. Tapi itulah yang Tuhan kehendaki bagi orang-orang percaya di tengah dunia yang dikuasai dosa dan pemberontakan terhadap Allah.</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/contra-mundum" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> BERAKAR DALAM KRISTUS 2023-08-20T18:07:53+07:00 2023-08-20T18:07:53+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/berakar-dalam-kristus Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Tetapi untuk mewujudkan semuanya itu penuh tantangan dan pegumulan. Sebagai gereja kita memikirkan dan mendampingi pemuda pemudi menapak masa muda dan masa depan yang penuh makna dan arti.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/berakar-dalam-kristus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Tetapi untuk mewujudkan semuanya itu penuh tantangan dan pegumulan. Sebagai gereja kita memikirkan dan mendampingi pemuda pemudi menapak masa muda dan masa depan yang penuh makna dan arti.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/berakar-dalam-kristus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Mempersembahkan yang Terbaik 2023-08-18T11:59:43+07:00 2023-08-18T11:59:43+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mempersembahkan-yang-terbaik Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">S elamat hari Natal! Semoga hari Natal tahun ini menjadi Natal yang sangat bermakna bagi Saudara sekalian.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mempersembahkan-yang-terbaik" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">S elamat hari Natal! Semoga hari Natal tahun ini menjadi Natal yang sangat bermakna bagi Saudara sekalian.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mempersembahkan-yang-terbaik" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Amanat Agung 2023-08-17T12:22:15+07:00 2023-08-17T12:22:15+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/amanat-agung Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>“…pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” -- Matius 28:19-20</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/amanat-agung" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>“…pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu.” -- Matius 28:19-20</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/amanat-agung" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> MENELADAN PADA SANG GURU 2023-08-17T11:40:33+07:00 2023-08-17T11:40:33+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/meneladan-pada-sang-guru Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Membahas tema tentang “Meneladan pada Sang Guru” mengingatkan saya pada buku karangan Banawiratma, yaitu “Yesus Sang Guru”. Pekerjaan Yesus sebagai guru selalu memperhatikan dan menjaga kehidupan dalam kebersamaan atau persekutuan. Yesus, Sang Guru, adalah Yesus yang penuh dengan pengetahuan, hikmat, dan kharisma, atau memiliki kehidupan spiritual yang baik. Yesus sebagai Sang Guru menuntut kesetiaan, kerendahan hati, iman, dan percaya, bahkan ketaatan sampai akhir, dalam mengikuti perintah dan keteladananNya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/meneladan-pada-sang-guru" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Membahas tema tentang “Meneladan pada Sang Guru” mengingatkan saya pada buku karangan Banawiratma, yaitu “Yesus Sang Guru”. Pekerjaan Yesus sebagai guru selalu memperhatikan dan menjaga kehidupan dalam kebersamaan atau persekutuan. Yesus, Sang Guru, adalah Yesus yang penuh dengan pengetahuan, hikmat, dan kharisma, atau memiliki kehidupan spiritual yang baik. Yesus sebagai Sang Guru menuntut kesetiaan, kerendahan hati, iman, dan percaya, bahkan ketaatan sampai akhir, dalam mengikuti perintah dan keteladananNya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/meneladan-pada-sang-guru" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> DIPANGGIL MENJADI MURID 2023-08-15T13:20:28+07:00 2023-08-15T13:20:28+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/dipanggil-menjadi-murid Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Kehidupan kekristenan menuntut setiap orang percaya bukan hanya menjadi Kristen tetapi menjadi murid Yesus. Apa artinya menjadi murid? Murid adalah orang yang berguru kepada Yesus. Dalam Matius 10:24-25 dikatakan bahwa, “Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, atau seorang hamba daripada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/dipanggil-menjadi-murid" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Kehidupan kekristenan menuntut setiap orang percaya bukan hanya menjadi Kristen tetapi menjadi murid Yesus. Apa artinya menjadi murid? Murid adalah orang yang berguru kepada Yesus. Dalam Matius 10:24-25 dikatakan bahwa, “Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, atau seorang hamba daripada tuannya. Cukuplah bagi seorang murid jika ia menjadi sama seperti gurunya dan bagi seorang hamba jika ia menjadi sama seperti tuannya”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/dipanggil-menjadi-murid" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Murid Kristus : Pribadi yang Aktif 2023-08-15T13:06:15+07:00 2023-08-15T13:06:15+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/murid-kristus-pribadi-yang-aktif Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Secara umum ada yang melihat bahwa ada tiga golongan orang Kristen:</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/murid-kristus-pribadi-yang-aktif" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Secara umum ada yang melihat bahwa ada tiga golongan orang Kristen:</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/murid-kristus-pribadi-yang-aktif" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Menyikapi Keberagaman 2023-08-15T12:17:37+07:00 2023-08-15T12:17:37+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menyikapi-keberagaman Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="275" height="183" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;"><em>Gereja sebagai tubuh Kristus harus pertama-tama menyadari bahwa ada keberagaman di dalam gereja. Setelah menyadarinya, maka gereja menghargai adanya perbedaan- perbedaan.</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menyikapi-keberagaman" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="275" height="183" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;"><em>Gereja sebagai tubuh Kristus harus pertama-tama menyadari bahwa ada keberagaman di dalam gereja. Setelah menyadarinya, maka gereja menghargai adanya perbedaan- perbedaan.</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menyikapi-keberagaman" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Berkenalan Lebih Jauh Dengan ADLC Narasumber: Pdt Santoni Ong dan Pnt. Musa Tarigan 2023-08-13T12:09:45+07:00 2023-08-13T12:09:45+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/berkenalan-lebih-jauh-dengan-adlc-narasumber-pdt-santoni-ong-dan-pnt-musa-tarigan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/Picture1.png" alt="" width="1027" height="375" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Mungkin nama ADLC masih terdengar asing bagi banyak orang. Apa itu ADLC? ADLC adalah singkatan dari Anugerah <em>Discipleship Learning Center</em>. Sederhananya, ADLC memiliki tugas utama merancang seluruh pembinaan yang dilakukan di GKI Gading Serpong. Berbagai program pembinaan yang dipersiapkan oleh ADLC akan membawa jemaat berakar dan bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus sesuai dengan ajaran Alkitab. Kepengurusan ADLC terdiri dari beberapa orang dan selalu dipimpin oleh salah seorang pendeta GKI Gading Serpong.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/berkenalan-lebih-jauh-dengan-adlc-narasumber-pdt-santoni-ong-dan-pnt-musa-tarigan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/Picture1.png" alt="" width="1027" height="375" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Mungkin nama ADLC masih terdengar asing bagi banyak orang. Apa itu ADLC? ADLC adalah singkatan dari Anugerah <em>Discipleship Learning Center</em>. Sederhananya, ADLC memiliki tugas utama merancang seluruh pembinaan yang dilakukan di GKI Gading Serpong. Berbagai program pembinaan yang dipersiapkan oleh ADLC akan membawa jemaat berakar dan bertumbuh di dalam pengenalan akan Kristus sesuai dengan ajaran Alkitab. Kepengurusan ADLC terdiri dari beberapa orang dan selalu dipimpin oleh salah seorang pendeta GKI Gading Serpong.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/berkenalan-lebih-jauh-dengan-adlc-narasumber-pdt-santoni-ong-dan-pnt-musa-tarigan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Seri Bina Prapentakosta DOA MUSA Oleh Pdt. Dr. Andreas Loanka, S.Th., M. Div. | 23 Mei 2020 2023-08-13T11:58:57+07:00 2023-08-13T11:58:57+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/seri-bina-prapentakosta-doa-musa-oleh-pdt-dr-andreas-loanka-s-th-m-div-23-mei-2020 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Musa adalah seorang pemimpin yang gemar berdoa, ada beberapa doa Musa yang dicatat dalam Alkitab, baik itu dalam 5 kitab yang ditulis Musa, maupun dalam kitab Mazmur. <strong>Mazmur 90 : 1-17</strong> adalah salah satu doa Musa. Ada 4 hal yang dapat dipelajari tentang doa Musa.</p> <p style="text-align: justify;">1. Musa memulai doanya dengan memuliakan Tuhan. Pada ayat 1-2, Musa mengatakan: “Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun. Sebab gununggunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selamalamanya Engkaulah Allah.” Musa menyadari Tuhanlah tempat perlindungan generasi yang datang dan pergi, Tuhan memperhatikan anak-anak-Nya, dia percaya Tuhan itu kekal dan peduli. Allah sudah ada sebelum dunia diciptakan dan Dia adalah Allah untuk selama-lamanya. Dia selalu ada di mana kita memohon kepada-Nya, ketika kita mencari wajah-Nya.</p> <p style="text-align: justify;">2. Musa menyadari kefanaan manusia, bisa kita lihat dari ayat 3-4: “Engkau mengembalikan manusia kepada debu.” Musa menyadari bahwa hidup manusia itu temporal, suatu saat kita akan mati. Hidup manusia itu fana, tidak ada yang dapat kita banggakan di hadapan Tuhan. Hidup kita singkat, segala sesuatu ada waktunya, jadi jangan bangga. Mungkin saat ini kita diberikan kelebihan, kepintaran, jabatan yang tinggi, kekayaan yang berlimpah, jangan kita sombongkan pada orang lain karena kita tahu, itu sama seperti rumput, seperti mimpi yang dapat segera berlalu.</p> <p style="text-align: justify;">3. Musa mengakui keberdosaan manusia, bisa kita pelajari dari ayat 7-8. Musa menyadari Tuhan murka terhadap manusia berdosa. Musa menyadari keberdosaannya di hadapan Tuhan, dan memohon ampunan. Oleh sebab itu kita harus mengaku dosa. Kita bersyukur sudah diselamatkan dan ditebus oleh Tuhan Yesus. Kita patut bersyukur pada Tuhan untuk semua kemurahan-Nya yang begitu besar bagi kita. Makin banyak berkat padamu, semakin banyak dituntut padamu. Semakin orang memiliki kedudukan di gereja, mungkin sebagai penatua, pengurus komisi, guru sekolah minggu, ataupun pendeta, harus semakin waspada, sebab kesalahan para pelayanan gereja bisa menjadi batu sandungan bagi jemaat. Dan semakin tinggi kedudukan semakin banyak tuntutan Tuhan pada kita. Hal seperti itu dialami oleh Musa. Pada Bilangan 20, diceritakan ketika mereka kehabisan air, Tuhan murka kepada Musa, karena Musa memukul batu dua kali, padahal Tuhan memberi perintah hanya satu kali saja. Tuhan berfirman pada Musa, “Katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya.” Tapi apa yang dikatakan Musa? “Dengarlah kepadaku, hai orangorang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?” Di sinilah masalahnya, Musa mencuri kemuliaan Allah. Seolah-olah dia bisa melakukannya, padahal itu pekerjaan Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">4. Musa menaikkan permohonannya pada Tuhan, Musa memohon hikmat pada Tuhan, dia minta Tuhan mengajarnya menghitung hari-hari dengan sedemikian sehingga memperoleh hati yang bijaksana. Dan dia memohon pertolongan Tuhan agar dia dapat melihat perbuatan Tuhan dan memuliakan Tuhan. Memohon agar Tuhan meneguhkan dia untuk hidup dan berkarya bagi Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">Biarlah Tuhan menolong kita agar dapat belajar dari Musa yang memulai doanya dengan memuliakan Tuhan. Dalam berdoa Musa menyadari kefanaan dirinya, dan mengakui akan keberdosaanya. Dengan menyadari kemuliaan Tuhan serta kekurangannya, dia mengajukan permohonan pada Tuhan agar memperoleh hati yang bijaksana, mengalami kasih Tuhan, melihat perbuatan Tuhan, serta diteguhkan untuk hidup berkarya bagi Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">Biarlah Tuhan tolong kita agar dapat berdoa dengan baik, dengan belajar dari Musa. Amin</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Musa adalah seorang pemimpin yang gemar berdoa, ada beberapa doa Musa yang dicatat dalam Alkitab, baik itu dalam 5 kitab yang ditulis Musa, maupun dalam kitab Mazmur. <strong>Mazmur 90 : 1-17</strong> adalah salah satu doa Musa. Ada 4 hal yang dapat dipelajari tentang doa Musa.</p> <p style="text-align: justify;">1. Musa memulai doanya dengan memuliakan Tuhan. Pada ayat 1-2, Musa mengatakan: “Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun-temurun. Sebab gununggunung dilahirkan, dan bumi dan dunia diperanakkan, bahkan dari selama-lamanya sampai selamalamanya Engkaulah Allah.” Musa menyadari Tuhanlah tempat perlindungan generasi yang datang dan pergi, Tuhan memperhatikan anak-anak-Nya, dia percaya Tuhan itu kekal dan peduli. Allah sudah ada sebelum dunia diciptakan dan Dia adalah Allah untuk selama-lamanya. Dia selalu ada di mana kita memohon kepada-Nya, ketika kita mencari wajah-Nya.</p> <p style="text-align: justify;">2. Musa menyadari kefanaan manusia, bisa kita lihat dari ayat 3-4: “Engkau mengembalikan manusia kepada debu.” Musa menyadari bahwa hidup manusia itu temporal, suatu saat kita akan mati. Hidup manusia itu fana, tidak ada yang dapat kita banggakan di hadapan Tuhan. Hidup kita singkat, segala sesuatu ada waktunya, jadi jangan bangga. Mungkin saat ini kita diberikan kelebihan, kepintaran, jabatan yang tinggi, kekayaan yang berlimpah, jangan kita sombongkan pada orang lain karena kita tahu, itu sama seperti rumput, seperti mimpi yang dapat segera berlalu.</p> <p style="text-align: justify;">3. Musa mengakui keberdosaan manusia, bisa kita pelajari dari ayat 7-8. Musa menyadari Tuhan murka terhadap manusia berdosa. Musa menyadari keberdosaannya di hadapan Tuhan, dan memohon ampunan. Oleh sebab itu kita harus mengaku dosa. Kita bersyukur sudah diselamatkan dan ditebus oleh Tuhan Yesus. Kita patut bersyukur pada Tuhan untuk semua kemurahan-Nya yang begitu besar bagi kita. Makin banyak berkat padamu, semakin banyak dituntut padamu. Semakin orang memiliki kedudukan di gereja, mungkin sebagai penatua, pengurus komisi, guru sekolah minggu, ataupun pendeta, harus semakin waspada, sebab kesalahan para pelayanan gereja bisa menjadi batu sandungan bagi jemaat. Dan semakin tinggi kedudukan semakin banyak tuntutan Tuhan pada kita. Hal seperti itu dialami oleh Musa. Pada Bilangan 20, diceritakan ketika mereka kehabisan air, Tuhan murka kepada Musa, karena Musa memukul batu dua kali, padahal Tuhan memberi perintah hanya satu kali saja. Tuhan berfirman pada Musa, “Katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya.” Tapi apa yang dikatakan Musa? “Dengarlah kepadaku, hai orangorang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini?” Di sinilah masalahnya, Musa mencuri kemuliaan Allah. Seolah-olah dia bisa melakukannya, padahal itu pekerjaan Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">4. Musa menaikkan permohonannya pada Tuhan, Musa memohon hikmat pada Tuhan, dia minta Tuhan mengajarnya menghitung hari-hari dengan sedemikian sehingga memperoleh hati yang bijaksana. Dan dia memohon pertolongan Tuhan agar dia dapat melihat perbuatan Tuhan dan memuliakan Tuhan. Memohon agar Tuhan meneguhkan dia untuk hidup dan berkarya bagi Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">Biarlah Tuhan menolong kita agar dapat belajar dari Musa yang memulai doanya dengan memuliakan Tuhan. Dalam berdoa Musa menyadari kefanaan dirinya, dan mengakui akan keberdosaanya. Dengan menyadari kemuliaan Tuhan serta kekurangannya, dia mengajukan permohonan pada Tuhan agar memperoleh hati yang bijaksana, mengalami kasih Tuhan, melihat perbuatan Tuhan, serta diteguhkan untuk hidup berkarya bagi Tuhan.</p> <p style="text-align: justify;">Biarlah Tuhan tolong kita agar dapat berdoa dengan baik, dengan belajar dari Musa. Amin</p> Mereka yang Menantikan Tuhan Memperoleh Kekuatan Baru 2023-08-09T21:29:00+07:00 2023-08-09T21:29:00+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mereka-yang-menantikan-tuhan-memperoleh-kekuatan-baru Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dalam Yesaya 40, bangsa Israel menghadapi masalah, kesulitan yang berat. Bagaimana situasi orang Israel di tengah pembuangan? Kondisi bangsa Israel di tanah pembuangan di Babel sangat berat secara rohani, walaupun secara ekonomis tidak terlalu terasa. Kehidupan mereka seperti tanpa pengharapan dan masa depan lagi. Kehidupan mereka benar-benar terkikis habis, tidak ada lagi yang bisa dibanggakan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mereka-yang-menantikan-tuhan-memperoleh-kekuatan-baru" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dalam Yesaya 40, bangsa Israel menghadapi masalah, kesulitan yang berat. Bagaimana situasi orang Israel di tengah pembuangan? Kondisi bangsa Israel di tanah pembuangan di Babel sangat berat secara rohani, walaupun secara ekonomis tidak terlalu terasa. Kehidupan mereka seperti tanpa pengharapan dan masa depan lagi. Kehidupan mereka benar-benar terkikis habis, tidak ada lagi yang bisa dibanggakan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mereka-yang-menantikan-tuhan-memperoleh-kekuatan-baru" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Masa Tua Tetap Menjadi Teladan 2023-08-09T21:06:33+07:00 2023-08-09T21:06:33+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/masa-tua-tetap-menjadi-teladan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><strong>1. Pendahuluan</strong></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/masa-tua-tetap-menjadi-teladan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><strong>1. Pendahuluan</strong></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/masa-tua-tetap-menjadi-teladan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Bermegah dalam Kelemahan 2023-08-09T20:54:54+07:00 2023-08-09T20:54:54+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/bermegah-dalam-kelemahan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">“Aku bermegah atas kelemahanku,” kata rasul Paulus. Perkataan itu sangat menarik! Biasanya orang bermegah atas kekuatan, kecantikan, kepandaian, kekayaan, kedudukan, ataupun ketenarannya, tetapi rasul Paulus justru bermegah atas kelemahannya. <em>Lho,</em> kok bisa begitu?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/bermegah-dalam-kelemahan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">“Aku bermegah atas kelemahanku,” kata rasul Paulus. Perkataan itu sangat menarik! Biasanya orang bermegah atas kekuatan, kecantikan, kepandaian, kekayaan, kedudukan, ataupun ketenarannya, tetapi rasul Paulus justru bermegah atas kelemahannya. <em>Lho,</em> kok bisa begitu?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/bermegah-dalam-kelemahan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> GEMBALA YANG BAIK 2023-08-08T21:29:06+07:00 2023-08-08T21:29:06+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gembala-yang-baik Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Pandemi Corona (COVID-19) menimbulkan dampak bagi kita semua, baik secara pribadi, keluarga, gereja, maupun masyarakat. Keadaan saat ini tidak pernah terpikirkan sedikit pun dalam benak kita, manusia. Dunia hubungan sosial menjadi sempit, karena kita dilarang berkumpul, kegiatan ibadah keagamaan ditangguhkan, keramaian pesta-pesta dibatasi, dan rapat-rapat dilakukan melalui komunikasi <em>Zoom.</em> Ekonomi sangat terpukul. Ada banyak usaha dan pekerjaan yang mengalami gangguan, terancam bangkrut, dan harus melakukan pemutusan hubungan kerja; ditambah pasar global pun terpukul. Tanpa disadari, kita merasa cemas, takut, kesepian, dan tidak berdaya, seperti sedang melewati dan berada di lembah yang paling gelap.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gembala-yang-baik" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Pandemi Corona (COVID-19) menimbulkan dampak bagi kita semua, baik secara pribadi, keluarga, gereja, maupun masyarakat. Keadaan saat ini tidak pernah terpikirkan sedikit pun dalam benak kita, manusia. Dunia hubungan sosial menjadi sempit, karena kita dilarang berkumpul, kegiatan ibadah keagamaan ditangguhkan, keramaian pesta-pesta dibatasi, dan rapat-rapat dilakukan melalui komunikasi <em>Zoom.</em> Ekonomi sangat terpukul. Ada banyak usaha dan pekerjaan yang mengalami gangguan, terancam bangkrut, dan harus melakukan pemutusan hubungan kerja; ditambah pasar global pun terpukul. Tanpa disadari, kita merasa cemas, takut, kesepian, dan tidak berdaya, seperti sedang melewati dan berada di lembah yang paling gelap.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/gembala-yang-baik" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Joker, Sulli, & Ps. Jarrid Wilson 2023-08-07T23:44:32+07:00 2023-08-07T23:44:32+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/joker-sulli-ps-jarrid-wilson Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Beberapa waktu ini dunia dikejutkan dengan beberapa kisah yang menyayat hati. Kisah dimulai dari seorang <em>pastor</em> dan sekaligus<em> Mental Health Advocate</em>, Ps. Jarrid Wilson yang ditemukan meninggal dunia karena bunuh diri. Dia seorang pendeta muda, masih berumur 30 tahun, melayani orang-orang yang mengalami depresi, namun ternyata dirinya juga menderita depresi. Tak tahan dengan beban yang begitu berat, dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Kisah selanjutnya hadir dari sebuah film yang berusaha menggali satu tokoh ternama dari dunia <em>superhero,</em> Joker.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/joker-sulli-ps-jarrid-wilson" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Beberapa waktu ini dunia dikejutkan dengan beberapa kisah yang menyayat hati. Kisah dimulai dari seorang <em>pastor</em> dan sekaligus<em> Mental Health Advocate</em>, Ps. Jarrid Wilson yang ditemukan meninggal dunia karena bunuh diri. Dia seorang pendeta muda, masih berumur 30 tahun, melayani orang-orang yang mengalami depresi, namun ternyata dirinya juga menderita depresi. Tak tahan dengan beban yang begitu berat, dia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Kisah selanjutnya hadir dari sebuah film yang berusaha menggali satu tokoh ternama dari dunia <em>superhero,</em> Joker.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/joker-sulli-ps-jarrid-wilson" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Seri Bina Prapentakosta Oleh Hebron Winter Pemasela, S.Th. | 26 Mei 2020 DOA YESUS 2023-08-07T23:19:29+07:00 2023-08-07T23:19:29+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/seri-bina-prapentakosta-oleh-hebron-winter-pemasela-s-th-26-mei-2020-doa-yesus Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><strong>(Yohanes 17) </strong></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/seri-bina-prapentakosta-oleh-hebron-winter-pemasela-s-th-26-mei-2020-doa-yesus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><strong>(Yohanes 17) </strong></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/seri-bina-prapentakosta-oleh-hebron-winter-pemasela-s-th-26-mei-2020-doa-yesus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> PEMURIDAN: BUKAN PROGRAM, MELAINKAN GAYA HIDUP 2023-08-07T22:52:00+07:00 2023-08-07T22:52:00+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pemuridan-bukan-program-melainkan-gaya-hidup Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Banyak orang salah memahami tentang pemuridan. Ketika mendengar kata tersebut, sering kali hal itu dianggap sebagai produk asing dari gereja lain. Sering pula dianggap, bahwa pemuridan itu hanyalah sebuah program yang perlu dijalani. Ketika program itu dijalani, pada awalnya begitu banyak orang yang antusias mengikuti. Namun ketika bahan pembelajaran sudah habis, atau ketika program selesai, maka banyak juga yang berhenti melakukan pemuridan. Banyak orang gagal berfokus pada pemuridan. Mereka kehilangan esensi yang utama dari pemuridan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pemuridan-bukan-program-melainkan-gaya-hidup" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Banyak orang salah memahami tentang pemuridan. Ketika mendengar kata tersebut, sering kali hal itu dianggap sebagai produk asing dari gereja lain. Sering pula dianggap, bahwa pemuridan itu hanyalah sebuah program yang perlu dijalani. Ketika program itu dijalani, pada awalnya begitu banyak orang yang antusias mengikuti. Namun ketika bahan pembelajaran sudah habis, atau ketika program selesai, maka banyak juga yang berhenti melakukan pemuridan. Banyak orang gagal berfokus pada pemuridan. Mereka kehilangan esensi yang utama dari pemuridan.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pemuridan-bukan-program-melainkan-gaya-hidup" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> KASIH: Berbagi untuk Dunia 2023-08-02T21:17:25+07:00 2023-08-02T21:17:25+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kasih-berbagi-untuk-dunia Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Banyak orang berspekulasi jika tahun 2022 akan berubah menjadi tahun yang lebih baik, sementara yang lain tidak. Beberapa merasa tahun 2022 masih dalam kegelapan. Tetapi kita memiliki pengharapan, “berharap yang terbaik tetapi bersiaplah untuk yang terburuk.” Jika Anda bertanya kepada saya, saya tidak tahu apa-apa, tetapi tetap berharap. Apa alasannya? karena Covid-19 memang telah mengubah dunia kita, tetapi tidak dapat mengubah Tuhan kita.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kasih-berbagi-untuk-dunia" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Banyak orang berspekulasi jika tahun 2022 akan berubah menjadi tahun yang lebih baik, sementara yang lain tidak. Beberapa merasa tahun 2022 masih dalam kegelapan. Tetapi kita memiliki pengharapan, “berharap yang terbaik tetapi bersiaplah untuk yang terburuk.” Jika Anda bertanya kepada saya, saya tidak tahu apa-apa, tetapi tetap berharap. Apa alasannya? karena Covid-19 memang telah mengubah dunia kita, tetapi tidak dapat mengubah Tuhan kita.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kasih-berbagi-untuk-dunia" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> MENANTI-NANTIKAN TUHAN 2023-08-01T21:36:03+07:00 2023-08-01T21:36:03+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menanti-nantikan-tuhan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Manusia bisa lemah, lelah, dan jatuh. Pada saat menjalani lika-liku kehidupan yang penuh tantangan, sakit-penyakit, kesulitan dan penderitaan, orang bisa mengalami kelelahan, merasa tiada berdaya, bahkan jatuh ke dalam keputus-asaan. Demikian pula, pada saat menjalani kehidupan yang lancar, sukses dan berkelimpahan, orang juga bisa menjadi lupa diri, lemah dan jatuh.</p> <p style="text-align: justify;">Kita lemah jika berjalan dan mengandalkan kekuatan sendiri. Tetapi ingatlah, bahwa tangan Tuhan selalu terbuka bagi kita. Firman Tuhan menyatakan, bahwa “orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru” (Yes. 40:31a).</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menanti-nantikan-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Manusia bisa lemah, lelah, dan jatuh. Pada saat menjalani lika-liku kehidupan yang penuh tantangan, sakit-penyakit, kesulitan dan penderitaan, orang bisa mengalami kelelahan, merasa tiada berdaya, bahkan jatuh ke dalam keputus-asaan. Demikian pula, pada saat menjalani kehidupan yang lancar, sukses dan berkelimpahan, orang juga bisa menjadi lupa diri, lemah dan jatuh.</p> <p style="text-align: justify;">Kita lemah jika berjalan dan mengandalkan kekuatan sendiri. Tetapi ingatlah, bahwa tangan Tuhan selalu terbuka bagi kita. Firman Tuhan menyatakan, bahwa “orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru” (Yes. 40:31a).</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/menanti-nantikan-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Kehidupan Murid Kristus yang Menjadi Berkat 2023-08-01T21:20:57+07:00 2023-08-01T21:20:57+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kehidupan-murid-kristus-yang-menjadi-berkat Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Murid-murid Kristus sudah menerima berkat Allah yang berlimpah. Mereka telah diberkati dengan kasih, pemeliharaan, penyertaan, perlindungan, dan pembelaanNya (Mzm 23:1-6). Berkat terbesar yang mereka terima dari Allah adalah ketika Ia mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal untuk menyatakan kasih-Nya dan memberikan hidup yang kekal kepada mereka yang percaya (Yoh 3:16). Murid-murid Kristus, yang telah menerima berkat berlimpah dari Allah, dikehendakiNya untuk menjadi berkat bagi sesama. Ia berfirman kepada Abraham, “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat” (Kej 12:2). Demikian pula firman-Nya kepada murid-muridNya: “Kamu adalah terang dunia… hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:14-16). Sama seperti Abraham diberkati untuk menjadi berkat, demikian juga murid-murid Kristus diberkati untuk menjadi berkat bagi sesamanya.</p> <p style="text-align: justify;">Bagaimana cara murid-murid Kristus menjadi berkat? Berdasarkan firman Tuhan dalam Surat Kolose 3:1-4:6, penulis mengajak pembaca untuk mempelajari empat hal yang dapat dilakukan oleh murid-murid Kristus untuk menjadi berkat:</p> <p style="text-align: justify;"><strong>1. Menjadi berkat melalui kehidupan pribadi yang diperbarui (Kol 3:1-17). </strong></p> <p style="text-align: justify;">Murid-murid Kristus dapat menjadi berkat melalui kehidupan pribadi yang diperbarui di dalam Kristus. Mereka yang ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Kor 5:17). Pembaruan itu hendaklah dinyatakan di dalam seluruh aspek kehidupan mereka.</p> <p style="text-align: justify;">Pertama, pembaruan hati dan pikiran (Kol 3:1-4). Pembaruan itu membuat hati mereka berpusat pada Kristus dan pikiran mereka tertuju pada-Nya. Sebagai orang yang telah mati dan bangkit bersama dengan Kristus, mereka “mencari perkara yang di atas, di mana Kristus ada” (Kol 3:1) serta “memikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi” (Kol 3:2). Hati dan pikiran mereka bukan lagi tertuju kepada kepentingan diri sendiri, melainkan terarah untuk memuliakan Allah dan menjadi saluran berkat bagi sesama.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Murid-murid Kristus diberkati untuk menjadi berkat</em></p> <p style="text-align: justify;">Kedua, menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (Kol 3:5-17). Dengan kuasa Tuhan, murid-murid Kristus mematikan segala tabiat duniawi, nafsu jahat, dan kebiasaan dosa di dalam diri mereka (Kol 3:5). Dengan pertolongan Tuhan, mereka membuang segala kemarahan, kejahatan, dusta, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulut mereka (Kol 3:8-9a). Bukan hanya menanggalkan manusia lama serta kelakuannya (Kol 3:9b), tetapi mereka juga mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui di dalam Dia (Kol 3:10). Mereka mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran (Kol 3:12). Mereka dapat sabar dan saling mengampuni, sama seperti Tuhan telah mengampuni mereka (Kol 3:13). Mereka mengenakan kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan (Kol 3:14), memiliki hati yang dikuasai oleh damai sejahtera Kristus, dan selalu bersyukur (Kol 3:15). Perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara mereka, sehingga mereka mampu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain, dan sambil menyanyikan mazmur dan pujian dan nyanyian rohani mereka mengucap syukur kepada Allah di dalam hati mereka (Kol. 3:16). Segala sesuatu yang mereka lakukan dengan perkataan atau perbuatan, mereka lakukan dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur kepada Allah (Kol 3:17). Murid-murid Kristus, yang telah menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, memiliki kehidupan yang terusmenerus diperbarui untuk memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>2. Menjadi berkat melalui kehidupan keluarga yang sehat dan harmonis (Kol 3:18-21).</strong></p> <p style="text-align: justify;">Murid-murid Kristus dapat menjadi berkat melalui kehidupan keluarga yang sehat dan harmonis. Tuhan tidak merencanakan kehidupan keluarga yang kacau bagi umat-Nya, tetapi Ia menghendaki agar mereka memiliki kehidupan rumah tangga yang sehat. Ia memberikan firman-Nya untuk menuntun umat-Nya memiliki kehidupan rumah tangga yang sehat dan harmonis.</p> <p style="text-align: justify;">Firman Tuhan menuntun umatNya untuk menjalankan peran dan tanggung jawab masing-masing dengan baik. Firman Tuhan mengajarkan agar istri tunduk kepada suaminya dan suami mengasihi istrinya, anak menghormati orang tuanya dan orang tua memperhatikan anak-anaknya (Kol 3:18-21). Bila masing-masing anggota keluarga menaati firman Tuhan untuk menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan baik, niscaya kehidupan keluarganya akan sehat dan harmonis.</p> <p style="text-align: justify;">Keluarga yang sehat dan harmonis tidak saja menjadi berkat bagi anggota keluarga itu, tetapi juga menjadi berkatbagi sesamanya. Keluarga yang sehat dan harmonis, selain membangun generasi penerus yang sehat dan berguna, juga dapat menjadi teladan bagi sesama, dan mendatangkan manfaat bagi masyarakatnya. Bila setiap keluarga hidup sehat dan harmonis, maka masyarakatnya pun akan bertumbuh dengan sehat, dan berkembang dengan baik. Oleh sebab itu, murid-murid Kristus diajarkan untuk menjadi berkat melalui kehidupan keluarga yang sehat dan harmonis.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>3. Menjadi berkat melalui etos kerja yang baik (Kol 3:22-4:1). </strong></p> <p style="text-align: justify;">Murid-murid Kristus dapat menjadi berkat melalui etos kerja yang baik. Mereka adalah ciptaan baru (2 Kor 5:17), yang diciptakan Allah di dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik (Ef 2:10). Hidup baru hendaklah terus-menerus mereka nyatakan dalam kehidupan seharihari, termasuk di tempat kerja. Pembaruan di dalam Kristus mempengaruhi etos kerja, sehingga apa pun status dan profesi mereka, murid-murid Kristus tetap dapat menjadi berkat melalui etos kerja mereka yang baik. Kolose 3:22-4:1 mengajarkan beberapa prinsip bagi murid-murid Kristus untuk memiliki etos kerja yang baik. Prinsip-prinsip tersebut adalah:</p> <p style="text-align: justify;">1. Disiplin dan berintegritas, yaitu bekerja dengan setia, bukan hanya di hadapan atasannya untuk mencari muka, tetapi dengan tulus hati, karena takut akan Tuhan (Kol 3:22).</p> <p style="text-align: justify;">2. Kreatif dan inovatif, karena bekerja dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kol 3:23)</p> <p style="text-align: justify;">3. Proaktif dan produktif, karena ada upah dari Tuhan, selain upah dari manusia (Kol 3:24)</p> <p style="text-align: justify;">4. Hati yang takut akan Tuhan, sehingga selalu mawas diri dan tidak melakukan apa yang dipandang salah di hadapan-Nya (Kol 3:25).</p> <p style="text-align: justify;">5. Adil dan jujur terhadap sesama, karena sadar bahwa mereka ada hamba Tuhan (Kol 4:1).</p> <p style="text-align: justify;">Murid-murid Kristus yang menjadi karyawan, pegawai negeri, pengusaha, ataupun kaum profesional, tetap dapat menjadi berkat melalui etos kerja yang baik. Ada disiplin dan integritas, kreatif dan inovatif, proaktif dan produktif, hati yang takut akan Tuhan, serta adil dan jujur terhadap sesama. Apa pun status mereka, dalam bekerja, murid-murid Kristus harus memegang prinsip firman Tuhan, yaitu: “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol 3:23). Apa pun profesi mereka, murid-murid Kristus mesti menjalaninya dengan segenap hati dan penuh pengabdian. Jika diberi kesempatan untuk menjadi atasan, berbuatlah jujur dan adil terhadap bawahan. Jika diberi kesempatan menjadi pemberi kerja, perlakukanlah para karyawan dengan baik, dan jangan mengurangi apa yang menjadi hak mereka. Bila mendapatkan keuntungan yang melimpah, berikanlah bonus kepada karyawan-karyawan yang layak untuk menerimanya, agar mereka dapat hidup lebih sejahtera. Alkitab mengingatkan kepada setiap orang, “Ingatlah, kamu juga mempunyai Tuan di sorga” (Kol 4:1).</p> <p style="text-align: justify;"><strong>4. Menjadi berkat melalui kesaksian hidup yang holistik (Kol 4:2-6). </strong></p> <p style="text-align: justify;">Murid-murid Kristus dapat menjadi berkat melalui kesaksian hidup yang holistik. Kesaksian yang holistik mencakup presensi (kehidupan Kristen yang dihadirkan), proklamasi (pemberitaan Injil), dan pelayanan kasih (memperhatikan dan menolong sesama yang membutuhkan). Dengan kesaksian yang holistik, murid-murid Kristus menjadi terang dan garam di tengahtengah dunia ini.</p> <p style="text-align: justify;">Kesaksian hidup mesti dilakukan dengan bersandar kepada Tuhan. Murid-murid Kristus adalah manusia yang mempunyai banyak kelemahan dan dapat jatuh ke dalam berbagai pencobaan. Kejatuhan mereka tentu akan mendukakan hati Allah, dan menjadi batu sandungan bagi sesama. Oleh karena itu, selain berpegang kepada Firman Tuhan, muridmurid Kristus harus senantiasa berdoa. Bertekunlah dalam doa dan berjagajagalah sambil mengucap syukur (Kol 4:2). Doakan pula para hamba Tuhan dan misionaris, agar Ia membukakan pintu bagi mereka untuk melayani dan memberitakan Injil (Kol 4:3-4).</p> <p style="text-align: justify;">Untuk menjadi saksi Kristus di dunia yang majemuk ini, murid-murid Kristus harus senantiasa penuh hikmat dan penuh kasih (Kol 4:5-6). Alkitab berkata, “Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada” (Kol 4:5). Hikmat dari Tuhan membuat mereka tahu kapan harus, dan kapan tidak boleh, berbicara dengan orang lain tentang iman mereka. Hikmat membuat mereka tidak menjadi sombong atau memberi kesan bahwa mereka lebih tinggi atau lebih benar. Mereka tidak suka mengritik, mengecam atau berdebat dengan orang-orang yang memiliki kepercayaan yang berbeda, karena mereka tahu bahwa orang-orang luar tidak akan datang kepada Kristus bila direndahkan, dikecam atau diajak berdebat. Mereka akan mengikuti nasihat dari firman Tuhan, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang” (Kol. 4:6). Mereka selalu menjalin komunikasi yang hangat dan berdialog yang penuh kasih dengan orang-orang lain. Jikalau ada pertanyaan, kritikan, ataupun hinaan orang-orang luar terhadap murid-murid Kristus atau tentang iman Kristen, mereka tidak menanggapinya dengan reaktif. Sebagaimana ajaran Firman Tuhan, mereka akan merespons dan memberikan jawaban dengan perkataan yang arif dan penuh kasih. Kehidupan dan perkataan murid-murid Kristus yang penuh hikmat dan penuh kasih tentu akan menjadi kesaksian yang memberkati bagi banyak orang dan memuliakan Allah.</p> <p style="text-align: justify;">Murid-murid Kristus diberkati untuk menjadi berkat. Mereka dapat menjadi berkat melalui kehidupan pribadi yang diperbarui, kehidupan keluarga yang sehat dan harmonis, etos kerja yang baik, serta kesaksian hidup yang holistik. Kehidupan para murid yang menjadi berkat bagi sesama akan memuliakan Bapa yang di sorga.</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Murid-murid Kristus sudah menerima berkat Allah yang berlimpah. Mereka telah diberkati dengan kasih, pemeliharaan, penyertaan, perlindungan, dan pembelaanNya (Mzm 23:1-6). Berkat terbesar yang mereka terima dari Allah adalah ketika Ia mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal untuk menyatakan kasih-Nya dan memberikan hidup yang kekal kepada mereka yang percaya (Yoh 3:16). Murid-murid Kristus, yang telah menerima berkat berlimpah dari Allah, dikehendakiNya untuk menjadi berkat bagi sesama. Ia berfirman kepada Abraham, “Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat” (Kej 12:2). Demikian pula firman-Nya kepada murid-muridNya: “Kamu adalah terang dunia… hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Mat 5:14-16). Sama seperti Abraham diberkati untuk menjadi berkat, demikian juga murid-murid Kristus diberkati untuk menjadi berkat bagi sesamanya.</p> <p style="text-align: justify;">Bagaimana cara murid-murid Kristus menjadi berkat? Berdasarkan firman Tuhan dalam Surat Kolose 3:1-4:6, penulis mengajak pembaca untuk mempelajari empat hal yang dapat dilakukan oleh murid-murid Kristus untuk menjadi berkat:</p> <p style="text-align: justify;"><strong>1. Menjadi berkat melalui kehidupan pribadi yang diperbarui (Kol 3:1-17). </strong></p> <p style="text-align: justify;">Murid-murid Kristus dapat menjadi berkat melalui kehidupan pribadi yang diperbarui di dalam Kristus. Mereka yang ada di dalam Kristus adalah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Kor 5:17). Pembaruan itu hendaklah dinyatakan di dalam seluruh aspek kehidupan mereka.</p> <p style="text-align: justify;">Pertama, pembaruan hati dan pikiran (Kol 3:1-4). Pembaruan itu membuat hati mereka berpusat pada Kristus dan pikiran mereka tertuju pada-Nya. Sebagai orang yang telah mati dan bangkit bersama dengan Kristus, mereka “mencari perkara yang di atas, di mana Kristus ada” (Kol 3:1) serta “memikirkan perkara yang di atas, bukan yang di bumi” (Kol 3:2). Hati dan pikiran mereka bukan lagi tertuju kepada kepentingan diri sendiri, melainkan terarah untuk memuliakan Allah dan menjadi saluran berkat bagi sesama.</p> <p style="text-align: justify;"><em>Murid-murid Kristus diberkati untuk menjadi berkat</em></p> <p style="text-align: justify;">Kedua, menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (Kol 3:5-17). Dengan kuasa Tuhan, murid-murid Kristus mematikan segala tabiat duniawi, nafsu jahat, dan kebiasaan dosa di dalam diri mereka (Kol 3:5). Dengan pertolongan Tuhan, mereka membuang segala kemarahan, kejahatan, dusta, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulut mereka (Kol 3:8-9a). Bukan hanya menanggalkan manusia lama serta kelakuannya (Kol 3:9b), tetapi mereka juga mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbarui di dalam Dia (Kol 3:10). Mereka mengenakan belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran (Kol 3:12). Mereka dapat sabar dan saling mengampuni, sama seperti Tuhan telah mengampuni mereka (Kol 3:13). Mereka mengenakan kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan (Kol 3:14), memiliki hati yang dikuasai oleh damai sejahtera Kristus, dan selalu bersyukur (Kol 3:15). Perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara mereka, sehingga mereka mampu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain, dan sambil menyanyikan mazmur dan pujian dan nyanyian rohani mereka mengucap syukur kepada Allah di dalam hati mereka (Kol. 3:16). Segala sesuatu yang mereka lakukan dengan perkataan atau perbuatan, mereka lakukan dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur kepada Allah (Kol 3:17). Murid-murid Kristus, yang telah menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru, memiliki kehidupan yang terusmenerus diperbarui untuk memuliakan Allah dan menjadi berkat bagi sesama.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>2. Menjadi berkat melalui kehidupan keluarga yang sehat dan harmonis (Kol 3:18-21).</strong></p> <p style="text-align: justify;">Murid-murid Kristus dapat menjadi berkat melalui kehidupan keluarga yang sehat dan harmonis. Tuhan tidak merencanakan kehidupan keluarga yang kacau bagi umat-Nya, tetapi Ia menghendaki agar mereka memiliki kehidupan rumah tangga yang sehat. Ia memberikan firman-Nya untuk menuntun umat-Nya memiliki kehidupan rumah tangga yang sehat dan harmonis.</p> <p style="text-align: justify;">Firman Tuhan menuntun umatNya untuk menjalankan peran dan tanggung jawab masing-masing dengan baik. Firman Tuhan mengajarkan agar istri tunduk kepada suaminya dan suami mengasihi istrinya, anak menghormati orang tuanya dan orang tua memperhatikan anak-anaknya (Kol 3:18-21). Bila masing-masing anggota keluarga menaati firman Tuhan untuk menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan baik, niscaya kehidupan keluarganya akan sehat dan harmonis.</p> <p style="text-align: justify;">Keluarga yang sehat dan harmonis tidak saja menjadi berkat bagi anggota keluarga itu, tetapi juga menjadi berkatbagi sesamanya. Keluarga yang sehat dan harmonis, selain membangun generasi penerus yang sehat dan berguna, juga dapat menjadi teladan bagi sesama, dan mendatangkan manfaat bagi masyarakatnya. Bila setiap keluarga hidup sehat dan harmonis, maka masyarakatnya pun akan bertumbuh dengan sehat, dan berkembang dengan baik. Oleh sebab itu, murid-murid Kristus diajarkan untuk menjadi berkat melalui kehidupan keluarga yang sehat dan harmonis.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>3. Menjadi berkat melalui etos kerja yang baik (Kol 3:22-4:1). </strong></p> <p style="text-align: justify;">Murid-murid Kristus dapat menjadi berkat melalui etos kerja yang baik. Mereka adalah ciptaan baru (2 Kor 5:17), yang diciptakan Allah di dalam Kristus untuk melakukan pekerjaan baik (Ef 2:10). Hidup baru hendaklah terus-menerus mereka nyatakan dalam kehidupan seharihari, termasuk di tempat kerja. Pembaruan di dalam Kristus mempengaruhi etos kerja, sehingga apa pun status dan profesi mereka, murid-murid Kristus tetap dapat menjadi berkat melalui etos kerja mereka yang baik. Kolose 3:22-4:1 mengajarkan beberapa prinsip bagi murid-murid Kristus untuk memiliki etos kerja yang baik. Prinsip-prinsip tersebut adalah:</p> <p style="text-align: justify;">1. Disiplin dan berintegritas, yaitu bekerja dengan setia, bukan hanya di hadapan atasannya untuk mencari muka, tetapi dengan tulus hati, karena takut akan Tuhan (Kol 3:22).</p> <p style="text-align: justify;">2. Kreatif dan inovatif, karena bekerja dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kol 3:23)</p> <p style="text-align: justify;">3. Proaktif dan produktif, karena ada upah dari Tuhan, selain upah dari manusia (Kol 3:24)</p> <p style="text-align: justify;">4. Hati yang takut akan Tuhan, sehingga selalu mawas diri dan tidak melakukan apa yang dipandang salah di hadapan-Nya (Kol 3:25).</p> <p style="text-align: justify;">5. Adil dan jujur terhadap sesama, karena sadar bahwa mereka ada hamba Tuhan (Kol 4:1).</p> <p style="text-align: justify;">Murid-murid Kristus yang menjadi karyawan, pegawai negeri, pengusaha, ataupun kaum profesional, tetap dapat menjadi berkat melalui etos kerja yang baik. Ada disiplin dan integritas, kreatif dan inovatif, proaktif dan produktif, hati yang takut akan Tuhan, serta adil dan jujur terhadap sesama. Apa pun status mereka, dalam bekerja, murid-murid Kristus harus memegang prinsip firman Tuhan, yaitu: “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia” (Kol 3:23). Apa pun profesi mereka, murid-murid Kristus mesti menjalaninya dengan segenap hati dan penuh pengabdian. Jika diberi kesempatan untuk menjadi atasan, berbuatlah jujur dan adil terhadap bawahan. Jika diberi kesempatan menjadi pemberi kerja, perlakukanlah para karyawan dengan baik, dan jangan mengurangi apa yang menjadi hak mereka. Bila mendapatkan keuntungan yang melimpah, berikanlah bonus kepada karyawan-karyawan yang layak untuk menerimanya, agar mereka dapat hidup lebih sejahtera. Alkitab mengingatkan kepada setiap orang, “Ingatlah, kamu juga mempunyai Tuan di sorga” (Kol 4:1).</p> <p style="text-align: justify;"><strong>4. Menjadi berkat melalui kesaksian hidup yang holistik (Kol 4:2-6). </strong></p> <p style="text-align: justify;">Murid-murid Kristus dapat menjadi berkat melalui kesaksian hidup yang holistik. Kesaksian yang holistik mencakup presensi (kehidupan Kristen yang dihadirkan), proklamasi (pemberitaan Injil), dan pelayanan kasih (memperhatikan dan menolong sesama yang membutuhkan). Dengan kesaksian yang holistik, murid-murid Kristus menjadi terang dan garam di tengahtengah dunia ini.</p> <p style="text-align: justify;">Kesaksian hidup mesti dilakukan dengan bersandar kepada Tuhan. Murid-murid Kristus adalah manusia yang mempunyai banyak kelemahan dan dapat jatuh ke dalam berbagai pencobaan. Kejatuhan mereka tentu akan mendukakan hati Allah, dan menjadi batu sandungan bagi sesama. Oleh karena itu, selain berpegang kepada Firman Tuhan, muridmurid Kristus harus senantiasa berdoa. Bertekunlah dalam doa dan berjagajagalah sambil mengucap syukur (Kol 4:2). Doakan pula para hamba Tuhan dan misionaris, agar Ia membukakan pintu bagi mereka untuk melayani dan memberitakan Injil (Kol 4:3-4).</p> <p style="text-align: justify;">Untuk menjadi saksi Kristus di dunia yang majemuk ini, murid-murid Kristus harus senantiasa penuh hikmat dan penuh kasih (Kol 4:5-6). Alkitab berkata, “Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada” (Kol 4:5). Hikmat dari Tuhan membuat mereka tahu kapan harus, dan kapan tidak boleh, berbicara dengan orang lain tentang iman mereka. Hikmat membuat mereka tidak menjadi sombong atau memberi kesan bahwa mereka lebih tinggi atau lebih benar. Mereka tidak suka mengritik, mengecam atau berdebat dengan orang-orang yang memiliki kepercayaan yang berbeda, karena mereka tahu bahwa orang-orang luar tidak akan datang kepada Kristus bila direndahkan, dikecam atau diajak berdebat. Mereka akan mengikuti nasihat dari firman Tuhan, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang” (Kol. 4:6). Mereka selalu menjalin komunikasi yang hangat dan berdialog yang penuh kasih dengan orang-orang lain. Jikalau ada pertanyaan, kritikan, ataupun hinaan orang-orang luar terhadap murid-murid Kristus atau tentang iman Kristen, mereka tidak menanggapinya dengan reaktif. Sebagaimana ajaran Firman Tuhan, mereka akan merespons dan memberikan jawaban dengan perkataan yang arif dan penuh kasih. Kehidupan dan perkataan murid-murid Kristus yang penuh hikmat dan penuh kasih tentu akan menjadi kesaksian yang memberkati bagi banyak orang dan memuliakan Allah.</p> <p style="text-align: justify;">Murid-murid Kristus diberkati untuk menjadi berkat. Mereka dapat menjadi berkat melalui kehidupan pribadi yang diperbarui, kehidupan keluarga yang sehat dan harmonis, etos kerja yang baik, serta kesaksian hidup yang holistik. Kehidupan para murid yang menjadi berkat bagi sesama akan memuliakan Bapa yang di sorga.</p> MURID YESUS DAN TUGASNYA 2023-08-01T14:37:29+07:00 2023-08-01T14:37:29+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/murid-yesus-dan-tugasnya Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/jon-tyson-GPVHlxJakao-unsplash.jpg" alt="" width="3024" height="4032" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Efesus dalam Efesus 2:10: “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Tujuan murid diciptakan adalah untuk melakukan perkerjaan baik. Jadi hakekat manusia diciptakan bukan hanya untuk menikmati kehidupan, tetapi untuk melakukan pekerjaan baik dalam menjalani kehidupan. Bagaikan terang dunia yang selalu bercahaya dan menerangi di manapun kita berada. Menjadi terang bukanlah sekedar identitas, melainkan telah menjadi tugas dan tanggung jawab sebagai murid yang melakukan pekerjaan baik.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/murid-yesus-dan-tugasnya" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/jon-tyson-GPVHlxJakao-unsplash.jpg" alt="" width="3024" height="4032" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Rasul Paulus berkata kepada jemaat di Efesus dalam Efesus 2:10: “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Tujuan murid diciptakan adalah untuk melakukan perkerjaan baik. Jadi hakekat manusia diciptakan bukan hanya untuk menikmati kehidupan, tetapi untuk melakukan pekerjaan baik dalam menjalani kehidupan. Bagaikan terang dunia yang selalu bercahaya dan menerangi di manapun kita berada. Menjadi terang bukanlah sekedar identitas, melainkan telah menjadi tugas dan tanggung jawab sebagai murid yang melakukan pekerjaan baik.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/murid-yesus-dan-tugasnya" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Kelompok Kecil: Persahabatan Rohani Yoh 15:13-15 2023-07-30T11:57:13+07:00 2023-07-30T11:57:13+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kelompok-kecil-persahabatan-rohani-yoh-15-13-15 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Pada hari-hari ini, banyak gereja yang sedang berfokus kepada pemuridan. Gereja-gereja ingin kembali kepada fokus utama Kristus, yaitu memuridkan orang semakin serupa dengan Kristus. Hal ini pun sudah menjadi fokus pelayanan GKI Gading Serpong, menjadi murid Kristus yang otentik. Ada banyak cara untuk memuridkan orang lain, bisa melalui khotbah, seminar, orang per orang, dan salah satunya adalah dengan melalui kelompok kecil.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kelompok-kecil-persahabatan-rohani-yoh-15-13-15" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Pada hari-hari ini, banyak gereja yang sedang berfokus kepada pemuridan. Gereja-gereja ingin kembali kepada fokus utama Kristus, yaitu memuridkan orang semakin serupa dengan Kristus. Hal ini pun sudah menjadi fokus pelayanan GKI Gading Serpong, menjadi murid Kristus yang otentik. Ada banyak cara untuk memuridkan orang lain, bisa melalui khotbah, seminar, orang per orang, dan salah satunya adalah dengan melalui kelompok kecil.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kelompok-kecil-persahabatan-rohani-yoh-15-13-15" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> KECANDUAN GADGET/INTERNET & CARA MENGENDALIKANNYA 2023-07-29T11:43:51+07:00 2023-07-29T11:43:51+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kecanduan-gadget-internet-cara-mengendalikannya Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Penggunaan <em>gadget</em> yang tersambung internet bisa dikatakan sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas sehari-hari bagi remaja/pemuda maupun orang dewasa. Pada beberapa orang, penggunaan <em>gadget/</em>internet bahkan sudah <em>‘nyandu’</em> alias membuat si penggunanya ketagihan, awalnya menyenangkan, memuaskan akhirnya membuat kecanduan. Penggunaan gadget/internet bisa mengakibatkan, tak sedikit orang yang cenderung cuek dengan keadaan sekitar dan lebih suka berkutat dengan <em>gadget/</em>internet-nya. Marilah kita mengenali beberapa tanda bahwa kita mulai kecanduan hingga tak bisa lepas dari <em>gadget</em>/internet, seperti dirangkum oleh Radian Nyi Sukmasari -detikHealth pada Kamis (25/9/2014):</p> <p style="text-align: justify;"><strong>1. Selalu mengecek <em>news-feed</em> di sosial media tiap 5 menit </strong></p> <p style="text-align: justify;">Ketika kerap mengecek berita terbaru di ranah media sosial demi mengetahui apa yang tengah terjadi dengan teman kita di dunia maya, bisa jadi kita tengah kecanduan. Sebab, kita bisa mengalami kondisi FOMO alias <em>Fear of Missing Out.</em></p> <p style="text-align: justify;">“Terlalu sering <em>update status</em>, mengubah keterangan dan mengganti foto profil seolah ingin selalu muncul di <em>timeline</em> adalah perilaku yang perlu diwaspadai sebagai gejala kecanduan media sosial,” kata dr Suzy.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> 2. Sering memotret makanan sebelum mengkonsumsinya</strong></p> <p style="text-align: justify;">Baik makan di rumah atau di restoran, kecanduan media sosial membuat kita ingin memotret makanan tersebut dan mempublikasikannya di dunia maya, bisa dengan tujuan untuk menunjukkan ‘keeksisan’, sekadar<em> sharing,</em> atau bahkan pamer. “Perilaku pamer foto makanan di Instagram adalah hal yang biasa-biasa saja, wajar. Perilaku itu baru dianggap kelainan jika seseorang tidak melakukannya maka ia langsung pusing atau merasa ada sesuatu yang kurang,” tutur psikolog klinis Anna Surti Ariani M.Psi.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>3. Cemas luar biasa saat ponsel tertinggal di rumah </strong></p> <p style="text-align: justify;">Bagaimana perasaan kita jika ponsel tertinggal di rumah? Jika merasa sangat cemas bahkan panik, bukan karena khawatir ada telepon atau pesan penting, bisa jadi Anda mengalami FOMO yang dikombinasikan dengan <em>nomophobia</em> (<em>No Mobile Phone Phobia</em> - rasa takut dan cemas apabila seseorang jauh dari ponsel atau <em>gadget</em>nya).</p> <p style="text-align: justify;"><strong>4. Bersaing <em>update</em> info dengan teman </strong></p> <p style="text-align: justify;">Salah satu tanda kecanduan media sosial di dunia maya yang kerap tak disadari yakni merasa harus menyamai teman kita di media sosial yang sering memposting sesuatu. Misalnya seberapa sering mereka <em>check in</em> di suatu tempat atau seberapa banyak foto <em>selfie</em> yang mereka ambil.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>5. Menarik diri dari pergaulan sosial</strong></p> <p style="text-align: justify;">Jika kita lebih memilih untuk asyik sendiri dengan&nbsp;<em>gadget/</em>internet agar bisa mendapat informasi atau<em> update</em> status dari teman lainnya ketimbang bergaul secara nyata dengan teman kita, kemungkinan kita mulai keranjingan media sosial di dunia maya. “Orang yang kecanduan media sosial meski tetap bersosialisasi lewat&nbsp;<em>gadget</em>/internet tetapi kalau tidak bergaul di dunia nyata maka hal itu tidak bisa dibilang sehat,” kata dr Suzy.</p> <p style="text-align: justify;">Pada saat ini, marilah kita juga melihat bahwa penggunaan&nbsp;<em>gadget</em>/internet menjadi suatu masalah begitu <em>gadget</em> mulai berpengaruh buruk pada jam tubuh, waktu untuk relasi keluarga, pelajaran dan yang khususnya, hubungan pribadi dengan Tuhan. Bagi orang lain, penggunaan&nbsp;<em>gadget</em>/internet mulai tak terkendali ketika mereka mendapati diri sibuk dengan <em>gadget</em>nya saat berkebaktian di hari Minggu bahkan saat pemberitaan firman di mimbar atau sedang mengikuti persekutuan/ibadah bersama.</p> <p style="text-align: justify;">Tanda atau ciri-ciri di atas merupakan rambu yang baik bagi kita untuk segera memperbarui cara penggunaan <em>gadget</em>/internet.</p> <p style="text-align: justify;">Seperti yang dinyatakan dalam Surat Yakobus 1:14, “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.” Sebelum kita menyadari, kebiasaan yang berupa kecanduan penggunaan <em>gadget</em> sudah menguasai kita, bukan kita yang mengontrol kebiasaan kita tersebut. Sebagaimana Rasul Petrus mengajar kita,“ Karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu.” (2 Petrus 2:19).</p> <p style="text-align: justify;">Jadi apa yang dapat kita perbuat untuk memperbarui pemikiran kita terhadap ancaman kecanduan penggunaan <em>gadget</em>/internet?</p> <p style="text-align: justify;">1) Ketika menyadari bahwa kita memiliki kebiasaan yang mengarah&nbsp;pada kecanduan buruk, kita harus jujur pada diri sendiri dan menguji perbuatan kita sebagai langkah pertama. Kuncinya ialah segera menyingkirkan kebiasaan buruk yang menjadi candu dan tidak melakukan kompromi, begitu kecanduan penggunaan&nbsp;<em>gadget/</em>internet kita mempengaruhi waktu kita dengan Tuhan dan hubungan kita dengan orang lain (keluarga/sahabat/teman), kita perlu mempertimbangkan kebiasaan kita dan berpikir,“ Apa yang memikat kita untuk lebih berminat pada <em>gadget</em> dengan internetnya daripada Tuhan?”</p> <p style="text-align: justify;">2) Langkah kedua ialah menghentikan serbuan <em>gadget/</em>internet. Kita bertanya pada diri kita, saat menggunakan<em> gadget</em> yang tersambung dengan internet, “Adakah hal lain yang lebih produktif dan berguna yang dapat kita lakukan?” Apa saja solusi praktis untuk mengendalikan kebiasaan menggunakan<em> gadget</em> dengan internet yang berlebihan bahkan buat ketagihan/kecanduan?</p> <p style="text-align: justify;"><strong>1. Menyingkirkan penyebab masalah. </strong></p> <p style="text-align: justify;">Artinya bukan memutuskan sambungan internet dari setiap <em>gadget</em> atau komputer/<em>laptop</em> kita. Jika ada <em>gadget</em> atau<em> laptop</em> yang dibawa terus ke mana kita pergi, maka pentingnya ada tempat menaruh <em>gadget</em>/laptop pada tempatnya, sesuai tugas/kerja dari<em> gadget</em> atau<em> laptop</em> tersebut.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>2. Sibukkan diri dengan aktifitas/ kegiatan yang positif. </strong></p> <p style="text-align: justify;">Lakukan aktifitas/kegiatan yang positif. Mungkin kita ingin memperdalam sesuatu yang sudah lama ingin kita pelajari: mekanik, seni musik dan kerajinan tangan, keramik, menulis jurnal, atau apa pun yang tidak memerlukan <em>gadget</em> atau komputer<em>/laptop. </em></p> <p style="text-align: justify;"><strong>3. Tentukan waktu.</strong></p> <p style="text-align: justify;">Tentukan kapan kita dapat menggunakan<em> gadget</em> dengan internet-nya dan tepati batas waktu penggunaannya, secara proporsional. Hal ini akan melatih penguasaan diri dan akan menjadi bagian dari rutinitas positif kita, bukannya kebiasaan buruk yang membuat ketagihan/kecanduan negatif.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>4. Berolahraga. </strong></p> <p style="text-align: justify;">Lakukan olahraga atau jalan cepat. Olahraga bisa sangat menambah/ menyalurkan tenaga dan memuaskan serta sangat baik bagi tubuh, pikiran dan jiwa kita.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>5. Tetapkan prioritas. </strong></p> <p style="text-align: justify;">Atur hidup kita sehingga kita mengetahui mana hal yang lebih penting. Tempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupan kita dan menggunakan fasilitas (internet<em>/gadget</em>) tersebut secara bijaksana, kita membutuhkan proses perjuangan untuk meningkatkan kemampuan menata diri dan ketepatan waktu kita dan membantu menjaga agar proporsi waktu kita saat penggunaan <em>gadget</em> tetap terkendali/terkontrol.</p> <p style="text-align: justify;">Rasul Paulus mengutarakan satu hal yang sangat bagus dalam 1 Korintus 6:12, “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.”</p> <p style="text-align: justify;">Kita, sebagai anak-anak Tuhan, telah dikaruniai Roh Kudus untuk menolong dan memandu kita. Kita memiliki karunia yang begitu luar biasa sehingga bisa membedakan benar dan salah atau baik dan buruk. Kita akan tahu bagaimana menggunakan gadget dan internet-nya dengan secukupnya, bukan berlebihan bahkan sampai kecanduan.</p> <p style="text-align: justify;">Bagaimana kita memprioritaskan waktu dengan Tuhan karena jika kita dapat menetapkan pikiran kita kepada-Nya, Tuhan pasti akan menolong kita mengatasi kelemahan akan kecanduan penggunaan <em>gadget</em>/internet. (Baca 1 Korintus 10:13)</p> <p style="text-align: justify;">Hidup dalam dunia yang terus menerus berubah memang tidak mudah. Kita jadi terpapar pada kemajuan-kemajuan teknologi baru, dan pemakaian<em> gadget</em> serta internet amatlah luas dan tak terbatas. <em>Gadget</em> dan internet akan membawa lebih banyak keinginan dan pencobaan, serta kita cenderung bisa tergoda dibuatnya.</p> <p style="text-align: justify;">Rasul Paulus, mengingatkan di dalam Roma 12:2 ,“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Salah satu kata kuncinya ialah “pembaharuan.” Kita perlu terus menerus dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus. Satu-satunya cara untuk melakukannya ialah dengan menguji diri secara terus menerus bersama Firman-Nya. Melalui pengujian diri dan pemupukan rohani yang terus menerus, kita dapat terus menyadari bahwa ada banyak hal dalam hidup kita yang jauh lebih berharga/bernilai daripada <em>gadget</em> dan internet. Kita akan mampu mencegah dan menjauh dari pencobaan dan keluar dari kebiasaan buruk yang menjadi candu bagi kita.</p> <p style="text-align: justify;">Hanya pada saat itulah kita dapat sungguh-sungguh berkata,“ Aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun” (1 Korintus 6:12).&nbsp;</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Penggunaan <em>gadget</em> yang tersambung internet bisa dikatakan sudah menjadi kebiasaan dan rutinitas sehari-hari bagi remaja/pemuda maupun orang dewasa. Pada beberapa orang, penggunaan <em>gadget/</em>internet bahkan sudah <em>‘nyandu’</em> alias membuat si penggunanya ketagihan, awalnya menyenangkan, memuaskan akhirnya membuat kecanduan. Penggunaan gadget/internet bisa mengakibatkan, tak sedikit orang yang cenderung cuek dengan keadaan sekitar dan lebih suka berkutat dengan <em>gadget/</em>internet-nya. Marilah kita mengenali beberapa tanda bahwa kita mulai kecanduan hingga tak bisa lepas dari <em>gadget</em>/internet, seperti dirangkum oleh Radian Nyi Sukmasari -detikHealth pada Kamis (25/9/2014):</p> <p style="text-align: justify;"><strong>1. Selalu mengecek <em>news-feed</em> di sosial media tiap 5 menit </strong></p> <p style="text-align: justify;">Ketika kerap mengecek berita terbaru di ranah media sosial demi mengetahui apa yang tengah terjadi dengan teman kita di dunia maya, bisa jadi kita tengah kecanduan. Sebab, kita bisa mengalami kondisi FOMO alias <em>Fear of Missing Out.</em></p> <p style="text-align: justify;">“Terlalu sering <em>update status</em>, mengubah keterangan dan mengganti foto profil seolah ingin selalu muncul di <em>timeline</em> adalah perilaku yang perlu diwaspadai sebagai gejala kecanduan media sosial,” kata dr Suzy.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> 2. Sering memotret makanan sebelum mengkonsumsinya</strong></p> <p style="text-align: justify;">Baik makan di rumah atau di restoran, kecanduan media sosial membuat kita ingin memotret makanan tersebut dan mempublikasikannya di dunia maya, bisa dengan tujuan untuk menunjukkan ‘keeksisan’, sekadar<em> sharing,</em> atau bahkan pamer. “Perilaku pamer foto makanan di Instagram adalah hal yang biasa-biasa saja, wajar. Perilaku itu baru dianggap kelainan jika seseorang tidak melakukannya maka ia langsung pusing atau merasa ada sesuatu yang kurang,” tutur psikolog klinis Anna Surti Ariani M.Psi.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>3. Cemas luar biasa saat ponsel tertinggal di rumah </strong></p> <p style="text-align: justify;">Bagaimana perasaan kita jika ponsel tertinggal di rumah? Jika merasa sangat cemas bahkan panik, bukan karena khawatir ada telepon atau pesan penting, bisa jadi Anda mengalami FOMO yang dikombinasikan dengan <em>nomophobia</em> (<em>No Mobile Phone Phobia</em> - rasa takut dan cemas apabila seseorang jauh dari ponsel atau <em>gadget</em>nya).</p> <p style="text-align: justify;"><strong>4. Bersaing <em>update</em> info dengan teman </strong></p> <p style="text-align: justify;">Salah satu tanda kecanduan media sosial di dunia maya yang kerap tak disadari yakni merasa harus menyamai teman kita di media sosial yang sering memposting sesuatu. Misalnya seberapa sering mereka <em>check in</em> di suatu tempat atau seberapa banyak foto <em>selfie</em> yang mereka ambil.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>5. Menarik diri dari pergaulan sosial</strong></p> <p style="text-align: justify;">Jika kita lebih memilih untuk asyik sendiri dengan&nbsp;<em>gadget/</em>internet agar bisa mendapat informasi atau<em> update</em> status dari teman lainnya ketimbang bergaul secara nyata dengan teman kita, kemungkinan kita mulai keranjingan media sosial di dunia maya. “Orang yang kecanduan media sosial meski tetap bersosialisasi lewat&nbsp;<em>gadget</em>/internet tetapi kalau tidak bergaul di dunia nyata maka hal itu tidak bisa dibilang sehat,” kata dr Suzy.</p> <p style="text-align: justify;">Pada saat ini, marilah kita juga melihat bahwa penggunaan&nbsp;<em>gadget</em>/internet menjadi suatu masalah begitu <em>gadget</em> mulai berpengaruh buruk pada jam tubuh, waktu untuk relasi keluarga, pelajaran dan yang khususnya, hubungan pribadi dengan Tuhan. Bagi orang lain, penggunaan&nbsp;<em>gadget</em>/internet mulai tak terkendali ketika mereka mendapati diri sibuk dengan <em>gadget</em>nya saat berkebaktian di hari Minggu bahkan saat pemberitaan firman di mimbar atau sedang mengikuti persekutuan/ibadah bersama.</p> <p style="text-align: justify;">Tanda atau ciri-ciri di atas merupakan rambu yang baik bagi kita untuk segera memperbarui cara penggunaan <em>gadget</em>/internet.</p> <p style="text-align: justify;">Seperti yang dinyatakan dalam Surat Yakobus 1:14, “Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.” Sebelum kita menyadari, kebiasaan yang berupa kecanduan penggunaan <em>gadget</em> sudah menguasai kita, bukan kita yang mengontrol kebiasaan kita tersebut. Sebagaimana Rasul Petrus mengajar kita,“ Karena siapa yang dikalahkan orang, ia adalah hamba orang itu.” (2 Petrus 2:19).</p> <p style="text-align: justify;">Jadi apa yang dapat kita perbuat untuk memperbarui pemikiran kita terhadap ancaman kecanduan penggunaan <em>gadget</em>/internet?</p> <p style="text-align: justify;">1) Ketika menyadari bahwa kita memiliki kebiasaan yang mengarah&nbsp;pada kecanduan buruk, kita harus jujur pada diri sendiri dan menguji perbuatan kita sebagai langkah pertama. Kuncinya ialah segera menyingkirkan kebiasaan buruk yang menjadi candu dan tidak melakukan kompromi, begitu kecanduan penggunaan&nbsp;<em>gadget/</em>internet kita mempengaruhi waktu kita dengan Tuhan dan hubungan kita dengan orang lain (keluarga/sahabat/teman), kita perlu mempertimbangkan kebiasaan kita dan berpikir,“ Apa yang memikat kita untuk lebih berminat pada <em>gadget</em> dengan internetnya daripada Tuhan?”</p> <p style="text-align: justify;">2) Langkah kedua ialah menghentikan serbuan <em>gadget/</em>internet. Kita bertanya pada diri kita, saat menggunakan<em> gadget</em> yang tersambung dengan internet, “Adakah hal lain yang lebih produktif dan berguna yang dapat kita lakukan?” Apa saja solusi praktis untuk mengendalikan kebiasaan menggunakan<em> gadget</em> dengan internet yang berlebihan bahkan buat ketagihan/kecanduan?</p> <p style="text-align: justify;"><strong>1. Menyingkirkan penyebab masalah. </strong></p> <p style="text-align: justify;">Artinya bukan memutuskan sambungan internet dari setiap <em>gadget</em> atau komputer/<em>laptop</em> kita. Jika ada <em>gadget</em> atau<em> laptop</em> yang dibawa terus ke mana kita pergi, maka pentingnya ada tempat menaruh <em>gadget</em>/laptop pada tempatnya, sesuai tugas/kerja dari<em> gadget</em> atau<em> laptop</em> tersebut.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>2. Sibukkan diri dengan aktifitas/ kegiatan yang positif. </strong></p> <p style="text-align: justify;">Lakukan aktifitas/kegiatan yang positif. Mungkin kita ingin memperdalam sesuatu yang sudah lama ingin kita pelajari: mekanik, seni musik dan kerajinan tangan, keramik, menulis jurnal, atau apa pun yang tidak memerlukan <em>gadget</em> atau komputer<em>/laptop. </em></p> <p style="text-align: justify;"><strong>3. Tentukan waktu.</strong></p> <p style="text-align: justify;">Tentukan kapan kita dapat menggunakan<em> gadget</em> dengan internet-nya dan tepati batas waktu penggunaannya, secara proporsional. Hal ini akan melatih penguasaan diri dan akan menjadi bagian dari rutinitas positif kita, bukannya kebiasaan buruk yang membuat ketagihan/kecanduan negatif.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>4. Berolahraga. </strong></p> <p style="text-align: justify;">Lakukan olahraga atau jalan cepat. Olahraga bisa sangat menambah/ menyalurkan tenaga dan memuaskan serta sangat baik bagi tubuh, pikiran dan jiwa kita.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>5. Tetapkan prioritas. </strong></p> <p style="text-align: justify;">Atur hidup kita sehingga kita mengetahui mana hal yang lebih penting. Tempatkan Tuhan sebagai pusat kehidupan kita dan menggunakan fasilitas (internet<em>/gadget</em>) tersebut secara bijaksana, kita membutuhkan proses perjuangan untuk meningkatkan kemampuan menata diri dan ketepatan waktu kita dan membantu menjaga agar proporsi waktu kita saat penggunaan <em>gadget</em> tetap terkendali/terkontrol.</p> <p style="text-align: justify;">Rasul Paulus mengutarakan satu hal yang sangat bagus dalam 1 Korintus 6:12, “Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun.”</p> <p style="text-align: justify;">Kita, sebagai anak-anak Tuhan, telah dikaruniai Roh Kudus untuk menolong dan memandu kita. Kita memiliki karunia yang begitu luar biasa sehingga bisa membedakan benar dan salah atau baik dan buruk. Kita akan tahu bagaimana menggunakan gadget dan internet-nya dengan secukupnya, bukan berlebihan bahkan sampai kecanduan.</p> <p style="text-align: justify;">Bagaimana kita memprioritaskan waktu dengan Tuhan karena jika kita dapat menetapkan pikiran kita kepada-Nya, Tuhan pasti akan menolong kita mengatasi kelemahan akan kecanduan penggunaan <em>gadget</em>/internet. (Baca 1 Korintus 10:13)</p> <p style="text-align: justify;">Hidup dalam dunia yang terus menerus berubah memang tidak mudah. Kita jadi terpapar pada kemajuan-kemajuan teknologi baru, dan pemakaian<em> gadget</em> serta internet amatlah luas dan tak terbatas. <em>Gadget</em> dan internet akan membawa lebih banyak keinginan dan pencobaan, serta kita cenderung bisa tergoda dibuatnya.</p> <p style="text-align: justify;">Rasul Paulus, mengingatkan di dalam Roma 12:2 ,“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Salah satu kata kuncinya ialah “pembaharuan.” Kita perlu terus menerus dipimpin dan dipenuhi oleh Roh Kudus. Satu-satunya cara untuk melakukannya ialah dengan menguji diri secara terus menerus bersama Firman-Nya. Melalui pengujian diri dan pemupukan rohani yang terus menerus, kita dapat terus menyadari bahwa ada banyak hal dalam hidup kita yang jauh lebih berharga/bernilai daripada <em>gadget</em> dan internet. Kita akan mampu mencegah dan menjauh dari pencobaan dan keluar dari kebiasaan buruk yang menjadi candu bagi kita.</p> <p style="text-align: justify;">Hanya pada saat itulah kita dapat sungguh-sungguh berkata,“ Aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apa pun” (1 Korintus 6:12).&nbsp;</p> Tuan atau “Tuan” 2023-07-29T10:46:00+07:00 2023-07-29T10:46:00+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/tuan-atau-tuan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Matius 6:24</p> <p style="text-align: center;">“Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”</p> <p style="text-align: justify;"><em>Apa yang dicari orang? Uang. Bukan Tuhan Yesus</em>, begitulah sepenggalan lirik dari lagu sekolah minggu yang diajarkan kepada anak-anak. Lagu ini sarat akan makna yang begitu mendalam, bahkan semua usia dapat masuk di dalamnya. Semua orang pasti mempunyai kecenderungan untuk lebih suka mencari dan mencintai uang daripada Tuhan Yesus. Uang seringkali menjadi momok bagi kehidupan manusia. Bahkan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa uang seringkali menjadi “tuan” atas hidup manusia, yang manusia kejar dan manusia layani.</p> <p style="text-align: justify;">Yesus pun pernah berbicara keras mengenai hal ini. Ia pernah memperingatkan kepada orang percaya&nbsp;bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengabdi kepada dua tuan, yaitu kepada Tuhan dan Mamon, karena jika demikian maka orang tersebut akan mencintai yang satu dan membenci yang lain. Maka dari itu penting sekali bagi orang percaya secara khususnya untuk mengintropeksi diri apakah dirinya sudah sungguh-sungguh mengabdi hanya kepada Tuhan saja.</p> <p style="text-align: justify;">Lalu bagaimanakah sikap orang percaya terhadap uang?</p> <p style="text-align: justify;">1. Jadilah tuan atas uangmu</p> <p style="text-align: justify;">Berbicara tentang uang adalah berbicara tentang siapa yang menjadi tuan atas siapa.&nbsp; Uang menjadi tuan atas kita atau kita menjadi tuan atas uang kita. Sebagai orang percaya haruslah kita yang menjadi tuan atas uang, bukan lagi uang yang menjadi tuan atas kita. Artinya kitalah yang berkuasa atas uang, kita yang mengatur dan mengelolanya dengan baik. Bukan sebaliknya, bukan uang yang berkuasa atas kita dan bukan uang yang mengatur hidup kita.</p> <p style="text-align: justify;">2. Cukupkan diri dalam segala hal</p> <p style="text-align: justify;">Manusia tidak dilahirkan dengan insting puas/cukup, tetapi belajar menjadi puas. Belajar mencukupkan diri atas segala berkat yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Yakinlah akan FirmanNya yang akan selalu menyediakan apa yang kita perlukan dan janganlah khawatir akan hal tersebut. Karena itulah setelah mengatakan tidak dapat mengabdi kepada Tuhan dan Mamon, Yesus mengajarkan tentang janganlah kuatir tentang hidupmu (Mat 6:25-34).</p> <p style="text-align: justify;">Segala harta yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan (Mzm 24:1). Tuhan tidak pernah mentransfer kepemilikan atas hartaNya kepada kita, tetapi Tuhan mengijinkan manusia untuk dapat mengelolanya. Maka dari itu sudah seharusnya yang menjadi Tuan atas hidup kita bukanlah uang, tetapi Tuhan. Artinya Tuhanlah yang berkuasa atas hidup kita, Dialah yang mengatur hidup kita dan sudah seharusnya kita melayani Dia. Biarlah hasrat yang menggebu-gebu atas Tuhan itu ada di dalam hidup kita.</p> <p style="text-align: justify;">Yesus berkata, karena dimana hartamu berada disitu hatimu berada (Mat 6:21). Harta orang percaya yang sesungguhnya adalah Tuhan dan FirmanNya, karena hanya Tuhan dan FirmanNyalah yang akan kita miliki untuk selama-lamanya. Maka dari itu, marilah kita bersama menjadikan Tuhan sebagai Tuan kita dan harta kita satu-satunya dengan terus bertekun hidup di dalam Tuhan dan FirmanNya. Belajar menjadi murid Kristus yang otentik, salah satunya adalah menjadikan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup kita.</p> <p style="text-align: justify;">Kita butuh uang, tetapi uang bukan segalanya. Kita butuh Tuhan karena Tuhanlah segalanya</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Matius 6:24</p> <p style="text-align: center;">“Tak seorang pun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”</p> <p style="text-align: justify;"><em>Apa yang dicari orang? Uang. Bukan Tuhan Yesus</em>, begitulah sepenggalan lirik dari lagu sekolah minggu yang diajarkan kepada anak-anak. Lagu ini sarat akan makna yang begitu mendalam, bahkan semua usia dapat masuk di dalamnya. Semua orang pasti mempunyai kecenderungan untuk lebih suka mencari dan mencintai uang daripada Tuhan Yesus. Uang seringkali menjadi momok bagi kehidupan manusia. Bahkan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa uang seringkali menjadi “tuan” atas hidup manusia, yang manusia kejar dan manusia layani.</p> <p style="text-align: justify;">Yesus pun pernah berbicara keras mengenai hal ini. Ia pernah memperingatkan kepada orang percaya&nbsp;bahwa tidak ada seorang pun yang dapat mengabdi kepada dua tuan, yaitu kepada Tuhan dan Mamon, karena jika demikian maka orang tersebut akan mencintai yang satu dan membenci yang lain. Maka dari itu penting sekali bagi orang percaya secara khususnya untuk mengintropeksi diri apakah dirinya sudah sungguh-sungguh mengabdi hanya kepada Tuhan saja.</p> <p style="text-align: justify;">Lalu bagaimanakah sikap orang percaya terhadap uang?</p> <p style="text-align: justify;">1. Jadilah tuan atas uangmu</p> <p style="text-align: justify;">Berbicara tentang uang adalah berbicara tentang siapa yang menjadi tuan atas siapa.&nbsp; Uang menjadi tuan atas kita atau kita menjadi tuan atas uang kita. Sebagai orang percaya haruslah kita yang menjadi tuan atas uang, bukan lagi uang yang menjadi tuan atas kita. Artinya kitalah yang berkuasa atas uang, kita yang mengatur dan mengelolanya dengan baik. Bukan sebaliknya, bukan uang yang berkuasa atas kita dan bukan uang yang mengatur hidup kita.</p> <p style="text-align: justify;">2. Cukupkan diri dalam segala hal</p> <p style="text-align: justify;">Manusia tidak dilahirkan dengan insting puas/cukup, tetapi belajar menjadi puas. Belajar mencukupkan diri atas segala berkat yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Yakinlah akan FirmanNya yang akan selalu menyediakan apa yang kita perlukan dan janganlah khawatir akan hal tersebut. Karena itulah setelah mengatakan tidak dapat mengabdi kepada Tuhan dan Mamon, Yesus mengajarkan tentang janganlah kuatir tentang hidupmu (Mat 6:25-34).</p> <p style="text-align: justify;">Segala harta yang ada di dunia ini adalah milik Tuhan (Mzm 24:1). Tuhan tidak pernah mentransfer kepemilikan atas hartaNya kepada kita, tetapi Tuhan mengijinkan manusia untuk dapat mengelolanya. Maka dari itu sudah seharusnya yang menjadi Tuan atas hidup kita bukanlah uang, tetapi Tuhan. Artinya Tuhanlah yang berkuasa atas hidup kita, Dialah yang mengatur hidup kita dan sudah seharusnya kita melayani Dia. Biarlah hasrat yang menggebu-gebu atas Tuhan itu ada di dalam hidup kita.</p> <p style="text-align: justify;">Yesus berkata, karena dimana hartamu berada disitu hatimu berada (Mat 6:21). Harta orang percaya yang sesungguhnya adalah Tuhan dan FirmanNya, karena hanya Tuhan dan FirmanNyalah yang akan kita miliki untuk selama-lamanya. Maka dari itu, marilah kita bersama menjadikan Tuhan sebagai Tuan kita dan harta kita satu-satunya dengan terus bertekun hidup di dalam Tuhan dan FirmanNya. Belajar menjadi murid Kristus yang otentik, salah satunya adalah menjadikan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup kita.</p> <p style="text-align: justify;">Kita butuh uang, tetapi uang bukan segalanya. Kita butuh Tuhan karena Tuhanlah segalanya</p> Memuridkan Anak-anak 2023-07-29T10:32:57+07:00 2023-07-29T10:32:57+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mendidik-anak-sebagai-murid-yesus-2 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Sibuk adalah salah satu ciri-ciri orang tua masa kini. Kesibukan dalam pekerjaan, perjalanan dan pertemanan membuat banyak orang tua tidak memiliki cukup waktu untuk anak-anak, apalagi mendidik dan memuridkan mereka. Pendidikan anak-anak diserahkan ke sekolah. Orang tua merasa telah berbuat sesuatu jika sudah memasukkan anak-anak mereka ke sekolah favorit dan membayar uang sekolah setiap bulan. Kalau dianggap belum cukup, mereka pun membayar guru les untuk mengadakan bimbingan belajar bagi anak-anak mereka. Urusan anak-anak di rumah diserahkan kepada pembantu rumah tangga. Orang tua sibuk dengan urusannya masing-masing, sehingga kurang memperhatikan anak-anak mereka.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mendidik-anak-sebagai-murid-yesus-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Sibuk adalah salah satu ciri-ciri orang tua masa kini. Kesibukan dalam pekerjaan, perjalanan dan pertemanan membuat banyak orang tua tidak memiliki cukup waktu untuk anak-anak, apalagi mendidik dan memuridkan mereka. Pendidikan anak-anak diserahkan ke sekolah. Orang tua merasa telah berbuat sesuatu jika sudah memasukkan anak-anak mereka ke sekolah favorit dan membayar uang sekolah setiap bulan. Kalau dianggap belum cukup, mereka pun membayar guru les untuk mengadakan bimbingan belajar bagi anak-anak mereka. Urusan anak-anak di rumah diserahkan kepada pembantu rumah tangga. Orang tua sibuk dengan urusannya masing-masing, sehingga kurang memperhatikan anak-anak mereka.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mendidik-anak-sebagai-murid-yesus-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> BERANI MATI UNTUK TUHAN? 2023-07-28T20:07:30+07:00 2023-07-28T20:07:30+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/berani-mati-untuk-tuhan-2 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Pandemi Covid-19 sudah melanda dunia selama lebih dari 2 tahun. Kondisi yang sangat tidak menyenangkan. Beberapa waktu lalu, ada sebuah kisah menarik dari salah seorang artis yang positif Covid-19. Pada waktu itu Covid sedang tingg tingginya di Indonesia, yaitu sekitar bulan Juni-Juli 2021. Pada saat terkena virus ini, artis ini harus menderita kondisi kritis dan bahkan nyawanya terancam. Dia adalah seorang pria,<em> single parent</em> dengan seorang anak yang sudah masuk usia remaja. Menariknya adalah, ketika sang ayah ini kritis, sang anak yang negatif Covid-19, yang seharusnya tidak boleh bersentuhan dengan ayahnya, rela untuk terkena virus ini demi sang ayah. Bahkan dalam satu wawancara, sang anak berkata sesuatu hal, yang jika saya simpulkan, dia berkata, “Saya rela mati demi Papa! Tidak apa-apa saya positif Covid-19, yang penting bisa menolong Papa!”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/berani-mati-untuk-tuhan-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Pandemi Covid-19 sudah melanda dunia selama lebih dari 2 tahun. Kondisi yang sangat tidak menyenangkan. Beberapa waktu lalu, ada sebuah kisah menarik dari salah seorang artis yang positif Covid-19. Pada waktu itu Covid sedang tingg tingginya di Indonesia, yaitu sekitar bulan Juni-Juli 2021. Pada saat terkena virus ini, artis ini harus menderita kondisi kritis dan bahkan nyawanya terancam. Dia adalah seorang pria,<em> single parent</em> dengan seorang anak yang sudah masuk usia remaja. Menariknya adalah, ketika sang ayah ini kritis, sang anak yang negatif Covid-19, yang seharusnya tidak boleh bersentuhan dengan ayahnya, rela untuk terkena virus ini demi sang ayah. Bahkan dalam satu wawancara, sang anak berkata sesuatu hal, yang jika saya simpulkan, dia berkata, “Saya rela mati demi Papa! Tidak apa-apa saya positif Covid-19, yang penting bisa menolong Papa!”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/berani-mati-untuk-tuhan-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Bersyukur Sejak Kecil 2023-07-12T17:56:48+07:00 2023-07-12T17:56:48+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/bersyukur-sejak-kecil Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu (1 Tesalonika 5:18).</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/bersyukur-sejak-kecil" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu (1 Tesalonika 5:18).</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/bersyukur-sejak-kecil" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Mendidik Anak Sebagai Murid Yesus 2023-07-11T20:10:05+07:00 2023-07-11T20:10:05+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mendidik-anak-sebagai-murid-yesus Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Saat ini kita hidup dalam generasi yang krisis teladan, terlebih lagi kalau kita melihat generasi anak-anak yang ada saat ini, dan kalau kita harus mempersempitnya, kita ini juga merupakan bagian dari generasi tersebut. Sehingga kita membutuhkan pribadi-pribadi yang tidak hanya tahu banyak teori tentang kekristenan, tapi yang juga berani berjuang untuk hidup sesuai dengan kebenaran.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mendidik-anak-sebagai-murid-yesus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Saat ini kita hidup dalam generasi yang krisis teladan, terlebih lagi kalau kita melihat generasi anak-anak yang ada saat ini, dan kalau kita harus mempersempitnya, kita ini juga merupakan bagian dari generasi tersebut. Sehingga kita membutuhkan pribadi-pribadi yang tidak hanya tahu banyak teori tentang kekristenan, tapi yang juga berani berjuang untuk hidup sesuai dengan kebenaran.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mendidik-anak-sebagai-murid-yesus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Budaya Mianzi dan Guanzi dalam Gereja 2023-02-24T20:57:30+07:00 2023-02-24T20:57:30+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/budaya-mianzi-dan-guanzi-dalam-gereja Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Untuk memahami perilaku individu atau sekelompok masyarakat, terlebih dahulu kita perlu memahami budaya yang hidup dalam kelompok masyarakat tersebut. <em>Culture: The visible behaviors and invisible values and beliefs that are unique for each society. These value systems are deeply rooted in the society and passed from generation to generation</em> (Solomon dan Schell, 2009, 20). Jadi budaya mencakup perilaku yang terlihat, nilai-nilai yang tak kasat mata, dan kepercayaan tertentu, yang telah mengakar dalam masyarakat dari generasi ke generasi.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/budaya-mianzi-dan-guanzi-dalam-gereja" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Untuk memahami perilaku individu atau sekelompok masyarakat, terlebih dahulu kita perlu memahami budaya yang hidup dalam kelompok masyarakat tersebut. <em>Culture: The visible behaviors and invisible values and beliefs that are unique for each society. These value systems are deeply rooted in the society and passed from generation to generation</em> (Solomon dan Schell, 2009, 20). Jadi budaya mencakup perilaku yang terlihat, nilai-nilai yang tak kasat mata, dan kepercayaan tertentu, yang telah mengakar dalam masyarakat dari generasi ke generasi.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/budaya-mianzi-dan-guanzi-dalam-gereja" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Aku Sebal, Kenapa Aku Harus Mengasihi Mereka? 2023-02-24T16:24:25+07:00 2023-02-24T16:24:25+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/aku-sebal-kenapa-aku-harus-mengasihi-mereka Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Apakah kita pernah kecewa? Jelas, semua orang pernah kecewa. Biasanya, orang yang paling mengecewakan kita adalah orang yang paling kita sayangi atau paling dekat dengan kita. Namun, tidak tertutup kemungkinan, semua orang berpotensi mengecewakan kita. Kekecewaan ini tidak boleh berlarut-larut dalam diri kita. Kita perlu berdamai dan memulihkan kekecewaan kita. Hal mendasar yang perlu dilakukan ialah mengasihi mereka yang mengecewakan kita. Mengasihi itu tidak mudah. Seseorang yang mengasihi berarti ia berhasil mengalahkan egonya. Mengasihi diawali dengan menerima orang lain dan mengampuni mereka sekaligus. Kita tidak lagi mengingat apa yang telah mereka perbuat. Gagasan ini tentu menghapus hal yang biasa kita dengar, bahwa kita mengampuni, namun tetap mengingat kesalahan mereka yang membuat kita kecewa.</p> <p style="text-align: justify;">Dari mana kekuatan kita mengasihi mereka? Mengasihi tidak muncul dengan sendirinya atau bersumber dari keinginan kita, melainkan dari keteladanan Allah. Dalam 1Yohanes 4: 19 tertulis, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” Teks ini mengingatkan kita, bahwa kita sudah menerima kasih Allah. Kasih itulah yang kita teruskan kepada orang lain. Kasih Allah itu begitu sempurna dan tidak bisa digantikan manusia. Penerusan ini dilakukan di semua aspek dan di mana pun kita berada. Hal ini memang tidak mudah, tetapi kita dipanggil untuk melakukannya. Lantas, bagaimana kita bisa melakukannya? Saya menguraikannya dalam beberapa pokok besar:</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Mengasihi Itu Butuh Proses </strong></p> <p style="text-align: justify;">Saya bisa memahami, bahwa mengasihi itu tidak mudah, apalagi bagi kita yang masih remaja, yang belum bisa mengatasi dan mengelola ego. Meski demikian, hal ini tidak bisa menjadi alasan kita terus terbenam tidak mengasihi. Oleh karenanya, saya mengusulkan gagasan, bahwa mengasihi itu butuh proses. Mengapa disebut proses? Kita sering mendengar, bahwa tidak ada yang instan. Kita tentu sering memasak mie instan. Nah, untuk memasak mie instan saja, kita membutuhkan waktu atau proses memasak. Apalagi, bila hal ini diterapkan dalam hal mengasihi orang lain, jelas membutuhkan proses yang lebih panjang dibandingkan memasak mie instan.</p> <p style="text-align: justify;">Bagaimana proses mengasihi? Yang pertama, kita perlu menyadari sumber kasih itu sendiri. Sumber kasih itu tidak lain, mengarah kepada Allah. Allah adalah kasih. Dari Dialah kasih itu ada dan berasal. Kita memohon tuntunan dari Allah, agar kita memperoleh kasih itu dan dapat membagikannya pada semua orang, termasuk orang yang tidak kita sukai atau membuat kita sebal. Yang kedua, kita perlu mengasihi, bukan karena apa yang orang perbuat kepada kita, melainkan belajar dari kasih Allah itu. Allah mengasihi semua orang tanpa terkecuali, apapun keberadaan orang tersebut. Meski orang itu mengecewakan dan membuat kita sebal, kita tetap harus mengasihi mereka dengan sepenuh hati.</p> <p style="text-align: justify;">Saya menyadari, sebagai sebuah proses, kita tentu tidak akan langsung berhasil mengasihi. Butuh keberanian untuk terus mencoba dan mengupayakan. Ada orang yang sudah lama mengetahui seruan mengasihi, bahkan sejak di sekolah minggu, tetapi masih saja susah mengasihi hingga ia dewasa. Agar tidak terlarut begitu lama, kita perlu menyadari dengan keteguhan, bahwa mengasihi tidak dapat dilakukan dengan kekuatan manusia semata, melainkan kita perlu meletakkannya pada sumber kasih itu sendiri, yaitu Allah. Tanpa itu, manusia tidak akan pernah mampu mengasihi dalam waktu panjang, apalagi bila yang ia kasihi sudah membuatnya sebal dan marah.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Mengasihi Itu Tanpa Syarat</strong></p> <p style="text-align: justify;">Kasih yang dimiliki dan dilakukan manusia sering bersifat transaksional. Hal ini berarti kita dapat mengasihi bila orang itu baik dan mengasihi kita. Bila kita melakukannya, apa bedanya kita dengan orang yang tidak mengenal Allah? Allah mengajarkan kita mengasihi siapa saja, tanpa memandang identitas mereka, termasuk hal yang telah mereka perbuat kepada kita. Bukankah kita telah mengenal dan memperoleh kasih Allah dalam kehidupan ini? Maka kita pun diajak untuk mengasihi semua orang tanpa syarat.</p> <p style="text-align: justify;">Kasih tanpa syarat berarti ia tidak lagi memandang siapa mereka, dan apa yang mereka lakukan. Kasih tanpa syarat dilakukan dengan keyakinan penuh, bahwa kita mengasihi semua orang karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Kasih Allah yang tidak terbatas dan berlimpah itu memampukan kita membagikannya pada semua orang. Semua dilakukan, agar mereka turut merasakan betapa besar dan dalam kasih Allah kepada kita. Dengan demikian, mereka bisa merasakan dan mencari, siapa dan di mana sumber kasih itu.</p> <p style="text-align: justify;">Pengenalan mereka akan kasih Allah ini membuat mereka menemukan keyakinan, bahwa manusia tidak bisa lepas dari Allah, dan manusia tidak bisa hidup dalam kasih jika jauh dari Allah, sumber kasih itu. Hal ini disebabkan kasih manusia itu bersifat terbatas dan tidak akan pernah bertahan lama, penuh syarat transaksional. Ia membutuhkan Allah agar kasih itu terpancar dalam segenap hidupnya, dan terbagikan ke orang sekitarnya secara penuh dan utuh.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Mengasihi itu Tiada Henti</strong>&nbsp;</p> <p style="text-align: justify;">Mengasihi sering terhenti di titik melukai hati. Bila ukuran ini kita pakai, lalu bagaimana dengan kasih Allah? Allah hadir dalam rupa manusia melalui diri Yesus. Ia yang tidak berdosa harus menderita dan mati di kayu salib. Ia rela melakukannya karena ia sungguh mengasihi semua manusia, tiada henti. Pengorbanan-Nya tidak berujung pada waktu tertentu, melainkan berlaku di sepanjang waktu, bahkan hingga akhir zaman.</p> <p style="text-align: justify;">Kasih tidak memandang waktu. Ia terus bekerja dan terselenggara. Jika manusia berhenti mengasihi, justru di sinilah manusia kehilangan makna sumber kasih itu.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Perwujudan Kasih </strong></p> <p style="text-align: justify;">Masalahnya, kasih seperti apa yang terus dilakukan? 1Korintus 13: 4-7 mengingatkan dan tertulis demikian, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”</p> <p style="text-align: justify;">Dari ayat-ayat ini, kita sudah memperoleh gambaran utuh dan nyata tentang bagaimana mengasihi. Kasih diwujudkan bukan sebagai tindakan transaksional, melainkan semata berdiri dan berawal dari sumber kasih, yaitu Allah itu sendiri. Sanggupkah kita melakukannya? Kita bisa berkelit bahwa manusia terbatas, tetapi bila kita berpegang teguh pada Allah, maka kasih itu akan terselenggara kepada semua orang. Kita tidak lagi melihat siapa yang kita kasihi, tetapi kita terus mengingat alasan kita mengasihi mereka. Tidak lain, karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita, dan kita rindu membagikan kasih itu pada semua orang.</p> <p style="text-align: justify;">Pada akhirnya, saya ucapkan, selamat mengasihi! Tuhan memberkati dan memampukan kita semua! Amin.</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Apakah kita pernah kecewa? Jelas, semua orang pernah kecewa. Biasanya, orang yang paling mengecewakan kita adalah orang yang paling kita sayangi atau paling dekat dengan kita. Namun, tidak tertutup kemungkinan, semua orang berpotensi mengecewakan kita. Kekecewaan ini tidak boleh berlarut-larut dalam diri kita. Kita perlu berdamai dan memulihkan kekecewaan kita. Hal mendasar yang perlu dilakukan ialah mengasihi mereka yang mengecewakan kita. Mengasihi itu tidak mudah. Seseorang yang mengasihi berarti ia berhasil mengalahkan egonya. Mengasihi diawali dengan menerima orang lain dan mengampuni mereka sekaligus. Kita tidak lagi mengingat apa yang telah mereka perbuat. Gagasan ini tentu menghapus hal yang biasa kita dengar, bahwa kita mengampuni, namun tetap mengingat kesalahan mereka yang membuat kita kecewa.</p> <p style="text-align: justify;">Dari mana kekuatan kita mengasihi mereka? Mengasihi tidak muncul dengan sendirinya atau bersumber dari keinginan kita, melainkan dari keteladanan Allah. Dalam 1Yohanes 4: 19 tertulis, “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.” Teks ini mengingatkan kita, bahwa kita sudah menerima kasih Allah. Kasih itulah yang kita teruskan kepada orang lain. Kasih Allah itu begitu sempurna dan tidak bisa digantikan manusia. Penerusan ini dilakukan di semua aspek dan di mana pun kita berada. Hal ini memang tidak mudah, tetapi kita dipanggil untuk melakukannya. Lantas, bagaimana kita bisa melakukannya? Saya menguraikannya dalam beberapa pokok besar:</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Mengasihi Itu Butuh Proses </strong></p> <p style="text-align: justify;">Saya bisa memahami, bahwa mengasihi itu tidak mudah, apalagi bagi kita yang masih remaja, yang belum bisa mengatasi dan mengelola ego. Meski demikian, hal ini tidak bisa menjadi alasan kita terus terbenam tidak mengasihi. Oleh karenanya, saya mengusulkan gagasan, bahwa mengasihi itu butuh proses. Mengapa disebut proses? Kita sering mendengar, bahwa tidak ada yang instan. Kita tentu sering memasak mie instan. Nah, untuk memasak mie instan saja, kita membutuhkan waktu atau proses memasak. Apalagi, bila hal ini diterapkan dalam hal mengasihi orang lain, jelas membutuhkan proses yang lebih panjang dibandingkan memasak mie instan.</p> <p style="text-align: justify;">Bagaimana proses mengasihi? Yang pertama, kita perlu menyadari sumber kasih itu sendiri. Sumber kasih itu tidak lain, mengarah kepada Allah. Allah adalah kasih. Dari Dialah kasih itu ada dan berasal. Kita memohon tuntunan dari Allah, agar kita memperoleh kasih itu dan dapat membagikannya pada semua orang, termasuk orang yang tidak kita sukai atau membuat kita sebal. Yang kedua, kita perlu mengasihi, bukan karena apa yang orang perbuat kepada kita, melainkan belajar dari kasih Allah itu. Allah mengasihi semua orang tanpa terkecuali, apapun keberadaan orang tersebut. Meski orang itu mengecewakan dan membuat kita sebal, kita tetap harus mengasihi mereka dengan sepenuh hati.</p> <p style="text-align: justify;">Saya menyadari, sebagai sebuah proses, kita tentu tidak akan langsung berhasil mengasihi. Butuh keberanian untuk terus mencoba dan mengupayakan. Ada orang yang sudah lama mengetahui seruan mengasihi, bahkan sejak di sekolah minggu, tetapi masih saja susah mengasihi hingga ia dewasa. Agar tidak terlarut begitu lama, kita perlu menyadari dengan keteguhan, bahwa mengasihi tidak dapat dilakukan dengan kekuatan manusia semata, melainkan kita perlu meletakkannya pada sumber kasih itu sendiri, yaitu Allah. Tanpa itu, manusia tidak akan pernah mampu mengasihi dalam waktu panjang, apalagi bila yang ia kasihi sudah membuatnya sebal dan marah.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Mengasihi Itu Tanpa Syarat</strong></p> <p style="text-align: justify;">Kasih yang dimiliki dan dilakukan manusia sering bersifat transaksional. Hal ini berarti kita dapat mengasihi bila orang itu baik dan mengasihi kita. Bila kita melakukannya, apa bedanya kita dengan orang yang tidak mengenal Allah? Allah mengajarkan kita mengasihi siapa saja, tanpa memandang identitas mereka, termasuk hal yang telah mereka perbuat kepada kita. Bukankah kita telah mengenal dan memperoleh kasih Allah dalam kehidupan ini? Maka kita pun diajak untuk mengasihi semua orang tanpa syarat.</p> <p style="text-align: justify;">Kasih tanpa syarat berarti ia tidak lagi memandang siapa mereka, dan apa yang mereka lakukan. Kasih tanpa syarat dilakukan dengan keyakinan penuh, bahwa kita mengasihi semua orang karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Kasih Allah yang tidak terbatas dan berlimpah itu memampukan kita membagikannya pada semua orang. Semua dilakukan, agar mereka turut merasakan betapa besar dan dalam kasih Allah kepada kita. Dengan demikian, mereka bisa merasakan dan mencari, siapa dan di mana sumber kasih itu.</p> <p style="text-align: justify;">Pengenalan mereka akan kasih Allah ini membuat mereka menemukan keyakinan, bahwa manusia tidak bisa lepas dari Allah, dan manusia tidak bisa hidup dalam kasih jika jauh dari Allah, sumber kasih itu. Hal ini disebabkan kasih manusia itu bersifat terbatas dan tidak akan pernah bertahan lama, penuh syarat transaksional. Ia membutuhkan Allah agar kasih itu terpancar dalam segenap hidupnya, dan terbagikan ke orang sekitarnya secara penuh dan utuh.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Mengasihi itu Tiada Henti</strong>&nbsp;</p> <p style="text-align: justify;">Mengasihi sering terhenti di titik melukai hati. Bila ukuran ini kita pakai, lalu bagaimana dengan kasih Allah? Allah hadir dalam rupa manusia melalui diri Yesus. Ia yang tidak berdosa harus menderita dan mati di kayu salib. Ia rela melakukannya karena ia sungguh mengasihi semua manusia, tiada henti. Pengorbanan-Nya tidak berujung pada waktu tertentu, melainkan berlaku di sepanjang waktu, bahkan hingga akhir zaman.</p> <p style="text-align: justify;">Kasih tidak memandang waktu. Ia terus bekerja dan terselenggara. Jika manusia berhenti mengasihi, justru di sinilah manusia kehilangan makna sumber kasih itu.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Perwujudan Kasih </strong></p> <p style="text-align: justify;">Masalahnya, kasih seperti apa yang terus dilakukan? 1Korintus 13: 4-7 mengingatkan dan tertulis demikian, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”</p> <p style="text-align: justify;">Dari ayat-ayat ini, kita sudah memperoleh gambaran utuh dan nyata tentang bagaimana mengasihi. Kasih diwujudkan bukan sebagai tindakan transaksional, melainkan semata berdiri dan berawal dari sumber kasih, yaitu Allah itu sendiri. Sanggupkah kita melakukannya? Kita bisa berkelit bahwa manusia terbatas, tetapi bila kita berpegang teguh pada Allah, maka kasih itu akan terselenggara kepada semua orang. Kita tidak lagi melihat siapa yang kita kasihi, tetapi kita terus mengingat alasan kita mengasihi mereka. Tidak lain, karena Allah terlebih dahulu mengasihi kita, dan kita rindu membagikan kasih itu pada semua orang.</p> <p style="text-align: justify;">Pada akhirnya, saya ucapkan, selamat mengasihi! Tuhan memberkati dan memampukan kita semua! Amin.</p> Charger Kasih 2023-02-24T16:13:22+07:00 2023-02-24T16:13:22+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/charger-kasih Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>“Let love be without hypocrisy. Abhor what is evil; cling to what is good”</em></p> <p style="text-align: center;">Roma 12:9</p> <p style="text-align: justify;">Bagi anak muda, menjalin relasi romantis merupakan sebuah kebutuhan. Hal ini tidak dapat dipungkiri, karena memang itulah yang utama dalam fase hidup mereka. Menurut teori Erik Erikson terkait perkembangan manusia, fase anak muda (18-35 tahun), kebutuhan utama mereka adalah keintiman (<em>intimacy</em>), yang jika tidak dipenuhi akan mengakibatkan isolasi (<em>isolation</em>). Anak muda membutuhkan ruang untuk bercerita, berbagi pergumulan, tempat bersandar, dan juga saling mendukung. Hal ini bisa dipenuhi oleh keluarga dan sahabat, tetapi salah satu yang utama pada fase ini adalah dari relasi romantis dengan lawan jenis.</p> <p style="text-align: justify;">Ada begitu banyak cara anak muda menjalin relasi dengan lawan jenis. Ada yang bertemu dengan lawan jenis dan menjalin relasi dengan teman sekolah, teman kuliah, teman kantor, teman nongkrong, teman gereja, dan salah satu hal yang baru di era sekarang adalah teman <em>online.</em></p> <p style="text-align: justify;">Ada begitu banyak aplikasi yang membantu seseorang untuk dapat berkenalan dengan lawan jenis. Kita perlu mensyukuri teknologi sebagai sebuah anugerah Tuhan yang dapat menolong seseorang untuk bertemu, bahkan menjalin hubungan dengan pasangannya, melalui pertemanan<em> online</em>. Namun jika tidak waspada, anugerah tersebut dapat berubah menjadi kutuk. Ada begitu banyak fenomena teman online yang mengkhawatirkan. Orang ingin memberikan impresi yang baik, sehingga sering kali menghalalkan segala cara. Salah satunya, mengubah foto profil menjadi seseorang yang bukan dirinya, dengan tujuan memperlihatkan bahwa dirinya ganteng atau cantik, sehingga orang tertarik. Ada juga yang mengaku orang kaya, lulusan universitas terkenal, dan berpura-pura baik, padahal sejatinya itu bukanlah dirinya. Ketika sudah bertemu secara langsung dan menjalin relasi lebih dekat, barulah ketahuan, bahwa itu semua hanyalah tipuan.</p> <p style="text-align: justify;">Paulus memperingatkan kepada jemaat Roma, hendaklah kasih jangan berpura-pura. Kata berpura-pura dalam bahasa inggris menggunakan kata <em>hypocrisy,</em> yang berarti munafik. Bahkan jika ditelaah lebih dalam lagi dalam bahasa aslinya, kata tersebut menunjukkan seseorang yang memakai topeng dalam sebuah panggung sandiwara. Berusaha menunjukkan sesuatu yang baik, padahal itu bukan dirinya yang asli. Nyatanya ada begitu banyak fenomena yang menunjukkan hal seperti ini. Ada orang yang berpura-pura baik, mencari keuntungan untuk dirinya sendiri, tidak mau kesepian, dan masih banyak hal lain, yang menunjukkan cinta yang tak tulus.</p> <p style="text-align: justify;">Lalu, bagaimana supaya kita tidak jatuh ke dalam kasih yang berpura-pura (munafik)? Jawabannya sederhana. <strong>Cinta sejati lahir dari orang yang pernah mengalami cinta sejat</strong>i. Kata kunci dalam kalimat tersebut adalah <strong>yang pernah mengalami.</strong> Ada sebuah istilah yang menarik, yaitu di dalam diri kita ada tangki cinta yang perlu diisi. Pengalaman pernah dikasihi membuat tangki cinta kita dapat terisi dengan baik, sehingga menjadi modal kita untuk dapat mengasihi orang lain dengan lebih baik lagi. Jika seseorang tidak pernah merasa dikasihi, tangki cinta tersebut menjadi kosong, sehingga tentu saja dia akan kesulitan mengasihi orang lain dengan kasih yang benar. Jika demikian, bagaimana cara mengisi tangki cinta tersebut?</p> <p style="text-align: justify;">Tangki cinta bisa diisi pertama dan terutama oleh Tuhan. Dalam surat Roma, sebelum menyatakan bahwa kasih janganlah berpura-pura, pada pasal 1-11, Paulus menyatakan betapa besar kasih Tuhan kepada umat manusia, yang menyelamatkan manusia dari kematian kekal. Maka pada pasal 12 ayat pertama, Paulus menyerukan agar umat percaya yang telah mengalami kasih Allah dapat mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup dan berkenan kepada Allah. Allah adalah kasih, dan Allah telah menunjukannya dengan memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup yang kekal. Bukan hanya itu, seluruh Firman Tuhan, jika disimpulkan secara sederhana, hal yang terutama adalah kasih. Jadi, jika ingin tangki cinta kita penuh dengan cinta yang benar, maka kita perlu mengisinya dengan kasih Tuhan, yang bisa kita dapatkan melalui hubungan personal dengan Tuhan dan Firman-Nya. Hal ini menjadi sebuah hal yang mutlak perlu kita miliki, untuk dapat membangun relasi cinta yang sejati.</p> <p style="text-align: justify;">Tangki cinta juga dapat diisi, bukan hanya oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia, terutama dari figur signifikan, seperti keluarga. Anak yang hidup di tengah keluarga yang penuh dengan kasih akan memiliki modal yang lebih untuk dapat mengasihi orang lain. Dia akan lebih bertumbuh menjadi anak yang penyayang, lembut, penuh empati, dan juga dapat mengasihi lebih baik. Sedangkan anak yang tumbuh di tengah keluarga yang kurang kasih sayang, sering diabaikan, <em>abusive,</em> kasar, suka memukul, akan jauh lebih sulit untuk mengasihi orang lain dengan baik. Ada begitu banyak dampak yang ditimbulkan, seperti memiliki <em>trust issue, insecure,</em> keras, sulit berempati, bahkan banyak juga yang <em>abusive</em>. Orang yang tangki cintanya kosong, akan cenderung menjadi pribadi yang haus akan cinta, dan mencari cinta di mana saja, yang bisa dia temukan. Jika tidak diwaspadai, dia dapat jatuh pada bualan atau rayuan gombal dari orang lain, yang membawanya pada hubungan yang rusak. Ada istilah “orang yang lapar akan cenderung lebih mudah untuk jajan sembarangan”. Hal ini dilakukan karena dia butuh diisi, sehingga menginginkan sesuatu yang bisa memenuhi dirinya, tidak peduli apakah itu baik atau tidak, yang penting dirinya terisi. Misalnya, dia melihat orang menjual gorengan, tak peduli itu sehat atau tidak, dia akan tergoda untuk membelinya, karena sudah sangat lapar. Hal itulah yang terjadi pada orang yang lapar akan cinta. Dia butuh seseorang yang dapat mencintainya, tak peduli orang itu baik atau tidak. Hal inilah yang perlu diwaspadai dalam hal pemenuhan tangki cinta oleh manusia. Pemenuhan tangki cinta oleh manusia yang benar dapat menolong seseorang untuk memiliki relasi yang semakin baik di kemudian hari.</p> <p style="text-align: justify;">Hati itu laksana <em>handphone</em> yang butuh di<em>-charge</em>, seperti gambar ini. Jika tidak memiliki daya yang cukup, maka dia tidak dapat berfungsi dengan baik. Hati kita bisa diisi dengan kasih Tuhan dan kasih manusia. Memang kasih manusia itu juga penting, tetapi jika kita tidak mendapatkan kasih yang ideal dari manusia, kasih Tuhan mampu untuk memperbaiki dan mengisi hati kita dengan jauh lebih mendalam. Kasih Tuhan adalah kasih yang sejati, sempurna, dan ideal untuk memenuhi hati kita. Maka kita perlu terus membangun relasi yang intim, terutama dengan Tuhan, dan dengan orang-orang sekitar kita, sehingga itu menjadi sumber kekuatan bagi kita, untuk dapat mengasihi orang lain dengan lebih baik.</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>“Let love be without hypocrisy. Abhor what is evil; cling to what is good”</em></p> <p style="text-align: center;">Roma 12:9</p> <p style="text-align: justify;">Bagi anak muda, menjalin relasi romantis merupakan sebuah kebutuhan. Hal ini tidak dapat dipungkiri, karena memang itulah yang utama dalam fase hidup mereka. Menurut teori Erik Erikson terkait perkembangan manusia, fase anak muda (18-35 tahun), kebutuhan utama mereka adalah keintiman (<em>intimacy</em>), yang jika tidak dipenuhi akan mengakibatkan isolasi (<em>isolation</em>). Anak muda membutuhkan ruang untuk bercerita, berbagi pergumulan, tempat bersandar, dan juga saling mendukung. Hal ini bisa dipenuhi oleh keluarga dan sahabat, tetapi salah satu yang utama pada fase ini adalah dari relasi romantis dengan lawan jenis.</p> <p style="text-align: justify;">Ada begitu banyak cara anak muda menjalin relasi dengan lawan jenis. Ada yang bertemu dengan lawan jenis dan menjalin relasi dengan teman sekolah, teman kuliah, teman kantor, teman nongkrong, teman gereja, dan salah satu hal yang baru di era sekarang adalah teman <em>online.</em></p> <p style="text-align: justify;">Ada begitu banyak aplikasi yang membantu seseorang untuk dapat berkenalan dengan lawan jenis. Kita perlu mensyukuri teknologi sebagai sebuah anugerah Tuhan yang dapat menolong seseorang untuk bertemu, bahkan menjalin hubungan dengan pasangannya, melalui pertemanan<em> online</em>. Namun jika tidak waspada, anugerah tersebut dapat berubah menjadi kutuk. Ada begitu banyak fenomena teman online yang mengkhawatirkan. Orang ingin memberikan impresi yang baik, sehingga sering kali menghalalkan segala cara. Salah satunya, mengubah foto profil menjadi seseorang yang bukan dirinya, dengan tujuan memperlihatkan bahwa dirinya ganteng atau cantik, sehingga orang tertarik. Ada juga yang mengaku orang kaya, lulusan universitas terkenal, dan berpura-pura baik, padahal sejatinya itu bukanlah dirinya. Ketika sudah bertemu secara langsung dan menjalin relasi lebih dekat, barulah ketahuan, bahwa itu semua hanyalah tipuan.</p> <p style="text-align: justify;">Paulus memperingatkan kepada jemaat Roma, hendaklah kasih jangan berpura-pura. Kata berpura-pura dalam bahasa inggris menggunakan kata <em>hypocrisy,</em> yang berarti munafik. Bahkan jika ditelaah lebih dalam lagi dalam bahasa aslinya, kata tersebut menunjukkan seseorang yang memakai topeng dalam sebuah panggung sandiwara. Berusaha menunjukkan sesuatu yang baik, padahal itu bukan dirinya yang asli. Nyatanya ada begitu banyak fenomena yang menunjukkan hal seperti ini. Ada orang yang berpura-pura baik, mencari keuntungan untuk dirinya sendiri, tidak mau kesepian, dan masih banyak hal lain, yang menunjukkan cinta yang tak tulus.</p> <p style="text-align: justify;">Lalu, bagaimana supaya kita tidak jatuh ke dalam kasih yang berpura-pura (munafik)? Jawabannya sederhana. <strong>Cinta sejati lahir dari orang yang pernah mengalami cinta sejat</strong>i. Kata kunci dalam kalimat tersebut adalah <strong>yang pernah mengalami.</strong> Ada sebuah istilah yang menarik, yaitu di dalam diri kita ada tangki cinta yang perlu diisi. Pengalaman pernah dikasihi membuat tangki cinta kita dapat terisi dengan baik, sehingga menjadi modal kita untuk dapat mengasihi orang lain dengan lebih baik lagi. Jika seseorang tidak pernah merasa dikasihi, tangki cinta tersebut menjadi kosong, sehingga tentu saja dia akan kesulitan mengasihi orang lain dengan kasih yang benar. Jika demikian, bagaimana cara mengisi tangki cinta tersebut?</p> <p style="text-align: justify;">Tangki cinta bisa diisi pertama dan terutama oleh Tuhan. Dalam surat Roma, sebelum menyatakan bahwa kasih janganlah berpura-pura, pada pasal 1-11, Paulus menyatakan betapa besar kasih Tuhan kepada umat manusia, yang menyelamatkan manusia dari kematian kekal. Maka pada pasal 12 ayat pertama, Paulus menyerukan agar umat percaya yang telah mengalami kasih Allah dapat mempersembahkan tubuh sebagai persembahan yang hidup dan berkenan kepada Allah. Allah adalah kasih, dan Allah telah menunjukannya dengan memberikan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya memperoleh hidup yang kekal. Bukan hanya itu, seluruh Firman Tuhan, jika disimpulkan secara sederhana, hal yang terutama adalah kasih. Jadi, jika ingin tangki cinta kita penuh dengan cinta yang benar, maka kita perlu mengisinya dengan kasih Tuhan, yang bisa kita dapatkan melalui hubungan personal dengan Tuhan dan Firman-Nya. Hal ini menjadi sebuah hal yang mutlak perlu kita miliki, untuk dapat membangun relasi cinta yang sejati.</p> <p style="text-align: justify;">Tangki cinta juga dapat diisi, bukan hanya oleh Tuhan, tetapi juga oleh manusia, terutama dari figur signifikan, seperti keluarga. Anak yang hidup di tengah keluarga yang penuh dengan kasih akan memiliki modal yang lebih untuk dapat mengasihi orang lain. Dia akan lebih bertumbuh menjadi anak yang penyayang, lembut, penuh empati, dan juga dapat mengasihi lebih baik. Sedangkan anak yang tumbuh di tengah keluarga yang kurang kasih sayang, sering diabaikan, <em>abusive,</em> kasar, suka memukul, akan jauh lebih sulit untuk mengasihi orang lain dengan baik. Ada begitu banyak dampak yang ditimbulkan, seperti memiliki <em>trust issue, insecure,</em> keras, sulit berempati, bahkan banyak juga yang <em>abusive</em>. Orang yang tangki cintanya kosong, akan cenderung menjadi pribadi yang haus akan cinta, dan mencari cinta di mana saja, yang bisa dia temukan. Jika tidak diwaspadai, dia dapat jatuh pada bualan atau rayuan gombal dari orang lain, yang membawanya pada hubungan yang rusak. Ada istilah “orang yang lapar akan cenderung lebih mudah untuk jajan sembarangan”. Hal ini dilakukan karena dia butuh diisi, sehingga menginginkan sesuatu yang bisa memenuhi dirinya, tidak peduli apakah itu baik atau tidak, yang penting dirinya terisi. Misalnya, dia melihat orang menjual gorengan, tak peduli itu sehat atau tidak, dia akan tergoda untuk membelinya, karena sudah sangat lapar. Hal itulah yang terjadi pada orang yang lapar akan cinta. Dia butuh seseorang yang dapat mencintainya, tak peduli orang itu baik atau tidak. Hal inilah yang perlu diwaspadai dalam hal pemenuhan tangki cinta oleh manusia. Pemenuhan tangki cinta oleh manusia yang benar dapat menolong seseorang untuk memiliki relasi yang semakin baik di kemudian hari.</p> <p style="text-align: justify;">Hati itu laksana <em>handphone</em> yang butuh di<em>-charge</em>, seperti gambar ini. Jika tidak memiliki daya yang cukup, maka dia tidak dapat berfungsi dengan baik. Hati kita bisa diisi dengan kasih Tuhan dan kasih manusia. Memang kasih manusia itu juga penting, tetapi jika kita tidak mendapatkan kasih yang ideal dari manusia, kasih Tuhan mampu untuk memperbaiki dan mengisi hati kita dengan jauh lebih mendalam. Kasih Tuhan adalah kasih yang sejati, sempurna, dan ideal untuk memenuhi hati kita. Maka kita perlu terus membangun relasi yang intim, terutama dengan Tuhan, dan dengan orang-orang sekitar kita, sehingga itu menjadi sumber kekuatan bagi kita, untuk dapat mengasihi orang lain dengan lebih baik.</p> MENGASIHI SEPENUH HATI, DIMULAI DARI DIRI SENDIRI 2023-02-24T15:26:18+07:00 2023-02-24T15:26:18+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mengasihi-sepenuh-hati-dimulai-dari-diri-sendiri-2 Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Alangkah indahnya dunia ini jika dipenuhi dengan kasih. Bagaikan taman yang dipenuhi bunga-bunga dengan warna-warni yang indah, demikian juga indahnya dunia yang dipenuhi dengan orang-orang yang penuh cinta. Tetapi, bagaimana menggapainya?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mengasihi-sepenuh-hati-dimulai-dari-diri-sendiri-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Alangkah indahnya dunia ini jika dipenuhi dengan kasih. Bagaikan taman yang dipenuhi bunga-bunga dengan warna-warni yang indah, demikian juga indahnya dunia yang dipenuhi dengan orang-orang yang penuh cinta. Tetapi, bagaimana menggapainya?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mengasihi-sepenuh-hati-dimulai-dari-diri-sendiri-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Love God and Do as You Please: Kasihi Tuhan dan Lakukan Apa pun yang Kamu Suka 2023-02-24T15:26:13+07:00 2023-02-24T15:26:13+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mengasihi-sepenuh-hati-dimulai-dari-diri-sendiri Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><em>“Hadeuh, dua hari ini bolong baca Alkitab. Gagal deh mematuhi hukum-Nya. Ampun Tuhan, saya jangan dihukum, nanti saya kehilangan berkat untuk bulan ini! Hari Minggu nanti saya akan lebih khusyuk menaikkan doa pengampunan dosa!”</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mengasihi-sepenuh-hati-dimulai-dari-diri-sendiri" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><em>“Hadeuh, dua hari ini bolong baca Alkitab. Gagal deh mematuhi hukum-Nya. Ampun Tuhan, saya jangan dihukum, nanti saya kehilangan berkat untuk bulan ini! Hari Minggu nanti saya akan lebih khusyuk menaikkan doa pengampunan dosa!”</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mengasihi-sepenuh-hati-dimulai-dari-diri-sendiri" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Love 2023-02-24T14:03:13+07:00 2023-02-24T14:03:13+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/love Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt="Love"></p><p style="text-align: justify;">Pernahkah kita merasa marah, kecewa, sedih, atau terluka karena sikap atau perilaku dari orang yang kita sayangi?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/love" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt="Love"></p><p style="text-align: justify;">Pernahkah kita merasa marah, kecewa, sedih, atau terluka karena sikap atau perilaku dari orang yang kita sayangi?</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/love" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> KASIH YANG BERTINDAK 2023-02-24T13:50:17+07:00 2023-02-24T13:50:17+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kasih-yang-bertindak Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt="KASIH YANG BERTINDAK"></p><p style="text-align: justify;">Dalam Yohanes 15:9-17, ketika akan meninggalkan murid murid-Nya di dunia, Yesus memberikan pesan atau perintah terakhir untuk tinggal di dalam kasih-Nya, untuk memiliki dan menghidupi kasih-Nya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kasih-yang-bertindak" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt="KASIH YANG BERTINDAK"></p><p style="text-align: justify;">Dalam Yohanes 15:9-17, ketika akan meninggalkan murid murid-Nya di dunia, Yesus memberikan pesan atau perintah terakhir untuk tinggal di dalam kasih-Nya, untuk memiliki dan menghidupi kasih-Nya.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kasih-yang-bertindak" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Mengasihi Anak dengan Sepenuh Hati 2023-02-24T12:49:56+07:00 2023-02-24T12:49:56+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mengasihi-anak-dengan-sepenuh-hati Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt="Mengasihi Anak dengan Sepenuh Hati"></p><p style="text-align: justify;">Mengasihi anak dengan sepenuh hati bukan berarti memenuhi setiap permintaan anak, atau tidak pernah memarahi anak sama sekali. Namun yang dimaksud adalah mengasihi anak dengan bijaksana, sama seperti yang diteladankan Tuhan Yesus. Mengasihi dengan total, seperti Tuhan Yesus mengasihi Bapa dan umat manusia.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mengasihi-anak-dengan-sepenuh-hati" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt="Mengasihi Anak dengan Sepenuh Hati"></p><p style="text-align: justify;">Mengasihi anak dengan sepenuh hati bukan berarti memenuhi setiap permintaan anak, atau tidak pernah memarahi anak sama sekali. Namun yang dimaksud adalah mengasihi anak dengan bijaksana, sama seperti yang diteladankan Tuhan Yesus. Mengasihi dengan total, seperti Tuhan Yesus mengasihi Bapa dan umat manusia.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mengasihi-anak-dengan-sepenuh-hati" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> RESPONS ANUGERAH TUHAN 2022-09-21T13:02:44+07:00 2022-09-21T13:02:44+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/meresponi-anugerah-tuhan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p class="NoSpacing1" style="text-align: center;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><span style="font-size: 18.6667px;"><i>1</i></span></span>&nbsp;<em><span style="font-size: 14pt; font-family: 'Times New Roman', serif;">Korintus 15:10</span></em></p> <p class="NoSpacing1" style="text-align: center;"><em><span style="font-size: 14pt; font-family: 'Times New Roman', serif;">"Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku".</span></em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/meresponi-anugerah-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p class="NoSpacing1" style="text-align: center;"><span style="font-family: 'Times New Roman', serif;"><span style="font-size: 18.6667px;"><i>1</i></span></span>&nbsp;<em><span style="font-size: 14pt; font-family: 'Times New Roman', serif;">Korintus 15:10</span></em></p> <p class="NoSpacing1" style="text-align: center;"><em><span style="font-size: 14pt; font-family: 'Times New Roman', serif;">"Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku".</span></em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/meresponi-anugerah-tuhan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Pemimpin yang Menaklukkan Dirinya 2022-09-21T12:55:01+07:00 2022-09-21T12:55:01+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pemimpin-yang-menaklukkan-dirinya Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dalam tulisan terdahulu tentang “Kepemimpinan dalam Kubangan Dosa”, dapat dilihat betapa sulitnya kita melepaskan diri dari dosa yang disebabkan oleh ego yang tertanam kuat di dalam diri kita. Sulit bagi kita untuk menanggalkan ego kita, untuk dapat hidup selaras dengan kehendak Tuhan. Lebih mudah bagi kita untuk menaklukkan orang lain, dibandingkan dengan menaklukkan diri kita sendiri.</p> <p style="text-align: justify;">Akar dari semua ini adalah dosa asal yang diwariskan oleh Adam. “<em>Being</em>”/seluruh eksistensi keberadaan kita sudah dicemari oleh dosa asal. Sering kali kita tidak menyadari, bahwa akar dari permasalahan ego yang ada dalam diri kita bermula dari dosa ini. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika secara eksplisit atau implisit, kita berupaya menolak konsep dosa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Pdt. Daniel Lucas Lukito: “<em><strong>dunia kekinian yang secara diam-diam atau terang-terangan menolak konsep dosa yang biblikal justru menjadi akar dari segala persoalan yang meluas dalam lingkup mental, moral dan sosial</strong></em>.”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pemimpin-yang-menaklukkan-dirinya" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Dalam tulisan terdahulu tentang “Kepemimpinan dalam Kubangan Dosa”, dapat dilihat betapa sulitnya kita melepaskan diri dari dosa yang disebabkan oleh ego yang tertanam kuat di dalam diri kita. Sulit bagi kita untuk menanggalkan ego kita, untuk dapat hidup selaras dengan kehendak Tuhan. Lebih mudah bagi kita untuk menaklukkan orang lain, dibandingkan dengan menaklukkan diri kita sendiri.</p> <p style="text-align: justify;">Akar dari semua ini adalah dosa asal yang diwariskan oleh Adam. “<em>Being</em>”/seluruh eksistensi keberadaan kita sudah dicemari oleh dosa asal. Sering kali kita tidak menyadari, bahwa akar dari permasalahan ego yang ada dalam diri kita bermula dari dosa ini. Oleh sebab itu, tidak mengherankan jika secara eksplisit atau implisit, kita berupaya menolak konsep dosa, sebagaimana yang dikemukakan oleh Pdt. Daniel Lucas Lukito: “<em><strong>dunia kekinian yang secara diam-diam atau terang-terangan menolak konsep dosa yang biblikal justru menjadi akar dari segala persoalan yang meluas dalam lingkup mental, moral dan sosial</strong></em>.”</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/pemimpin-yang-menaklukkan-dirinya" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> MENGENAL GANGGUAN KECEMASAN 2022-09-21T12:47:19+07:00 2022-09-21T12:47:19+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/mengenal-gangguan-kecemasan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Setiap kita pasti pernah merasakan “cemas” atau “khawatir”. Misalnya ketika cuaca mendung, kita cemas apakah akan turun hujan; atau ketika melakukan presentasi di kampus atau di kantor, kita cemas apakah pendengar akan puas dengan presentasi kita; atau ketika anggota keluarga kita belum pulang ke rumah, kita cemas apakah ada kendala di perjalanan, dan lain sebagainya. Apakah hal tersebut normal? Ataukah termasuk gangguan psikologis? Mari kita mengenal lebih jauh apa yang dinamakan sebagai Gangguan Kecemasan (<em>Anxiety Disorder</em>).</p> <p style="text-align: justify;">Ada tujuh gangguan yang termasuk dalam Gangguan Kecemasan:</p> <p style="text-align: justify;"><strong> 1. Gangguan Kecemasan Perpisahan (<em>Separation Anxiety Disorder)</em>,</strong> yaitu kecemasan berlebihan yang tidak semestinya ketika terjadi perpisahan dengan orang atau objek yang memiliki keterikatan dengan individu (ibu, orang tua, pengasuh, lingkungan rumah, pasangan, dsb). Gangguan ini juga bisa dialami oleh hewan peliharaan yang menjadi sangat ketakutan ketika ditinggal oleh majikannya <em>nih</em>!</p> <p style="text-align: justify;"><strong>2. Mutisme Selektif (<em>Selective Mutism</em>),</strong> yaitu ketika anak tidak mau berbicara atau merespons ketika diajak berbicara oleh orang lain dalam situasi sosial. Anak dengan mutisme selektif akan mampu berkomunikasi verbal secara aktif di rumah, tetapi mengalami hambatan di sekolah.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>3. Gangguan Fobia Spesifik (<em>Spesific Phobia Disorder</em>)</strong>, yaitu kecemasan atau ketakutan irasional yang kuat, menetap, dan berlebihan terhadap objek atau situasi, yang dipersepsi individu sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengancam. Fobia atau ketakutan itu bisa terhadap binatang (anjing, kecoa, serangga, dsb.), terhadap kondisi alam (ketinggian, laut, petir, dsb), terhadap cedera atau injeksi darah (suntikan, darah, tes darah, prosedur medis invasif, dsb.), atau terhadap situasi tertentu (ruang tertutup, pesawat terbang, gelap, dsb.).</p> <p style="text-align: justify;"><strong>4. Gangguan Kecemasan Sosial (<em>Social Anxiety Disorder</em>),</strong> atau dahulu sering disebut dengan fobia sosial, adalah kecemasan terhadap situasi sosial atau tampil di depan publik. Ada kekuatiran akan dinilai, dikritik, atau dievaluasi secara negatif oleh orang lain, yang akan membuatnya malu. Situasi sosial ini bisa berupa tempat kerja, lingkungan sekolah atau aktivitas sehari-hari.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>5. Agorafobia (<em>Agoraphobia</em>)</strong>, yaitu kecemasan berlebihan dan menghindari untuk berada di tempat terbuka atau keramaian, di mana diyakini ia akan sulit keluar atau mendapatkan bantuan, jika mengalami gejala panik yang memalukan di tempat atau situasi tersebut.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>6. Gangguan Panik (<em>Panic Disorder</em>),</strong> yaitu gelombang rasa takut yang intens dan hebat, terjadi tibatiba dan mencapai puncaknya dalam beberapa menit, ditandai dengan reaksi fisik seperti jantung berdebar-debar, gemetar, sesak napas, mati rasa, nyeri dada, rasa tercekik, gangguan perut, dsb. Ada ketakutan terhadap bencana atau kehilangan kendali, bahkan ketika tidak ada bahaya yang nyata. Serangan ini dapat terjadi kapan saja, dan banyak orang dengan gangguan panik kemudian merasa khawatir dengan kemungkinan serangan lain.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>7. Gangguan Kecemasan Menyeluruh (<em>Generalized Anxiety Disorder</em>),</strong> yaitu kecemasan yang berlebihan terkait aktivitas sehari-hari, yang disertai gejala fisik, yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial, pekerjaan dan lainnya. Hal yang dikhawatirkan misalnya relasi interpersonal, kesehatan, keuangan, atau juga pada hal-hal kecil yang terjadi dalam kehidupannya.</p> <p style="text-align: justify;">Secara umum, ciri yang dapat terlihat ketika seseorang mengalami Gangguan Kecemasan adalah adanya rasa khawatir yang berlebihan, disertai reaksi fisik yang menghambat atau mengganggu aktivitas sehari-hari, serta berlangsung pada durasi yang cukup lama. Tentunya tidak nyaman apabila karena cemas, kita jadi enggan bersekolah/bekerja, menghindar bertemu orang lain, prestasi belajar/kerja menurun, tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, dsb. Jika hal tersebut terjadi, silakan melakukan konsultasi kepada psikolog, agar bisa dilakukan analisis terhadap gangguan tersebut, dan diberikan terapi yang terbaik untuk mengatasinya.</p> <p style="text-align: justify;">Apabila kecemasan yang muncul masih dalam batas wajar, dalam arti dialami hanya beberapa jam saja dan tidak setiap hari, kemudian tidak menghambat aktivitas sehari-hari (makan, tidur, belajar/bekerja semua normal), maka tidak perlu<em> overthinking ya</em>! Itu adalah hal yang wajar kita rasakan sebagai manusia. Jadi, pertanyaan di awal artikel ini sudah terjawab ‘<em>kan?</em></p> <p style="text-align: justify;">Sumber:</p> <p style="text-align: justify;">American Psychiatric Association (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) V, (5th Ed). Washington DC:APA.</p> <p style="text-align: justify;">Dian K. Habsara dkk (2021). Penatalaksanaan Gangguan Psikologis Edisi 1 Jilid 1. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Setiap kita pasti pernah merasakan “cemas” atau “khawatir”. Misalnya ketika cuaca mendung, kita cemas apakah akan turun hujan; atau ketika melakukan presentasi di kampus atau di kantor, kita cemas apakah pendengar akan puas dengan presentasi kita; atau ketika anggota keluarga kita belum pulang ke rumah, kita cemas apakah ada kendala di perjalanan, dan lain sebagainya. Apakah hal tersebut normal? Ataukah termasuk gangguan psikologis? Mari kita mengenal lebih jauh apa yang dinamakan sebagai Gangguan Kecemasan (<em>Anxiety Disorder</em>).</p> <p style="text-align: justify;">Ada tujuh gangguan yang termasuk dalam Gangguan Kecemasan:</p> <p style="text-align: justify;"><strong> 1. Gangguan Kecemasan Perpisahan (<em>Separation Anxiety Disorder)</em>,</strong> yaitu kecemasan berlebihan yang tidak semestinya ketika terjadi perpisahan dengan orang atau objek yang memiliki keterikatan dengan individu (ibu, orang tua, pengasuh, lingkungan rumah, pasangan, dsb). Gangguan ini juga bisa dialami oleh hewan peliharaan yang menjadi sangat ketakutan ketika ditinggal oleh majikannya <em>nih</em>!</p> <p style="text-align: justify;"><strong>2. Mutisme Selektif (<em>Selective Mutism</em>),</strong> yaitu ketika anak tidak mau berbicara atau merespons ketika diajak berbicara oleh orang lain dalam situasi sosial. Anak dengan mutisme selektif akan mampu berkomunikasi verbal secara aktif di rumah, tetapi mengalami hambatan di sekolah.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>3. Gangguan Fobia Spesifik (<em>Spesific Phobia Disorder</em>)</strong>, yaitu kecemasan atau ketakutan irasional yang kuat, menetap, dan berlebihan terhadap objek atau situasi, yang dipersepsi individu sebagai sesuatu yang menakutkan dan mengancam. Fobia atau ketakutan itu bisa terhadap binatang (anjing, kecoa, serangga, dsb.), terhadap kondisi alam (ketinggian, laut, petir, dsb), terhadap cedera atau injeksi darah (suntikan, darah, tes darah, prosedur medis invasif, dsb.), atau terhadap situasi tertentu (ruang tertutup, pesawat terbang, gelap, dsb.).</p> <p style="text-align: justify;"><strong>4. Gangguan Kecemasan Sosial (<em>Social Anxiety Disorder</em>),</strong> atau dahulu sering disebut dengan fobia sosial, adalah kecemasan terhadap situasi sosial atau tampil di depan publik. Ada kekuatiran akan dinilai, dikritik, atau dievaluasi secara negatif oleh orang lain, yang akan membuatnya malu. Situasi sosial ini bisa berupa tempat kerja, lingkungan sekolah atau aktivitas sehari-hari.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>5. Agorafobia (<em>Agoraphobia</em>)</strong>, yaitu kecemasan berlebihan dan menghindari untuk berada di tempat terbuka atau keramaian, di mana diyakini ia akan sulit keluar atau mendapatkan bantuan, jika mengalami gejala panik yang memalukan di tempat atau situasi tersebut.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>6. Gangguan Panik (<em>Panic Disorder</em>),</strong> yaitu gelombang rasa takut yang intens dan hebat, terjadi tibatiba dan mencapai puncaknya dalam beberapa menit, ditandai dengan reaksi fisik seperti jantung berdebar-debar, gemetar, sesak napas, mati rasa, nyeri dada, rasa tercekik, gangguan perut, dsb. Ada ketakutan terhadap bencana atau kehilangan kendali, bahkan ketika tidak ada bahaya yang nyata. Serangan ini dapat terjadi kapan saja, dan banyak orang dengan gangguan panik kemudian merasa khawatir dengan kemungkinan serangan lain.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>7. Gangguan Kecemasan Menyeluruh (<em>Generalized Anxiety Disorder</em>),</strong> yaitu kecemasan yang berlebihan terkait aktivitas sehari-hari, yang disertai gejala fisik, yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial, pekerjaan dan lainnya. Hal yang dikhawatirkan misalnya relasi interpersonal, kesehatan, keuangan, atau juga pada hal-hal kecil yang terjadi dalam kehidupannya.</p> <p style="text-align: justify;">Secara umum, ciri yang dapat terlihat ketika seseorang mengalami Gangguan Kecemasan adalah adanya rasa khawatir yang berlebihan, disertai reaksi fisik yang menghambat atau mengganggu aktivitas sehari-hari, serta berlangsung pada durasi yang cukup lama. Tentunya tidak nyaman apabila karena cemas, kita jadi enggan bersekolah/bekerja, menghindar bertemu orang lain, prestasi belajar/kerja menurun, tidak bisa tidur, tidak nafsu makan, dsb. Jika hal tersebut terjadi, silakan melakukan konsultasi kepada psikolog, agar bisa dilakukan analisis terhadap gangguan tersebut, dan diberikan terapi yang terbaik untuk mengatasinya.</p> <p style="text-align: justify;">Apabila kecemasan yang muncul masih dalam batas wajar, dalam arti dialami hanya beberapa jam saja dan tidak setiap hari, kemudian tidak menghambat aktivitas sehari-hari (makan, tidur, belajar/bekerja semua normal), maka tidak perlu<em> overthinking ya</em>! Itu adalah hal yang wajar kita rasakan sebagai manusia. Jadi, pertanyaan di awal artikel ini sudah terjawab ‘<em>kan?</em></p> <p style="text-align: justify;">Sumber:</p> <p style="text-align: justify;">American Psychiatric Association (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM) V, (5th Ed). Washington DC:APA.</p> <p style="text-align: justify;">Dian K. Habsara dkk (2021). Penatalaksanaan Gangguan Psikologis Edisi 1 Jilid 1. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.</p> Kumulai dari Keluargaku Memancarkan Kasih-Mu 2022-09-21T12:39:10+07:00 2022-09-21T12:39:10+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kumulai-dari-keluargaku-memancarkan-kasih-mu Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Pontas Purba 2005 1=Es 4/4 Kumulai dari keluargaku menjadi pelaku Firman-Mu. S'lalu mendengar tuntunan Tuhan, berserah pada rencana kasih-Mu. Kadang-kadang lain jawaban Tuhan atas doaku. Kupegang teguh, Tuhanku memberikan yang terbaik Kumulai dari keluargaku, hidup memancarkan kasih-Mu. Walau 'ku lemah dan tidak layak, kuasa Tuhan menguatkan diriku.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kumulai-dari-keluargaku-memancarkan-kasih-mu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Pontas Purba 2005 1=Es 4/4 Kumulai dari keluargaku menjadi pelaku Firman-Mu. S'lalu mendengar tuntunan Tuhan, berserah pada rencana kasih-Mu. Kadang-kadang lain jawaban Tuhan atas doaku. Kupegang teguh, Tuhanku memberikan yang terbaik Kumulai dari keluargaku, hidup memancarkan kasih-Mu. Walau 'ku lemah dan tidak layak, kuasa Tuhan menguatkan diriku.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kumulai-dari-keluargaku-memancarkan-kasih-mu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Keteladanan sebagai Jalan Memberitakan Injil 2022-09-21T12:31:40+07:00 2022-09-21T12:31:40+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/keteladanan-sebagai-jalan-memberitakan-injil Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><strong>Pengantar</strong></p> <p style="text-align: justify;">Memberitakan Injil adalah panggilan semua orang Kristen. Remaja pun ikut mengembannya. Panggilan ini bermula dari perintah Yesus sendiri kepada para murid yang kemudian dilanjutkan kepada kita (Matius 28: 16-20). Bila dirunut, panggilan ini mengandung tiga pokok. Pertama, menjadikan semua bangsa murid Dia (ayat 19). Kedua, membaptis dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (ayat 19). Ketiga, mengajar mereka melakukan segala sesuatu (ayat 20). Bila merujuk pada tradisi gereja, remaja bisa mengemban pokok pertama dan ketiga, sedangkan pokok kedua cenderung dilakukan oleh Pendeta.</p> <p style="text-align: justify;">Pokok pertama dan ketiga dalam memberitakan Injil dilakukan sepanjang hayat dan di manapun remaja berada. Remaja tidak bisa berdalih melakukannya hanya di gereja saja, lalu di sekolah dan keluarga tidak. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Bertitik pada kondisi ini, pertanyaan reflektif yang bisa diajukan yaitu bagaimana remaja melakukannya. Saya menimbang jalan memberitakan Injil yang bisa dipraktikkan remaja yaitu keteladanan. Keteladanan itu melampaui kata-kata. Kenapa demikian? Orang bisa bersembunyi di balik kata-kata, tanpa melakukan tindakan sehingga membuatnya menjadi munafik. Keteladanan berbicara tentang keselarasan kata dan tindakan. Keteladanan juga menyatakan sebuah contoh berkata-kata dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.</p> <p style="text-align: justify;">Keteladanan bukan hanya dibangun dan dilakukan secara moral manusia sebagaimana karakter dan usaha manusia belaka, melainkan keterarahan pada nasihat dan apa yang dilakukan Kristus. 1 Korintus 11:1, sebagaimana tertulis, “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” (TB LAI) mengingatkan kita terkait hal itu. Kata kunci di teks itu yakni pengikut. Pengikut di sini jelas diiringi dengan meneladani yang diikuti. Kalau yang diikuti jelek, jelas pengikut tidak melakukannya. Mungkin, petunjuk keteladanan di 1 Korintus 11:1 akan lebih jelas di versi Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK) sebagaimana tertulis, “Ikutlah teladan saya, seperti saya pun mengikuti teladan Kristus.” Dari versi BIMK itu, arah keteladanan menjadi jelas mengarah pada Kristus sebagai sumber utama lalu remaja bertindak memberikan teladan mengacu pada teladan itu. Bagaimana wujud keteladanan yang bisa dilakukan remaja? Saya menimbang setidaknya tiga wilayah yang bisa dirambah yaitu keluarga, sekolah, gereja atau komunitas iman lainnya.</p> <p><strong>Keteladanan di Keluarga</strong></p> <p style="text-align: justify;">Keteladanan di Keluarga merupakan tempat pertama remaja bertumbuh. Ia bertemu dengan orang tua dan memperoleh pendidikan utama dan pertama dari mereka. Nilai Kristiani pertama dikenalkan orang tua. Sebagai pendidik nilai, orang tua tentu tidak sempurna. Mereka memiliki kelemahan. Hal ini memberi ruang kepada remaja memberi keteladanan. Remaja bisa menunjukkan betapa dalam ketaatan mereka kepada Tuhan di kehidupan. Remaja berkata jujur dan tetap menghormati orang tua meskipun mereka tidak sempurna. Kedua sikap ini dilakukan karena remaja meneladani Kristus, bukan atas dasar usahanya dan memenuhi moralitas. Bila hal itu dilakukan terusmenerus, perlahan dan pasti, orang tua bisa belajar dari remaja. Dalam proses belajar ini, orang tua juga belajar nilai kerendahan hati yang bersedia mengakui, menghargai, dan meneladani remaja.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam keluarga, relasi remaja tidak hanya terkait dengan orang tua. Remaja juga bisa berinteraksi dengan saudara yang ada di sana. Antar saudara kerap terjadi persaingan dan pertikaian bila pola pendidikan di keluarga diwarnai dengan saling membandingkan. Persoalannya, apakah kondisi ini akan terus terjadi? Saya menilai pemulihan harus terjadi. Remaja bisa memberikan keteladanan antar saudara dengan kasih yang mengampuni dan berkorban. Bila diperluas, kasih bisa mengacu pada 1 Korintus 13: 4-7 sebagaimana tertulis, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (TB-LAI).” Indikator kasih yang ditampilkan di teks tersebut bisa menjadi inspirasi sikap remaja dalam keluarga. Bila dipraktikkan, kasih bisa membawa dampak yang besar.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Keteladanan di Sekolah</strong></p> <p style="text-align: justify;">Sekolah bukan tempat asing bagi remaja. Hampir sebagian besar harinya dilalui di sekolah. Di sana, ia bisa belajar dan berinteraksi dengan guru dan teman-temannya. Interaksi remaja dengan guru dilakukan dengan cara remaja memberi teladan memberi hormat dan bekerja sama dengan guru dalam segenap proses pendidikan yang sedang berlangsung. Hormat di sini tentu berbicara tentang adanya pemahaman bahwa guru merupakan orang tua remaja di sekolah. Sebagai orang tua, guru memberikan pendampingan dan arahan pada remaja guna pembentukan diri dan kemampuan yang handal. Bekerja sama di sini bermakna bukan menghalalkan segala cara agar tujuan dan hasil pembelajaran bisa optimum, melainkan bahu membahu mencari kebenaran ilmu pengetahuan melalui penelitian dan praktikum dan kehendak Tuhan dalam kehidupan melalui penggalian dan penafsiran Alkitab dan ajaran kekristenan.</p> <p style="text-align: justify;">Interaksi remaja dengan teman-temannya di sekolah biasa diuji ketika ulangan atau penilaian. Mereka bisa saja bekerja sama dalam hal contek-menyontek. Apakah hal ini benar dari segi iman Kristen? Jelas, jawabannya tidak. Contek-menyontek tidak membuat orang bertumbuh dan berkembang dari proses persiapan sebelum ujian dan belajar harian. Persiapan dan belajar membuat remaja menghargai proses pendidikan dan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan masa kini dan mendatang. Bagaimanapun, tujuan pendidikan ialah mempersiapkan remaja mampu menghadapi tantangan dan berdayaguna di masa kini dan masa depan. Bagi saya, tujuan ini yang perlu diketahui dan dipraktikkan remaja di sekolah.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Keteladanan di Gereja atau Komunitas Iman Lainnya</strong></p> <p style="text-align: justify;">Di gereja atau komunitas iman lainnya, remaja kerap dipandang sebelah mata karena kelabilan dan belum sepenuhnya mandiri. Bahkan, remaja sering dianggap generasi penerus masa depan bukan masa kini. Bagi saya, anggapan demikian kurang tepat. Remaja merupakan generasi masa kini dan tetap bisa berkarya dalam kehidupan bergereja dan komunitas iman lainnya. Karya di sini bisa berupa pelayanan yang dilakukan remaja, contohnya bermain musik, mengajar sekolah minggu, atau pandu puji. Karya pun dapat diperluas tidak sebatas apa yang dilakukan remaja, melainkan lebih berupa sikap hidup yang ditampilkan. Saya menimbang karya turut berhubungan dengan keteladanan. Bagaimana landasannya? Dalam konteks gereja atau komunitas iman, 1 Timotius 4:12 mengingatkan remaja terkait keteladanan, sebagaimana tertulis, “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orangorang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu (TB-LAI).” Dari ayat tersebut, keteladanan yang bisa dilakukan remaja menyentuh wilayah perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan kesucian. Apabila remaja bersedia melakukannya, wilayah ini bisa sangat berdampak dalam gereja atau komunitas iman lainnya. Setidaknya, gereja atau komunitas iman lainnya bisa menjadi semakin bertumbuh dalam ketaatan pada Kristus.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Penutup</strong></p> <p style="text-align: justify;">Pemberitaan Injil bukan hanya berkenaan dengan berkhotbah mimbar semata, melainkan keteladanan yang dilakukan secara nyata di kehidupan. Keteladanan ini menjadi ruang terbuka bagi remaja. Sebagai generasi masa kini, remaja bisa memberikan keteladanan di wilayah yang bisa dirambahnya karena mereka berada dan berkarya di keluarga, sekolah, dan gereja atau komunitas iman lainnya. Bagi saya, keteladanan yang dilakukan remaja adalah keniscayaan dan segera dilakukan sebagaimana mengarah pada Kristus sebagai sumber tindakannya, bukan atas pemenuhan moralitas.</p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><strong>Pengantar</strong></p> <p style="text-align: justify;">Memberitakan Injil adalah panggilan semua orang Kristen. Remaja pun ikut mengembannya. Panggilan ini bermula dari perintah Yesus sendiri kepada para murid yang kemudian dilanjutkan kepada kita (Matius 28: 16-20). Bila dirunut, panggilan ini mengandung tiga pokok. Pertama, menjadikan semua bangsa murid Dia (ayat 19). Kedua, membaptis dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus (ayat 19). Ketiga, mengajar mereka melakukan segala sesuatu (ayat 20). Bila merujuk pada tradisi gereja, remaja bisa mengemban pokok pertama dan ketiga, sedangkan pokok kedua cenderung dilakukan oleh Pendeta.</p> <p style="text-align: justify;">Pokok pertama dan ketiga dalam memberitakan Injil dilakukan sepanjang hayat dan di manapun remaja berada. Remaja tidak bisa berdalih melakukannya hanya di gereja saja, lalu di sekolah dan keluarga tidak. Hal ini juga berlaku sebaliknya. Bertitik pada kondisi ini, pertanyaan reflektif yang bisa diajukan yaitu bagaimana remaja melakukannya. Saya menimbang jalan memberitakan Injil yang bisa dipraktikkan remaja yaitu keteladanan. Keteladanan itu melampaui kata-kata. Kenapa demikian? Orang bisa bersembunyi di balik kata-kata, tanpa melakukan tindakan sehingga membuatnya menjadi munafik. Keteladanan berbicara tentang keselarasan kata dan tindakan. Keteladanan juga menyatakan sebuah contoh berkata-kata dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.</p> <p style="text-align: justify;">Keteladanan bukan hanya dibangun dan dilakukan secara moral manusia sebagaimana karakter dan usaha manusia belaka, melainkan keterarahan pada nasihat dan apa yang dilakukan Kristus. 1 Korintus 11:1, sebagaimana tertulis, “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus.” (TB LAI) mengingatkan kita terkait hal itu. Kata kunci di teks itu yakni pengikut. Pengikut di sini jelas diiringi dengan meneladani yang diikuti. Kalau yang diikuti jelek, jelas pengikut tidak melakukannya. Mungkin, petunjuk keteladanan di 1 Korintus 11:1 akan lebih jelas di versi Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK) sebagaimana tertulis, “Ikutlah teladan saya, seperti saya pun mengikuti teladan Kristus.” Dari versi BIMK itu, arah keteladanan menjadi jelas mengarah pada Kristus sebagai sumber utama lalu remaja bertindak memberikan teladan mengacu pada teladan itu. Bagaimana wujud keteladanan yang bisa dilakukan remaja? Saya menimbang setidaknya tiga wilayah yang bisa dirambah yaitu keluarga, sekolah, gereja atau komunitas iman lainnya.</p> <p><strong>Keteladanan di Keluarga</strong></p> <p style="text-align: justify;">Keteladanan di Keluarga merupakan tempat pertama remaja bertumbuh. Ia bertemu dengan orang tua dan memperoleh pendidikan utama dan pertama dari mereka. Nilai Kristiani pertama dikenalkan orang tua. Sebagai pendidik nilai, orang tua tentu tidak sempurna. Mereka memiliki kelemahan. Hal ini memberi ruang kepada remaja memberi keteladanan. Remaja bisa menunjukkan betapa dalam ketaatan mereka kepada Tuhan di kehidupan. Remaja berkata jujur dan tetap menghormati orang tua meskipun mereka tidak sempurna. Kedua sikap ini dilakukan karena remaja meneladani Kristus, bukan atas dasar usahanya dan memenuhi moralitas. Bila hal itu dilakukan terusmenerus, perlahan dan pasti, orang tua bisa belajar dari remaja. Dalam proses belajar ini, orang tua juga belajar nilai kerendahan hati yang bersedia mengakui, menghargai, dan meneladani remaja.</p> <p style="text-align: justify;">Dalam keluarga, relasi remaja tidak hanya terkait dengan orang tua. Remaja juga bisa berinteraksi dengan saudara yang ada di sana. Antar saudara kerap terjadi persaingan dan pertikaian bila pola pendidikan di keluarga diwarnai dengan saling membandingkan. Persoalannya, apakah kondisi ini akan terus terjadi? Saya menilai pemulihan harus terjadi. Remaja bisa memberikan keteladanan antar saudara dengan kasih yang mengampuni dan berkorban. Bila diperluas, kasih bisa mengacu pada 1 Korintus 13: 4-7 sebagaimana tertulis, “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu (TB-LAI).” Indikator kasih yang ditampilkan di teks tersebut bisa menjadi inspirasi sikap remaja dalam keluarga. Bila dipraktikkan, kasih bisa membawa dampak yang besar.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Keteladanan di Sekolah</strong></p> <p style="text-align: justify;">Sekolah bukan tempat asing bagi remaja. Hampir sebagian besar harinya dilalui di sekolah. Di sana, ia bisa belajar dan berinteraksi dengan guru dan teman-temannya. Interaksi remaja dengan guru dilakukan dengan cara remaja memberi teladan memberi hormat dan bekerja sama dengan guru dalam segenap proses pendidikan yang sedang berlangsung. Hormat di sini tentu berbicara tentang adanya pemahaman bahwa guru merupakan orang tua remaja di sekolah. Sebagai orang tua, guru memberikan pendampingan dan arahan pada remaja guna pembentukan diri dan kemampuan yang handal. Bekerja sama di sini bermakna bukan menghalalkan segala cara agar tujuan dan hasil pembelajaran bisa optimum, melainkan bahu membahu mencari kebenaran ilmu pengetahuan melalui penelitian dan praktikum dan kehendak Tuhan dalam kehidupan melalui penggalian dan penafsiran Alkitab dan ajaran kekristenan.</p> <p style="text-align: justify;">Interaksi remaja dengan teman-temannya di sekolah biasa diuji ketika ulangan atau penilaian. Mereka bisa saja bekerja sama dalam hal contek-menyontek. Apakah hal ini benar dari segi iman Kristen? Jelas, jawabannya tidak. Contek-menyontek tidak membuat orang bertumbuh dan berkembang dari proses persiapan sebelum ujian dan belajar harian. Persiapan dan belajar membuat remaja menghargai proses pendidikan dan pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan masa kini dan mendatang. Bagaimanapun, tujuan pendidikan ialah mempersiapkan remaja mampu menghadapi tantangan dan berdayaguna di masa kini dan masa depan. Bagi saya, tujuan ini yang perlu diketahui dan dipraktikkan remaja di sekolah.</p> <p style="text-align: justify;"><strong> Keteladanan di Gereja atau Komunitas Iman Lainnya</strong></p> <p style="text-align: justify;">Di gereja atau komunitas iman lainnya, remaja kerap dipandang sebelah mata karena kelabilan dan belum sepenuhnya mandiri. Bahkan, remaja sering dianggap generasi penerus masa depan bukan masa kini. Bagi saya, anggapan demikian kurang tepat. Remaja merupakan generasi masa kini dan tetap bisa berkarya dalam kehidupan bergereja dan komunitas iman lainnya. Karya di sini bisa berupa pelayanan yang dilakukan remaja, contohnya bermain musik, mengajar sekolah minggu, atau pandu puji. Karya pun dapat diperluas tidak sebatas apa yang dilakukan remaja, melainkan lebih berupa sikap hidup yang ditampilkan. Saya menimbang karya turut berhubungan dengan keteladanan. Bagaimana landasannya? Dalam konteks gereja atau komunitas iman, 1 Timotius 4:12 mengingatkan remaja terkait keteladanan, sebagaimana tertulis, “Jangan seorang pun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orangorang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dan dalam kesucianmu (TB-LAI).” Dari ayat tersebut, keteladanan yang bisa dilakukan remaja menyentuh wilayah perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan, dan kesucian. Apabila remaja bersedia melakukannya, wilayah ini bisa sangat berdampak dalam gereja atau komunitas iman lainnya. Setidaknya, gereja atau komunitas iman lainnya bisa menjadi semakin bertumbuh dalam ketaatan pada Kristus.</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Penutup</strong></p> <p style="text-align: justify;">Pemberitaan Injil bukan hanya berkenaan dengan berkhotbah mimbar semata, melainkan keteladanan yang dilakukan secara nyata di kehidupan. Keteladanan ini menjadi ruang terbuka bagi remaja. Sebagai generasi masa kini, remaja bisa memberikan keteladanan di wilayah yang bisa dirambahnya karena mereka berada dan berkarya di keluarga, sekolah, dan gereja atau komunitas iman lainnya. Bagi saya, keteladanan yang dilakukan remaja adalah keniscayaan dan segera dilakukan sebagaimana mengarah pada Kristus sebagai sumber tindakannya, bukan atas pemenuhan moralitas.</p> Kabarkan Injil ke Satu Orang 2022-09-21T12:26:56+07:00 2022-09-21T12:26:56+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kabarkan-injil-ke-banyak-satu-orang Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><em>“Sudah berapa orang yang kamu beritakan Injil bulan ini?” <br>“Berapa yang terhilang telah kucari dan kulepaskan yang terbelenggu?” <br>“Astaga, selama ini kamu cuma mengabarkan Injil ke satu orang aja, kok bisa seperti itu?”</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kabarkan-injil-ke-banyak-satu-orang" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><em>“Sudah berapa orang yang kamu beritakan Injil bulan ini?” <br>“Berapa yang terhilang telah kucari dan kulepaskan yang terbelenggu?” <br>“Astaga, selama ini kamu cuma mengabarkan Injil ke satu orang aja, kok bisa seperti itu?”</em></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/kabarkan-injil-ke-banyak-satu-orang" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Dari Dalam ke Luar 2022-09-21T12:08:36+07:00 2022-09-21T12:08:36+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/dari-dalam-ke-luar Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">“Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku…" (Mat 28:18-20), itu adalah Amanat Agung yang Tuhan sabdakan kepada kita semua, sehingga kadang tercetus dalam pembicaraan kita, berapakah jiwa yang sudah kita bawa? Menginjili menjadi kewajiban kita, sebagai umat yang sudah Tuhan tebus. Dalam khotbah di gereja pun seringkali kita diingatkan bahwa Tuhan telah menggantikan kita yang berdosa dengan darah-Nya. Itu bukan hal yang fana, itu adalah harga yang mahal. Kita sebagai umat yang telah dikasihi-Nya, sudah sewajibnya mencurahkan kasih yang sudah Tuhan berikan ke sekeliling kita.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/dari-dalam-ke-luar" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">“Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku…" (Mat 28:18-20), itu adalah Amanat Agung yang Tuhan sabdakan kepada kita semua, sehingga kadang tercetus dalam pembicaraan kita, berapakah jiwa yang sudah kita bawa? Menginjili menjadi kewajiban kita, sebagai umat yang sudah Tuhan tebus. Dalam khotbah di gereja pun seringkali kita diingatkan bahwa Tuhan telah menggantikan kita yang berdosa dengan darah-Nya. Itu bukan hal yang fana, itu adalah harga yang mahal. Kita sebagai umat yang telah dikasihi-Nya, sudah sewajibnya mencurahkan kasih yang sudah Tuhan berikan ke sekeliling kita.</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/dari-dalam-ke-luar" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> MONKEY SEE, MONKEY DO 2022-09-20T10:27:44+07:00 2022-09-20T10:27:44+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/monkey-see-monkey-do Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Bagi sebagian orang, istilah “<em>Monkey See, Monkey Do</em>” merupakan sebuah istilah yang tidak asing. Istilah ini populer di tahun 1900, di mana perkataan ini berarti belajar sesuatu dengan cara menirukannya. Hal ini sering kali dikaitkan juga dengan anak, maka pernyataan ini sering dilanjutkan dengan “<em>Monkey See, Monkey Do: Children See, Children Do</em>.” Bukan untuk membandingkan antara manusia dan hewan, tapi ingin memberikan sebuah pelajaran yang sangat penting, bahwa sering kali anak-anak tanpa disadari meniru apa yang dia lihat, entah itu di rumah, di lingkungannya, atau di mana pun dia berada. Hal-hal yang dapat dilihat dan ditiru seseorang itu bisa berupa perilaku, cara berbicara, berjalan, makan, minum, tidur, dan bahkan juga iman.&nbsp;</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/monkey-see-monkey-do" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Bagi sebagian orang, istilah “<em>Monkey See, Monkey Do</em>” merupakan sebuah istilah yang tidak asing. Istilah ini populer di tahun 1900, di mana perkataan ini berarti belajar sesuatu dengan cara menirukannya. Hal ini sering kali dikaitkan juga dengan anak, maka pernyataan ini sering dilanjutkan dengan “<em>Monkey See, Monkey Do: Children See, Children Do</em>.” Bukan untuk membandingkan antara manusia dan hewan, tapi ingin memberikan sebuah pelajaran yang sangat penting, bahwa sering kali anak-anak tanpa disadari meniru apa yang dia lihat, entah itu di rumah, di lingkungannya, atau di mana pun dia berada. Hal-hal yang dapat dilihat dan ditiru seseorang itu bisa berupa perilaku, cara berbicara, berjalan, makan, minum, tidur, dan bahkan juga iman.&nbsp;</p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/monkey-see-monkey-do" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> INJIL ADALAH KEKAYAAN YANG HARUS DIBAGIKAN 2022-09-18T14:59:34+07:00 2022-09-18T14:59:34+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/injil-adalah-kekayaan-yang-harus-dibagikan Monica Horezki monicahorezki143@gmail.com <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt="hghjgj"></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: 'Times New Roman', serif;">Seorang petani di Afrika Selatan bertahun-tahun mengolah tanah kering dan berbatu-batu untuk dapat bertahan hidup. Kerja keras yang tidak memberikan hasil itu membuatnya hidup miskin dan frustrasi. Akhirnya ia menjual tanah ladangnya.&nbsp;</span></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/injil-adalah-kekayaan-yang-harus-dibagikan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt="hghjgj"></p><p style="text-align: justify;"><span style="font-size: 12pt; line-height: 115%; font-family: 'Times New Roman', serif;">Seorang petani di Afrika Selatan bertahun-tahun mengolah tanah kering dan berbatu-batu untuk dapat bertahan hidup. Kerja keras yang tidak memberikan hasil itu membuatnya hidup miskin dan frustrasi. Akhirnya ia menjual tanah ladangnya.&nbsp;</span></p> <p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/injil-adalah-kekayaan-yang-harus-dibagikan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Ibadah Kristen, Apa dan Bagaimana? Bagian-3 2012-02-28T00:45:17+07:00 2012-02-28T00:45:17+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/ibadah-kristen-apa-dan-bagaimana-bagian-3 Winardi Santoso zK5O_webmaster@gkigadingserpong.org <p><strong>Bagaimana Menghidupkan Liturgi?</strong><br />Ada tiga faktor yang mempengaruhi hidup-tidaknya sebuah<br />ibadah. <strong>(1) Faktor Pribadi; (2) Faktor Liturgi; (3) Faktor Gereja</strong>.</p> <p>Jika ketiga faktor di atas bisa bekerjasama dengan baik, terjadilah ibadah yang hidup. Sebaliknya, jika ketiga faktor diatas tidak dapat berkerjasama atau terjadi disintegrasi di antaranya, maka ibadah akan berjalan secara mekanis. Muncullah ritualisme, dimana orang menjalankan ritual ibadah tanpa penghayatan. Misalnya:<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/ibadah-kristen-apa-dan-bagaimana-bagian-3" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><strong>Bagaimana Menghidupkan Liturgi?</strong><br />Ada tiga faktor yang mempengaruhi hidup-tidaknya sebuah<br />ibadah. <strong>(1) Faktor Pribadi; (2) Faktor Liturgi; (3) Faktor Gereja</strong>.</p> <p>Jika ketiga faktor di atas bisa bekerjasama dengan baik, terjadilah ibadah yang hidup. Sebaliknya, jika ketiga faktor diatas tidak dapat berkerjasama atau terjadi disintegrasi di antaranya, maka ibadah akan berjalan secara mekanis. Muncullah ritualisme, dimana orang menjalankan ritual ibadah tanpa penghayatan. Misalnya:<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/ibadah-kristen-apa-dan-bagaimana-bagian-3" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Ibadah Kristen, Apa dan Bagaimana? Bagian-2 2012-02-28T00:41:24+07:00 2012-02-28T00:41:24+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/ibadah-kristen-apa-dan-bagaimana-bagian-2 Winardi Santoso zK5O_webmaster@gkigadingserpong.org <p><strong>Mengenal Pola Ibadah GKI</strong><br />Liturgi yang kita pakai di GKI berasal dari tradisi gereja Reformasi yang berbentuk dialog. Jadi, dalam liturgi GKI, dari awal sampai akhir terjadi dialog antara Tuhan dan jemaat. Dialog itu terjadi dalam empat babak. Itu sebabnya, pola ibadah yang kita pakai dikenal juga dengan nama The Fourfold Pattern of Worship (Empat Langkah Pola Ibadah). Pola ini diambil dari Yesaya 6:1-9 yang menjelaskan bagaimana nabi Yesaya menghadap Tuhan. Mari kita melihatnya lebih jauh.<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/ibadah-kristen-apa-dan-bagaimana-bagian-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><strong>Mengenal Pola Ibadah GKI</strong><br />Liturgi yang kita pakai di GKI berasal dari tradisi gereja Reformasi yang berbentuk dialog. Jadi, dalam liturgi GKI, dari awal sampai akhir terjadi dialog antara Tuhan dan jemaat. Dialog itu terjadi dalam empat babak. Itu sebabnya, pola ibadah yang kita pakai dikenal juga dengan nama The Fourfold Pattern of Worship (Empat Langkah Pola Ibadah). Pola ini diambil dari Yesaya 6:1-9 yang menjelaskan bagaimana nabi Yesaya menghadap Tuhan. Mari kita melihatnya lebih jauh.<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/ibadah-kristen-apa-dan-bagaimana-bagian-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> Ibadah Kristen, Apa dan Bagaimana? Bagian-1 2012-02-28T00:32:41+07:00 2012-02-28T00:32:41+07:00 https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/ibadah-kristen-apa-dan-bagaimana-bagian-1 Winardi Santoso zK5O_webmaster@gkigadingserpong.org <p><strong>Apa Itu Liturgi?</strong><br />Apakah ibadah Kristen itu ? Dalam bahasa Inggris, istilah yang dipakai untuk "ibadah” adalah <em>worship</em>, yang berasal dari kata Inggris kuno <em>weorthscipe</em>. <em>Weorth (=worthy)</em> berarti "layak" dan <em>scipe (=ship)</em> menunjukkan atribut respek atau hormat kepada seseorang. Jadi, ibadah (worship) adalah suatu pemujaan; pernyataan hormat kepada Tuhan yang dianggap layak disembah. Dalam bahasa Ibrani (PL), dipakai kata <em>shachah</em> yang berarti "menundukkan diri." Dalam bahasa Yunani (PB) digunakan kata <em>proskuneo</em> yang berarti menyembah atau "mencium tangan kepada." Jadi, ibadah adalah ungkapan penyembahan manusia di hadapan AllahNya. Namun dalam ibadah Kristen, komunikasi yang terjadi bukan hanya satu arah, melainkan dua arah.<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/ibadah-kristen-apa-dan-bagaimana-bagian-1" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> <p><strong>Apa Itu Liturgi?</strong><br />Apakah ibadah Kristen itu ? Dalam bahasa Inggris, istilah yang dipakai untuk "ibadah” adalah <em>worship</em>, yang berasal dari kata Inggris kuno <em>weorthscipe</em>. <em>Weorth (=worthy)</em> berarti "layak" dan <em>scipe (=ship)</em> menunjukkan atribut respek atau hormat kepada seseorang. Jadi, ibadah (worship) adalah suatu pemujaan; pernyataan hormat kepada Tuhan yang dianggap layak disembah. Dalam bahasa Ibrani (PL), dipakai kata <em>shachah</em> yang berarti "menundukkan diri." Dalam bahasa Yunani (PB) digunakan kata <em>proskuneo</em> yang berarti menyembah atau "mencium tangan kepada." Jadi, ibadah adalah ungkapan penyembahan manusia di hadapan AllahNya. Namun dalam ibadah Kristen, komunikasi yang terjadi bukan hanya satu arah, melainkan dua arah.<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/pembinaan/ibadah-kristen-apa-dan-bagaimana-bagian-1" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>