Deprecated: htmlspecialchars(): Passing null to parameter #1 ($string) of type string is deprecated in /home/gkigadingserpong/public_html/libraries/src/Document/Renderer/Feed/AtomRenderer.php on line 89 Humaniora - GKI Gading Serponghttps://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora2025-09-16T07:25:52+07:00GKI Gading Serpongweb.gkigadingserpong@gkigadingserpong.orgWinsCreationsMelayani dengan Sehati 2024-11-09T08:10:11+07:002024-11-09T08:10:11+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/melayani-dengan-sehatiMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/ELI.jpeg" alt="" width="733" height="518" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;"><em>Melayani, melayani lebih sungguh </em></p>
<p style="text-align: center;"><em>Melayani, melayani lebih sungguh</em></p>
<p style="text-align: center;"><em> Tuhan lebih dulu melayani kepadaku </em></p>
<p style="text-align: center;"><em>Melayani, melayani lebih sungguh. </em></p>
<p style="text-align: justify;">Masih ingatkah saat pertama kali Anda memulai pelayanan? Banyak dari kita merasa pelayanan itu berat, karena merasa tidak tahu apa-apa dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, seiring dengan pertumbuhan iman, kita pun dapat mengerjakan pelayanan dengan segenap hati, jiwa, tenaga, dan dana. Bahkan, saat terjadi gesekan dan ketidaksehatian, kita memandangnya sebagai sarana untuk bertumbuh, dan bukan sebagai batu sandungan.</p>
<p style="text-align: justify;">Melayani berarti membantu menyiapkan apa yang diperlukan seseorang, atau melakukan sesuatu bagi orang lain. Melayani juga adalah ungkapan syukur atas apa yang sudah Tuhan lakukan bagi hidup kita, hal yang seharusnya dilakukan tanpa beban. Kita memberi diri untuk mendorong orang lain, tanpa pamrih, ataupun mengharapkan imbalan. Semuanya kita lakukan dengan tulus ikhlas dan menjadi berkat bagi orang lain. Saat melayani sesama, sebenarnya kita sedang turut ambil bagian dalam karya Allah. Kita dipanggil menjadi rekan sekerja Allah dan menjadi representasi pelayanan yang dilakukan oleh Allah sendiri.</p>
<p style="text-align: justify;">Rasul Paulus dalam Filipi 2:1-11 memberi nasihat kepada jemaat untuk bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus. Kerukunan antaranggota jemaat dapat tercapai, apabila masing-masing anggotanya menaruh pikiran dan perasaan Kristus dalam diri mereka. Tidak seorang pun yang egois, mempertahankan kepentingan diri sendiri, ataupun mencari pujian, melainkan bersikap rendah hati satu terhadap yang lain, dan tidak menganggap diri sendiri lebih utama dari yang lain (ayat 3). Antaranggota memberi perhatian pada kepentingan orang lain dengan tulus, bukan karena ingin tahu atau ingin mencampuri urusan orang lain (ayat 4). Saat menghadapi perbedaan pendapat, kesatuan jemaat tetap dapat terwujud, bila tidak ada satu pun yang menonjolkan diri. Masing-masing saling memberi kesempatan kepada pihak yang lain untuk mengungkapkan pendapatnya (ayat 5).</p>
<p style="text-align: justify;">Sabar dan sehati adalah kunci pelayanan. Semuanya mengarah pada tujuan yang sama, sehingga kita saling memperhatikan dan menjadi tim yang kompak/sehati. Sehati berarti seia sekata, setujuan, tidak mudah <em>bape</em>r, mundur, kendur, lelah, dan menyerah. Banyak pencobaan dan pergumulan yang harus dihadapi dalam menjalankan tanggung jawab itu. Kita akan bertemu dengan rekan sepelayanan yang berbeda-beda karakternya. Ada yang ingin didengarkan terus-menerus, ada yang diam saja, ada yang ingin dipuji, ada yang rajin, ada yang ingin cepat beres, dan lain-lain. Oleh pimpinan Tuhan dan seiring dengan waktu, perubahan dapat terjadi, sehingga tercapailah kesatuan hati dalam melayani, dan hal itu menolong kita untuk merampungkan pekerjaan pelayanan.</p>
<p style="text-align: justify;">Apakah hal itu mudah dilakukan? Tentu tidak! Perlu kepedulian dan kerendahan hati. Kalau kita “melayani dengan sehati”, maka di mana pun ladang pelayanan kita, walaupun penuh halangan, rintangan, dan kekecewaan, semua akan terlewati dengan penuh sukacita, dan melaluinya, kita akan mengalami pertumbuhan.</p>
<p style="text-align: justify;">Sikap ingin menonjolkan diri sendiri hanya akan menimbulkan persaingan, ketidaksenangan, atau permusuhan. Sebaliknya, kalau kita berusaha bersatu, kita akan saling mendekat. Hendaknya kita meneladani Tuhan yang telah melayani kita terlebih dahulu dengan rendah hati, sungguh-sungguh, tidak egois, dan rela berkorban demi orang lain. Dengan demikian, akan timbul semangat persatuan dalam pelayanan.</p>
<p style="text-align: justify;">Biarlah kita tetap setia melayani dalam segala pergumulan, baik waktu maupun tenaga. Oleh kasih karunia Allah dan kesehatian, semuanya akan dapat berjalan dengan baik. Mari melayani dengan sehati!</p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/ELI.jpeg" alt="" width="733" height="518" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;"><em>Melayani, melayani lebih sungguh </em></p>
<p style="text-align: center;"><em>Melayani, melayani lebih sungguh</em></p>
<p style="text-align: center;"><em> Tuhan lebih dulu melayani kepadaku </em></p>
<p style="text-align: center;"><em>Melayani, melayani lebih sungguh. </em></p>
<p style="text-align: justify;">Masih ingatkah saat pertama kali Anda memulai pelayanan? Banyak dari kita merasa pelayanan itu berat, karena merasa tidak tahu apa-apa dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Namun, seiring dengan pertumbuhan iman, kita pun dapat mengerjakan pelayanan dengan segenap hati, jiwa, tenaga, dan dana. Bahkan, saat terjadi gesekan dan ketidaksehatian, kita memandangnya sebagai sarana untuk bertumbuh, dan bukan sebagai batu sandungan.</p>
<p style="text-align: justify;">Melayani berarti membantu menyiapkan apa yang diperlukan seseorang, atau melakukan sesuatu bagi orang lain. Melayani juga adalah ungkapan syukur atas apa yang sudah Tuhan lakukan bagi hidup kita, hal yang seharusnya dilakukan tanpa beban. Kita memberi diri untuk mendorong orang lain, tanpa pamrih, ataupun mengharapkan imbalan. Semuanya kita lakukan dengan tulus ikhlas dan menjadi berkat bagi orang lain. Saat melayani sesama, sebenarnya kita sedang turut ambil bagian dalam karya Allah. Kita dipanggil menjadi rekan sekerja Allah dan menjadi representasi pelayanan yang dilakukan oleh Allah sendiri.</p>
<p style="text-align: justify;">Rasul Paulus dalam Filipi 2:1-11 memberi nasihat kepada jemaat untuk bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus. Kerukunan antaranggota jemaat dapat tercapai, apabila masing-masing anggotanya menaruh pikiran dan perasaan Kristus dalam diri mereka. Tidak seorang pun yang egois, mempertahankan kepentingan diri sendiri, ataupun mencari pujian, melainkan bersikap rendah hati satu terhadap yang lain, dan tidak menganggap diri sendiri lebih utama dari yang lain (ayat 3). Antaranggota memberi perhatian pada kepentingan orang lain dengan tulus, bukan karena ingin tahu atau ingin mencampuri urusan orang lain (ayat 4). Saat menghadapi perbedaan pendapat, kesatuan jemaat tetap dapat terwujud, bila tidak ada satu pun yang menonjolkan diri. Masing-masing saling memberi kesempatan kepada pihak yang lain untuk mengungkapkan pendapatnya (ayat 5).</p>
<p style="text-align: justify;">Sabar dan sehati adalah kunci pelayanan. Semuanya mengarah pada tujuan yang sama, sehingga kita saling memperhatikan dan menjadi tim yang kompak/sehati. Sehati berarti seia sekata, setujuan, tidak mudah <em>bape</em>r, mundur, kendur, lelah, dan menyerah. Banyak pencobaan dan pergumulan yang harus dihadapi dalam menjalankan tanggung jawab itu. Kita akan bertemu dengan rekan sepelayanan yang berbeda-beda karakternya. Ada yang ingin didengarkan terus-menerus, ada yang diam saja, ada yang ingin dipuji, ada yang rajin, ada yang ingin cepat beres, dan lain-lain. Oleh pimpinan Tuhan dan seiring dengan waktu, perubahan dapat terjadi, sehingga tercapailah kesatuan hati dalam melayani, dan hal itu menolong kita untuk merampungkan pekerjaan pelayanan.</p>
<p style="text-align: justify;">Apakah hal itu mudah dilakukan? Tentu tidak! Perlu kepedulian dan kerendahan hati. Kalau kita “melayani dengan sehati”, maka di mana pun ladang pelayanan kita, walaupun penuh halangan, rintangan, dan kekecewaan, semua akan terlewati dengan penuh sukacita, dan melaluinya, kita akan mengalami pertumbuhan.</p>
<p style="text-align: justify;">Sikap ingin menonjolkan diri sendiri hanya akan menimbulkan persaingan, ketidaksenangan, atau permusuhan. Sebaliknya, kalau kita berusaha bersatu, kita akan saling mendekat. Hendaknya kita meneladani Tuhan yang telah melayani kita terlebih dahulu dengan rendah hati, sungguh-sungguh, tidak egois, dan rela berkorban demi orang lain. Dengan demikian, akan timbul semangat persatuan dalam pelayanan.</p>
<p style="text-align: justify;">Biarlah kita tetap setia melayani dalam segala pergumulan, baik waktu maupun tenaga. Oleh kasih karunia Allah dan kesehatian, semuanya akan dapat berjalan dengan baik. Mari melayani dengan sehati!</p>Fenomena Bunuh Diri: Tinjauan Secara Teologis dan Psikologis 2024-11-06T14:25:54+07:002024-11-06T14:25:54+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/fenomena-bunuh-diri-tinjauan-secara-teologis-dan-psikologisMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/nick-fewings-LQGQbssFs-M-unsplash.jpg" alt="" width="3032" height="2021" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Belakangan ini, kasus bunuh diri di kalangan anak muda di Indonesia meningkat sehingga semakin menarik perhatian. Dari sudut pandang teologis Kristen, bunuh diri dianggap sebagai dosa, karena melanggar hukum taurat yang berbunyi "jangan membunuh", yang juga berlaku bagi diri sendiri. Namun, seiring perkembangan zaman, gereja-gereja mulai mengadopsi pendekatan yang lebih berempati terhadap kasus bunuh diri, terutama jika disebabkan oleh gangguan mental. Banyak komunitas keagamaan kini menekankan pentingnya empati, kasih, pemahaman, dan dukungan bagi mereka yang mengalami krisis mental. Jika sebelumnya para pemuka agama memandang bunuh diri sebagai dosa tanpa harapan, kini banyak pemimpin agama yang menekankan perlunya intervensi, dukungan emosional, serta pendekatan yang mengurangi stigma terhadap masalah kesehatan mental.</p>
<p style="text-align: justify;">Dari sudut pandang psikologis, bunuh diri dipandang sebagai hasil dari berbagai kondisi kompleks, termasuk gangguan mental, tekanan hidup, dan ketidakmampuan dalam mengelola emosi dengan baik. Berikut ini adalah beberapa penyebab utama perilaku bunuh diri menurut perspektif psikologis:</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> • Gangguan mental</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Depresi berat adalah gangguan mental yang menjadi salah satu pemicu utama bunuh diri, yang membuat seseorang merasa putus asa dan tidak mampu menemukan jalan keluar dari penderitaan emosional mereka. Gangguan bipolar, skizofrenia, dan gangguan kecemasan juga dapat meningkatkan risiko bunuh diri.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> • Trauma</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Pengalaman traumatis di masa lalu, seperti pelecehan atau kekerasan, dapat menyebabkan tekanan berat dalam kehidupan sehari-hari, dan meningkatkan risiko bunuh diri. Individu yang mengalami trauma sering memiliki tingkat kerentanan emosional yang lebih tinggi.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>• Kurangnya dukungan sosial </strong></p>
<p style="text-align: justify;">Kesepian, isolasi sosial, dan minimnya dukungan dari keluarga atau teman dapat memperburuk kondisi mental seseorang, dan mendorong mereka ke arah tindakan bunuh diri.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> • Persepsi diri negatif</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Individu yang memiliki pandangan negatif tentang diri mereka sendiri dan memiliki harga diri yang rendah cenderung mengalami keputusasaan, sering merasa tidak berharga, dan kehilangan harapan dalam hidup. Melihat berbagai penyebab dari fenomena bunuh diri, penting untuk menerapkan pendekatan yang holistik. Dari sisi teologis, menerapkan nilai-nilai kehidupan yang kuat berdasarkan kasih Kristus menjadi sangat penting, sementara psikologi menawarkan intervensi efektif dan dukungan yang bersifat humanis. Kerjasama antara komunitas Kristen dan para psikolog atau psikiater sangat penting untuk menghadapi masalah kesehatan mental, terutama dalam pencegahan bunuh diri.</p>
<p style="text-align: justify;">Berikut beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan, misalnya:</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>• Psikoedukasi pertolongan pertama psikologis (<em>psychological first aid</em>) untuk para pendeta dan pemimpin gereja </strong></p>
<p style="text-align: justify;">Komunitas gereja dapat mengadakan pelatihan bagi para pendeta dan pemimpin gereja, bekerja sama dengan profesional kesehatan mental untuk memberikan pemahaman tentang tanda-tanda awal masalah kesehatan mental, seperti kondisi yang berpotensi mengarah pada perilaku bunuh diri, serta cara memberikan dukungan awal. Dengan pemahaman ini, para pemimpin gereja, seperti pendeta, dapat mengidentifikasi anggota jemaat yang mungkin memerlukan bantuan lebih lanjut dan merujuk mereka kepada profesional yang sesuai.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>• Dukungan spiritual dan psikologis </strong></p>
<p style="text-align: justify;">Gereja bisa berkolaborasi dengan psikolog untuk merancang program yang mengintegrasikan prinsip-prinsip kesehatan mental dengan nilai-nilai keimanan, sehingga jemaat merasa didukung secara menyeluruh, baik secara spiritual maupun emosional. Misalnya, melalui mental health sharing community, yang dapat diterapkan dalam persekutuan wilayah yang rutin diadakan.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>• Program doa dan pendampingan spiritual </strong></p>
<p style="text-align: justify;">Gereja dapat menyediakan program doa dan pendampingan spiritual untuk individu yang sedang menjalani terapi dan keluarga yang mendukung mereka. Mereka yang menghadapi masalah kesehatan mental, bersama dengan keluarganya, akan merasa lebih kuat ketika menyadari adanya komunitas yang mendukung mereka melalui doa dan pendampingan.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> • Sarana konseling individual maupun keluarga</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Gereja dapat menyediakan layanan konseling berbasis iman dengan melibatkan psikolog Kristen yang memahami konteks spiritual dan sosial budaya jemaat. Melalui layanan konseling ini, jemaat secara individual maupun bersama keluarganya, mungkin akan merasa lebih nyaman dan terbuka dalam mengungkapkan permasalahan mereka.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> • Seminar mengenai kesehatan mental </strong></p>
<p style="text-align: justify;">Gereja bisa mengundang psikolog atau psikiater untuk mengadakan seminar tentang topik-topik seperti depresi, kecemasan, dan pencegahan bunuh diri. Acara ini dapat membantu mengurangi stigma terkait kondisi psikologis di kalangan jemaat dan memberikan edukasi yang tepat tentang pentingnya kesehatan mental.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> • Kampanye mengenai kesehatan mental </strong></p>
<p style="text-align: justify;">Gereja bisa mengadakan kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental di komunitas, termasuk upaya pencegahan bunuh diri. Kampanye ini bisa mencakup pembuatan materi informasi yang mudah diakses, seperti brosur atau video singkat yang mengajarkan cara mencari bantuan saat menghadapi kesulitan emosional atau mental. Dengan menggabungkan kedua pendekatan ini, kita dapat membangun upaya pencegahan bunuh diri yang lebih komprehensif dan berfokus pada kemanusiaan. Keterlibatan keluarga, komunitas, pemimpin gereja, dan para praktisi kesehatan mental sangatlah penting. Semuanya harus bekerja sama menciptakan ruang aman bagi individu yang membutuhkan dukungan, sehingga mereka yang rentan terhadap percobaan bunuh diri dapat menemukan harapan dan makna baru dalam kehidupan.</p>
<p style="text-align: justify; padding-left: 30px;">"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah dari-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat kelegaan. Sebab, kuk yang Kupasang itu menyenangkan dan beban-Ku pun ringan." <strong>(Matius 11:28-30)</strong></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/Artikel/nick-fewings-LQGQbssFs-M-unsplash.jpg" alt="" width="3032" height="2021" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Belakangan ini, kasus bunuh diri di kalangan anak muda di Indonesia meningkat sehingga semakin menarik perhatian. Dari sudut pandang teologis Kristen, bunuh diri dianggap sebagai dosa, karena melanggar hukum taurat yang berbunyi "jangan membunuh", yang juga berlaku bagi diri sendiri. Namun, seiring perkembangan zaman, gereja-gereja mulai mengadopsi pendekatan yang lebih berempati terhadap kasus bunuh diri, terutama jika disebabkan oleh gangguan mental. Banyak komunitas keagamaan kini menekankan pentingnya empati, kasih, pemahaman, dan dukungan bagi mereka yang mengalami krisis mental. Jika sebelumnya para pemuka agama memandang bunuh diri sebagai dosa tanpa harapan, kini banyak pemimpin agama yang menekankan perlunya intervensi, dukungan emosional, serta pendekatan yang mengurangi stigma terhadap masalah kesehatan mental.</p>
<p style="text-align: justify;">Dari sudut pandang psikologis, bunuh diri dipandang sebagai hasil dari berbagai kondisi kompleks, termasuk gangguan mental, tekanan hidup, dan ketidakmampuan dalam mengelola emosi dengan baik. Berikut ini adalah beberapa penyebab utama perilaku bunuh diri menurut perspektif psikologis:</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> • Gangguan mental</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Depresi berat adalah gangguan mental yang menjadi salah satu pemicu utama bunuh diri, yang membuat seseorang merasa putus asa dan tidak mampu menemukan jalan keluar dari penderitaan emosional mereka. Gangguan bipolar, skizofrenia, dan gangguan kecemasan juga dapat meningkatkan risiko bunuh diri.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> • Trauma</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Pengalaman traumatis di masa lalu, seperti pelecehan atau kekerasan, dapat menyebabkan tekanan berat dalam kehidupan sehari-hari, dan meningkatkan risiko bunuh diri. Individu yang mengalami trauma sering memiliki tingkat kerentanan emosional yang lebih tinggi.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>• Kurangnya dukungan sosial </strong></p>
<p style="text-align: justify;">Kesepian, isolasi sosial, dan minimnya dukungan dari keluarga atau teman dapat memperburuk kondisi mental seseorang, dan mendorong mereka ke arah tindakan bunuh diri.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> • Persepsi diri negatif</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Individu yang memiliki pandangan negatif tentang diri mereka sendiri dan memiliki harga diri yang rendah cenderung mengalami keputusasaan, sering merasa tidak berharga, dan kehilangan harapan dalam hidup. Melihat berbagai penyebab dari fenomena bunuh diri, penting untuk menerapkan pendekatan yang holistik. Dari sisi teologis, menerapkan nilai-nilai kehidupan yang kuat berdasarkan kasih Kristus menjadi sangat penting, sementara psikologi menawarkan intervensi efektif dan dukungan yang bersifat humanis. Kerjasama antara komunitas Kristen dan para psikolog atau psikiater sangat penting untuk menghadapi masalah kesehatan mental, terutama dalam pencegahan bunuh diri.</p>
<p style="text-align: justify;">Berikut beberapa langkah konkret yang dapat dilakukan, misalnya:</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>• Psikoedukasi pertolongan pertama psikologis (<em>psychological first aid</em>) untuk para pendeta dan pemimpin gereja </strong></p>
<p style="text-align: justify;">Komunitas gereja dapat mengadakan pelatihan bagi para pendeta dan pemimpin gereja, bekerja sama dengan profesional kesehatan mental untuk memberikan pemahaman tentang tanda-tanda awal masalah kesehatan mental, seperti kondisi yang berpotensi mengarah pada perilaku bunuh diri, serta cara memberikan dukungan awal. Dengan pemahaman ini, para pemimpin gereja, seperti pendeta, dapat mengidentifikasi anggota jemaat yang mungkin memerlukan bantuan lebih lanjut dan merujuk mereka kepada profesional yang sesuai.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>• Dukungan spiritual dan psikologis </strong></p>
<p style="text-align: justify;">Gereja bisa berkolaborasi dengan psikolog untuk merancang program yang mengintegrasikan prinsip-prinsip kesehatan mental dengan nilai-nilai keimanan, sehingga jemaat merasa didukung secara menyeluruh, baik secara spiritual maupun emosional. Misalnya, melalui mental health sharing community, yang dapat diterapkan dalam persekutuan wilayah yang rutin diadakan.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>• Program doa dan pendampingan spiritual </strong></p>
<p style="text-align: justify;">Gereja dapat menyediakan program doa dan pendampingan spiritual untuk individu yang sedang menjalani terapi dan keluarga yang mendukung mereka. Mereka yang menghadapi masalah kesehatan mental, bersama dengan keluarganya, akan merasa lebih kuat ketika menyadari adanya komunitas yang mendukung mereka melalui doa dan pendampingan.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> • Sarana konseling individual maupun keluarga</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Gereja dapat menyediakan layanan konseling berbasis iman dengan melibatkan psikolog Kristen yang memahami konteks spiritual dan sosial budaya jemaat. Melalui layanan konseling ini, jemaat secara individual maupun bersama keluarganya, mungkin akan merasa lebih nyaman dan terbuka dalam mengungkapkan permasalahan mereka.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> • Seminar mengenai kesehatan mental </strong></p>
<p style="text-align: justify;">Gereja bisa mengundang psikolog atau psikiater untuk mengadakan seminar tentang topik-topik seperti depresi, kecemasan, dan pencegahan bunuh diri. Acara ini dapat membantu mengurangi stigma terkait kondisi psikologis di kalangan jemaat dan memberikan edukasi yang tepat tentang pentingnya kesehatan mental.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> • Kampanye mengenai kesehatan mental </strong></p>
<p style="text-align: justify;">Gereja bisa mengadakan kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental di komunitas, termasuk upaya pencegahan bunuh diri. Kampanye ini bisa mencakup pembuatan materi informasi yang mudah diakses, seperti brosur atau video singkat yang mengajarkan cara mencari bantuan saat menghadapi kesulitan emosional atau mental. Dengan menggabungkan kedua pendekatan ini, kita dapat membangun upaya pencegahan bunuh diri yang lebih komprehensif dan berfokus pada kemanusiaan. Keterlibatan keluarga, komunitas, pemimpin gereja, dan para praktisi kesehatan mental sangatlah penting. Semuanya harus bekerja sama menciptakan ruang aman bagi individu yang membutuhkan dukungan, sehingga mereka yang rentan terhadap percobaan bunuh diri dapat menemukan harapan dan makna baru dalam kehidupan.</p>
<p style="text-align: justify; padding-left: 30px;">"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah dari-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat kelegaan. Sebab, kuk yang Kupasang itu menyenangkan dan beban-Ku pun ringan." <strong>(Matius 11:28-30)</strong></p>Daniel si Pesulap2024-09-08T18:32:41+07:002024-09-08T18:32:41+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/daniel-si-pesulapMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/95189-ilustrasi-tukang-sulap-pesulap-tukang-sihir.jpg" alt="" width="653" height="366" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Di kota Everingham, adalah seorang pria tua bernama Daniel. Ia adalah seorang pengemis. Setiap hari ia berjalan kaki dari pinggir kota menuju pusat kota, hanya untuk mencari makanan sisa dari restoran. Daniel dulunya adalah seorang pesulap hebat yang sering tampil menghibur orang-orang. Namun, situasi berubah saat ia kehilangan anaknya. Ia kehilangan semangat untuk bekerja, dan berakhir menjadi seorang pengemis.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/daniel-si-pesulap" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/95189-ilustrasi-tukang-sulap-pesulap-tukang-sihir.jpg" alt="" width="653" height="366" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Di kota Everingham, adalah seorang pria tua bernama Daniel. Ia adalah seorang pengemis. Setiap hari ia berjalan kaki dari pinggir kota menuju pusat kota, hanya untuk mencari makanan sisa dari restoran. Daniel dulunya adalah seorang pesulap hebat yang sering tampil menghibur orang-orang. Namun, situasi berubah saat ia kehilangan anaknya. Ia kehilangan semangat untuk bekerja, dan berakhir menjadi seorang pengemis.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/daniel-si-pesulap" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> The Great Harvest 2024-09-08T18:18:06+07:002024-09-08T18:18:06+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/the-great-harvestMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/pupuk_padi.jpg" alt="" width="1200" height="680" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;"><em>Long ago, there is a village tucked away in the countryside. It is surrounded by lush fields stretching as far as eye can see. This village is famous for its plentiful rice harvest. Whenever there is a harvest, everyone is excited to help, including a young man named Wira.</em></p>
<p style="text-align: justify;"><em> Wira decided to pursue his studies in a city, leaving his village behind. However, upon hearing about the harvest from his parents, he rushed back home, to lend a hand. With his background in agriculture studies, Wira is excited to put his knowledge to a good use. Wira wanted to improve the harvest process by finding a better way to thresh paddy. Threshing is separating rice grains from paddy. Seeing farmers working so hard, beating bundles of paddies on a plastic sheet made him feel sorry for them. All that manual work must be tiring and time-consuming, he thought. With his knowledge, Wira knew he could make paddy threshing faster and more productive. Luckily, he has the machine with him to bring to the village. Wira called the farmers to the village hall that evening to share his idea. </em></p>
<p style="text-align: justify;"><em>The farmers, however, were not receptive to Wira’s proposal. Some elderlies resisted the notion of technology taking over their longstanding customs. Doubts were raised about the effectiveness of the new technology. A handful of them even ridiculed Wira, viewing him as an arrogant stranger, ignorant of the village’s ways. Wira found it is hard to believe that the villagers were so narrow-minded, preferring to stick to their old ways rather than embrace change. Tensions started to rise, as they began to argue. The village leader had to intervene, to stop a potential fight. He then proposed a contest to settle the dispute. Each participant would receive paddy bundles to thresh. Wira would use his machine, while other farmers would use their own methods. The winner, who threshed the most paddy by the next day, would decide the village’s threshing method. The only condition was no sabotage. All parties agreed, making it a fair competition.</em></p>
<p style="text-align: center;"><em>“For we are co-workers in God’s service; you are God’s field, God’s building.” 1 Corinthians 3:9 31 </em></p>
<p style="text-align: justify;"><em>The next morning, villagers assembled in an open field to witness the competition. A big team of farm laborers started harvesting the paddy for the contest, skillfully cutting mature stalks with sickles. They bundled the harvested paddy up and arranged them in front of the participants, Wira and a group of traditional farmers. As soon as the village leader finished the countdown, the contest commenced. </em></p>
<p style="text-align: justify;"><em>Wira used a machine to thresh the paddy, placing the bundles inside and letting it grind the paddy. As a result, rice grains came out from within. On the other side of the field, traditional farmers followed their usual method of threshing by beating the bundles to separate rice from paddy. As they beat the bundles, they sang songs to energize themselves. Both contestants tirelessly threshed for hours, pausing only for short breaks. Some farmworkers assisted each participant by packing the rice into sacks. The entire village watched the contest with great enthusiasm. It had been a long time since the village had such an exhilarating event. By noon, the contest was over. Sacks of rice were stacked up on each side. </em></p>
<p style="text-align: justify;"><em>The village leader and his assistants proceeded to the field, to tally every number of harvested sacks by each contestant. The result was a tie. Wira and the traditional farmers were able to produce the same quantity of rice, after all their efforts. The village leader was overjoyed with the outcome; he even said that this year’s harvest could be the most successful; thanks to the contestants. </em></p>
<p style="text-align: justify;"><em>Wira and the traditional farmers eventually understood the futility of their competition. </em><em>Villagers were not concerned about how the paddy was threshed; as long as they can harvest. The two adversaries reconciled by shaking hands. Wira felt a sense of brotherhood among the traditional farmers, and he’d like to try manual threshing. Meanwhile, the head of the traditional farmers was impressed by the effectiveness of Wira’s machine, and humbly asked to be taught how it is operated. The entire village rejoiced upon the reconciliation, and that night, a feast was organized to celebrate these industrious threshers. </em></p>
<p style="text-align: justify;"><em>This story of different people butting heads isn’t uncommon. When East meets West, old-schools meets newschools, and modern meets traditional ways of thinking, clashes are often inevitable. Christians, of course, are not excluded, be it in our churches or homes. These clashes often do more harm than good. Putting a new perspective may open up our blindfolded competitive spirit. A collaborative atmosphere is what we need, as we are coworkers in God’s service, doing God’s work, in God’s world, here on this beautiful earth. </em></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/pupuk_padi.jpg" alt="" width="1200" height="680" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;"><em>Long ago, there is a village tucked away in the countryside. It is surrounded by lush fields stretching as far as eye can see. This village is famous for its plentiful rice harvest. Whenever there is a harvest, everyone is excited to help, including a young man named Wira.</em></p>
<p style="text-align: justify;"><em> Wira decided to pursue his studies in a city, leaving his village behind. However, upon hearing about the harvest from his parents, he rushed back home, to lend a hand. With his background in agriculture studies, Wira is excited to put his knowledge to a good use. Wira wanted to improve the harvest process by finding a better way to thresh paddy. Threshing is separating rice grains from paddy. Seeing farmers working so hard, beating bundles of paddies on a plastic sheet made him feel sorry for them. All that manual work must be tiring and time-consuming, he thought. With his knowledge, Wira knew he could make paddy threshing faster and more productive. Luckily, he has the machine with him to bring to the village. Wira called the farmers to the village hall that evening to share his idea. </em></p>
<p style="text-align: justify;"><em>The farmers, however, were not receptive to Wira’s proposal. Some elderlies resisted the notion of technology taking over their longstanding customs. Doubts were raised about the effectiveness of the new technology. A handful of them even ridiculed Wira, viewing him as an arrogant stranger, ignorant of the village’s ways. Wira found it is hard to believe that the villagers were so narrow-minded, preferring to stick to their old ways rather than embrace change. Tensions started to rise, as they began to argue. The village leader had to intervene, to stop a potential fight. He then proposed a contest to settle the dispute. Each participant would receive paddy bundles to thresh. Wira would use his machine, while other farmers would use their own methods. The winner, who threshed the most paddy by the next day, would decide the village’s threshing method. The only condition was no sabotage. All parties agreed, making it a fair competition.</em></p>
<p style="text-align: center;"><em>“For we are co-workers in God’s service; you are God’s field, God’s building.” 1 Corinthians 3:9 31 </em></p>
<p style="text-align: justify;"><em>The next morning, villagers assembled in an open field to witness the competition. A big team of farm laborers started harvesting the paddy for the contest, skillfully cutting mature stalks with sickles. They bundled the harvested paddy up and arranged them in front of the participants, Wira and a group of traditional farmers. As soon as the village leader finished the countdown, the contest commenced. </em></p>
<p style="text-align: justify;"><em>Wira used a machine to thresh the paddy, placing the bundles inside and letting it grind the paddy. As a result, rice grains came out from within. On the other side of the field, traditional farmers followed their usual method of threshing by beating the bundles to separate rice from paddy. As they beat the bundles, they sang songs to energize themselves. Both contestants tirelessly threshed for hours, pausing only for short breaks. Some farmworkers assisted each participant by packing the rice into sacks. The entire village watched the contest with great enthusiasm. It had been a long time since the village had such an exhilarating event. By noon, the contest was over. Sacks of rice were stacked up on each side. </em></p>
<p style="text-align: justify;"><em>The village leader and his assistants proceeded to the field, to tally every number of harvested sacks by each contestant. The result was a tie. Wira and the traditional farmers were able to produce the same quantity of rice, after all their efforts. The village leader was overjoyed with the outcome; he even said that this year’s harvest could be the most successful; thanks to the contestants. </em></p>
<p style="text-align: justify;"><em>Wira and the traditional farmers eventually understood the futility of their competition. </em><em>Villagers were not concerned about how the paddy was threshed; as long as they can harvest. The two adversaries reconciled by shaking hands. Wira felt a sense of brotherhood among the traditional farmers, and he’d like to try manual threshing. Meanwhile, the head of the traditional farmers was impressed by the effectiveness of Wira’s machine, and humbly asked to be taught how it is operated. The entire village rejoiced upon the reconciliation, and that night, a feast was organized to celebrate these industrious threshers. </em></p>
<p style="text-align: justify;"><em>This story of different people butting heads isn’t uncommon. When East meets West, old-schools meets newschools, and modern meets traditional ways of thinking, clashes are often inevitable. Christians, of course, are not excluded, be it in our churches or homes. These clashes often do more harm than good. Putting a new perspective may open up our blindfolded competitive spirit. A collaborative atmosphere is what we need, as we are coworkers in God’s service, doing God’s work, in God’s world, here on this beautiful earth. </em></p>Kodrat Manusia: Kekekalan 2024-09-08T17:55:55+07:002024-09-08T17:55:55+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/kodrat-manusia-kekekalanMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/perpuluhan-3-ff-min.jpg" alt="" width="1000" height="668" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;">“Engkau mengembalikan manusia kepada debu, … Engkau menghanyutkan manusia seperti mimpi; mereka seperti mimpi,<br>seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu”<br>(Mazmur 90:3 dan 5).</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/kodrat-manusia-kekekalan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/perpuluhan-3-ff-min.jpg" alt="" width="1000" height="668" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;">“Engkau mengembalikan manusia kepada debu, … Engkau menghanyutkan manusia seperti mimpi; mereka seperti mimpi,<br>seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu”<br>(Mazmur 90:3 dan 5).</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/kodrat-manusia-kekekalan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Mempersembahkan Hidup2024-09-08T17:44:52+07:002024-09-08T17:44:52+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/mempersembahkan-hidupMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/LO.jpg" alt="" width="3456" height="2304" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;">Segala sesuatu dalam hidup kita adalah<br>milik Tuhan, sehingga Ia berhak<br>memakai hidup kita seutuhnya.</p>
<p style="text-align: justify;">Saat mendengar kata “munafik”, maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah seseorang yang perkataannya manis dan hebat, namun hati atau pikirannya tidak demikian. Ia senang mengumbar janji yang realisasinya nihil. Istilah kerennya PHP, alias Pemberi Harapan Palsu. Ada juga orang yang pintar beretorika. Dari mulutnya keluar kata atau kalimat yang indah, konsep, atau pikiran yang brilian, namun praktik hidupnya sehari-hari jauh dari apa yang diutarakan.</p>
<p style="text-align: justify;">Rasul Paulus sangat memperhatikan keseimbangan antara doktrin atau ajaran yang kuat dengan praktik atau penerapannya dalam hidup sehari-hari sewaktu menuliskan surat-suratnya, termasuk surat untuk jemaat di Roma. Baginya, seorang Kristen perlu mengerti alasan melakukan berbagai hal, sehingga dapat berlaku benar dalam hidupnya. Fondasinya adalah doktrin atau ajaran yang benar. Setelah itu, baru menerapkannya dalam kehidupannya. Salah satunya adalah dalam mempersembahkan tubuh.</p>
<p style="text-align: justify;">Roma 12:1 dibuka dengan frasa “karena itu”, mencoba menghubungkan dengan ajaran yang sudah Paulus sampaikan dalam pasal-pasal sebelumnya. Kalimat ini dilanjutkan dengan “demi kemurahan Allah” (Yunani: <em>dia tōn oiktirmōn</em>). Roma 1-11 sudah menerangkan dengan gamblang bagaimana orang-orang percaya hidup oleh kemurahan Allah. Kita dahulu adalah orang-orang yang telah mati karena dosa, dan berada di bawah murka Allah. Namun, oleh anugerah-Nya di dalam Kristus Yesus, Allah membenarkan kita melalui iman, dalam Roh Kudus. Sejak saat itu, kita hidup dalam damai sejahtera, kasih karunia, dan pengharapan. Dosa tidak lagi berkuasa atas kita. Roh Kudus senantiasa menyertai dan menyucikan kita sampai akhir, sehingga tidak ada lagi yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus.</p>
<p style="text-align: justify;">Bila kita hidup oleh kemurahan Allah, mempersembahkan hidup kepada-Nya seharusnya menjadi hal yang mudah. Allah memiliki kita. Sebagai Pencipta, Ia berhak atas tubuh kita. Sebagai Penebus, Ia pun sudah membayar kita dengan hidup-Nya, supaya kita menjadi milik-Nya. Mempertimbangkan semuanya ini, tidaklah berlebihan jikalau Paulus menasihatkan kita untuk mempersembahkan tubuh kepada Allah. Mempersembahkan tubuh kepada Allah merupakan “ibadahmu yang sejati” (TB, Yunani: <em>tēn logikēn latreian hymōn</em>). Dari sisi leksikal (arti kata), <em>logiken</em> (TB: sejati) memang bisa berarti “spiritual” atau “masuk akal”. Dari sisi konteks, opsi terakhir tampaknya lebih bisa diterima. Paulus memang sedang berbicara tentang cara berpikir Kristen. Ia menjadikan kemurahan-kemurahan Allah sebagai alasan di balik persembahan tubuh, sesuai dengan Roma 12:2, yang menyinggung tentang transformasi akal budi.</p>
<p style="text-align: justify;">Sewaktu mendengar kata “persembahan”, biasanya kata tersebut kita kaitkan dengan uang yang dipersembahkan sewaktu kebaktian, atau perpuluhan yang kita berikan kepada gereja setiap bulannya. Dalam konteks harta atau uang ini, Tuhan Yesus sudah pernah mengingatkan, jumlah nominalnya tidak begitu penting. Yang lebih penting adalah apakah orang tersebut sudah mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Markus 12:41-43 dan Lukas 21:1-4 mencatat, Tuhan Yesus melihat persembahan janda miskin dan mengatakan bahwa ia memberi lebih banyak daripada semua orang, karena yang lain memberi dari kelimpahannya, tetapi ia memberi dari kekurangannya. </p>
<p style="text-align: justify;">Persembahan yang kedua adalah waktu kita. Sebagai orang yang sibuk, sering kali waktu kita tersita untuk urusan rumah tangga, pekerjaan, atau bisnis, juga berbagai kegiatan organisasi, termasuk gereja. Jangan sampai waktu yang kita berikan untuk melayani Tuhan hanyalah waktu sisa, hanya jika sempat.</p>
<p style="text-align: justify;">Sebaliknya, kita mungkin mengklaim, banyak sekali waktu yang kita habiskan untuk melayani Tuhan. Padahal, kita sedang <strong>melayani kegiatan untuk Tuhan</strong>, bukan <strong>melayani Tuhan</strong> itu sendiri. Tidak ada penghayatan sama sekali, apakah itu berkenan kepada-Nya atau tidak. Pokoknya sibuk dan lelah, namun pusat pelayanannya adalah kita, bukan Tuhan. Seharusnya waktu kita (<em>kronos</em>) selalu dicocokkan dengan waktu Tuhan (<em>kairos</em>) dan kehendak-Nya, bukan asal sibuk sendiri.</p>
<p style="text-align: justify;">Persembahan ketiga adalah bakat, talenta, dan pengalaman kita. Semuanya itu mesti kita persembahkan untuk Tuhan. Jika kita tergerak untuk ikut melayani melalui paduan suara misalnya, mari kita mempersembahkan suara kita yang terbaik untuk Tuhan. Bukan berarti jika sudah menjadi juara menyanyi, baru kita boleh melayani di paduan suara. Mungkin suara kita pas-pasan. Namun, kalau kita melakukannya dengan sungguh-sungguh dan mau mengembangkannya, biarlah Tuhan yang menilai dan menerimanya sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya.</p>
<p style="text-align: justify;">Hal ini sangat relevan jika dikaitkan dengan perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14- 30. Ada yang diberi lima, dua, dan satu talenta, sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Kata kuncinya bukan banyaknya talenta yang dititipkan, namun seberapa orang yang diberi talenta itu mengembangkannya dengan baik dan setia.</p>
<p style="text-align: justify;">Yang terakhir adalah persembahan hidup. Sebenarnya kategori persembahan ini juga meliputi harta, waktu, dan bakat kita. Namun, penekanannya adalah pada keseluruhan hidup kita.</p>
<p style="text-align: justify;">Karena takut, seorang penyembah berhala bisa saja mempersiapkan persembahan yang terbaik, di antaranya berupa binatang hidup, bahkan anaknya sendiri sebagai persembahan kepada dewa yang disembahnya. Sewaktu bangsa Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala, mereka mempersembahkan anak-anak mereka kepada dewa Molokh (Imamat 20:4).</p>
<p style="text-align: justify;">Sebagai orang Kristen, tentu saja mempersembahkan hidup bukan berarti kita mempersembahkan nyawa sebagai tanda kita mengasihi Tuhan (memang ada yang harus mati sebagai martir, dan itu tetap dalam kehendak-Nya). Segala sesuatu dalam hidup kita adalah milik Tuhan, sehingga Ia berhak memakai hidup kita seutuhnya. Apa pun yang ada dalam diri kita (harta, waktu, bakat, pikiran, perasaan, perilaku dan lain-lain), kita serahkan kepada Tuhan untuk dipakai sebagai alat bagi kemuliaan nama-Nya<em>. Soli Deo Gloria</em>.</p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/LO.jpg" alt="" width="3456" height="2304" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;">Segala sesuatu dalam hidup kita adalah<br>milik Tuhan, sehingga Ia berhak<br>memakai hidup kita seutuhnya.</p>
<p style="text-align: justify;">Saat mendengar kata “munafik”, maka yang terlintas dalam pikiran kita adalah seseorang yang perkataannya manis dan hebat, namun hati atau pikirannya tidak demikian. Ia senang mengumbar janji yang realisasinya nihil. Istilah kerennya PHP, alias Pemberi Harapan Palsu. Ada juga orang yang pintar beretorika. Dari mulutnya keluar kata atau kalimat yang indah, konsep, atau pikiran yang brilian, namun praktik hidupnya sehari-hari jauh dari apa yang diutarakan.</p>
<p style="text-align: justify;">Rasul Paulus sangat memperhatikan keseimbangan antara doktrin atau ajaran yang kuat dengan praktik atau penerapannya dalam hidup sehari-hari sewaktu menuliskan surat-suratnya, termasuk surat untuk jemaat di Roma. Baginya, seorang Kristen perlu mengerti alasan melakukan berbagai hal, sehingga dapat berlaku benar dalam hidupnya. Fondasinya adalah doktrin atau ajaran yang benar. Setelah itu, baru menerapkannya dalam kehidupannya. Salah satunya adalah dalam mempersembahkan tubuh.</p>
<p style="text-align: justify;">Roma 12:1 dibuka dengan frasa “karena itu”, mencoba menghubungkan dengan ajaran yang sudah Paulus sampaikan dalam pasal-pasal sebelumnya. Kalimat ini dilanjutkan dengan “demi kemurahan Allah” (Yunani: <em>dia tōn oiktirmōn</em>). Roma 1-11 sudah menerangkan dengan gamblang bagaimana orang-orang percaya hidup oleh kemurahan Allah. Kita dahulu adalah orang-orang yang telah mati karena dosa, dan berada di bawah murka Allah. Namun, oleh anugerah-Nya di dalam Kristus Yesus, Allah membenarkan kita melalui iman, dalam Roh Kudus. Sejak saat itu, kita hidup dalam damai sejahtera, kasih karunia, dan pengharapan. Dosa tidak lagi berkuasa atas kita. Roh Kudus senantiasa menyertai dan menyucikan kita sampai akhir, sehingga tidak ada lagi yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus.</p>
<p style="text-align: justify;">Bila kita hidup oleh kemurahan Allah, mempersembahkan hidup kepada-Nya seharusnya menjadi hal yang mudah. Allah memiliki kita. Sebagai Pencipta, Ia berhak atas tubuh kita. Sebagai Penebus, Ia pun sudah membayar kita dengan hidup-Nya, supaya kita menjadi milik-Nya. Mempertimbangkan semuanya ini, tidaklah berlebihan jikalau Paulus menasihatkan kita untuk mempersembahkan tubuh kepada Allah. Mempersembahkan tubuh kepada Allah merupakan “ibadahmu yang sejati” (TB, Yunani: <em>tēn logikēn latreian hymōn</em>). Dari sisi leksikal (arti kata), <em>logiken</em> (TB: sejati) memang bisa berarti “spiritual” atau “masuk akal”. Dari sisi konteks, opsi terakhir tampaknya lebih bisa diterima. Paulus memang sedang berbicara tentang cara berpikir Kristen. Ia menjadikan kemurahan-kemurahan Allah sebagai alasan di balik persembahan tubuh, sesuai dengan Roma 12:2, yang menyinggung tentang transformasi akal budi.</p>
<p style="text-align: justify;">Sewaktu mendengar kata “persembahan”, biasanya kata tersebut kita kaitkan dengan uang yang dipersembahkan sewaktu kebaktian, atau perpuluhan yang kita berikan kepada gereja setiap bulannya. Dalam konteks harta atau uang ini, Tuhan Yesus sudah pernah mengingatkan, jumlah nominalnya tidak begitu penting. Yang lebih penting adalah apakah orang tersebut sudah mempersembahkan yang terbaik bagi Tuhan. Markus 12:41-43 dan Lukas 21:1-4 mencatat, Tuhan Yesus melihat persembahan janda miskin dan mengatakan bahwa ia memberi lebih banyak daripada semua orang, karena yang lain memberi dari kelimpahannya, tetapi ia memberi dari kekurangannya. </p>
<p style="text-align: justify;">Persembahan yang kedua adalah waktu kita. Sebagai orang yang sibuk, sering kali waktu kita tersita untuk urusan rumah tangga, pekerjaan, atau bisnis, juga berbagai kegiatan organisasi, termasuk gereja. Jangan sampai waktu yang kita berikan untuk melayani Tuhan hanyalah waktu sisa, hanya jika sempat.</p>
<p style="text-align: justify;">Sebaliknya, kita mungkin mengklaim, banyak sekali waktu yang kita habiskan untuk melayani Tuhan. Padahal, kita sedang <strong>melayani kegiatan untuk Tuhan</strong>, bukan <strong>melayani Tuhan</strong> itu sendiri. Tidak ada penghayatan sama sekali, apakah itu berkenan kepada-Nya atau tidak. Pokoknya sibuk dan lelah, namun pusat pelayanannya adalah kita, bukan Tuhan. Seharusnya waktu kita (<em>kronos</em>) selalu dicocokkan dengan waktu Tuhan (<em>kairos</em>) dan kehendak-Nya, bukan asal sibuk sendiri.</p>
<p style="text-align: justify;">Persembahan ketiga adalah bakat, talenta, dan pengalaman kita. Semuanya itu mesti kita persembahkan untuk Tuhan. Jika kita tergerak untuk ikut melayani melalui paduan suara misalnya, mari kita mempersembahkan suara kita yang terbaik untuk Tuhan. Bukan berarti jika sudah menjadi juara menyanyi, baru kita boleh melayani di paduan suara. Mungkin suara kita pas-pasan. Namun, kalau kita melakukannya dengan sungguh-sungguh dan mau mengembangkannya, biarlah Tuhan yang menilai dan menerimanya sebagai persembahan yang berkenan kepada-Nya.</p>
<p style="text-align: justify;">Hal ini sangat relevan jika dikaitkan dengan perumpamaan tentang talenta dalam Matius 25:14- 30. Ada yang diberi lima, dua, dan satu talenta, sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Kata kuncinya bukan banyaknya talenta yang dititipkan, namun seberapa orang yang diberi talenta itu mengembangkannya dengan baik dan setia.</p>
<p style="text-align: justify;">Yang terakhir adalah persembahan hidup. Sebenarnya kategori persembahan ini juga meliputi harta, waktu, dan bakat kita. Namun, penekanannya adalah pada keseluruhan hidup kita.</p>
<p style="text-align: justify;">Karena takut, seorang penyembah berhala bisa saja mempersiapkan persembahan yang terbaik, di antaranya berupa binatang hidup, bahkan anaknya sendiri sebagai persembahan kepada dewa yang disembahnya. Sewaktu bangsa Israel jatuh ke dalam penyembahan berhala, mereka mempersembahkan anak-anak mereka kepada dewa Molokh (Imamat 20:4).</p>
<p style="text-align: justify;">Sebagai orang Kristen, tentu saja mempersembahkan hidup bukan berarti kita mempersembahkan nyawa sebagai tanda kita mengasihi Tuhan (memang ada yang harus mati sebagai martir, dan itu tetap dalam kehendak-Nya). Segala sesuatu dalam hidup kita adalah milik Tuhan, sehingga Ia berhak memakai hidup kita seutuhnya. Apa pun yang ada dalam diri kita (harta, waktu, bakat, pikiran, perasaan, perilaku dan lain-lain), kita serahkan kepada Tuhan untuk dipakai sebagai alat bagi kemuliaan nama-Nya<em>. Soli Deo Gloria</em>.</p>Jemaat yang Bergerak2024-09-07T16:52:50+07:002024-09-07T16:52:50+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/jemaat-yang-bergerakMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="300" height="168" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;">“Setiap orang Kristen adalah seorang misionaris, karena telah berjumpa dengan kasih Allah. Setiap orang percaya harus bergerak keluar. Tidak terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Gereja harus bergerak, menjadi berkat dan menjadi saksi.”</p>
<p style="text-align: justify;">Seorang anak lelaki berumur sepuluh tahun berdiri dengan tegap di depan mimbar gereja. Ia berada di barisan paling kanan. Di sebelahnya, ada belasan anak lain yang juga berdiri. Anak itu menatap ke depan dengan mata berbinar, sambil menyanyikan kidung pujian dan penyembahan untuk Tuhan. Suasana begitu hidup. Senandung musik berpadu padan dengan suara khas mereka. Setelahnya, gemuruh tepuk tangan pun membahana. Mereka tersenyum puas. Mungkin karena senandung pujiannya telah menghibur ratusan jemaat yang hadir pagi itu.</p>
<p style="text-align: justify;">Penampilan mereka tak berhenti di situ. Satu per satu mereka melangkah ke lorong, di antara kursi-kursi gereja. Di tangan mereka terselip secarik kertas bergambar dan bertuliskan ayat Alkitab. Mataku mengikuti langkah mereka ke kerumunan jemaat. Mereka menghampiri jemaat secara acak dan menyerahkan kertas tersebut. Hingga akhirnya, anak lelaki yang berdiri paling kanan berhenti melangkah. Tepat di hadapanku. Tangannya mengulurkan kertas kecil itu. Matanya menatapku sambil tersenyum. Aku terdiam dan menerimanya sambil berucap terima kasih. Pelan-pelan kubaca tulisan di kertas kecil itu. Ada satu kata selain ayat Alkitab yang tertulis di sana. Tenjo.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> Ranting yang Berbuah</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi. Aku sedang dalam perjalanan menuju satu lokasi yang berada cukup jauh dari rumah. Namanya Tenjo. Belakangan, aku tahu kalau ini adalah lokasi yang sudah belasan tahun mendapatkan pendampingan dari GKI Gading Serpong. Bahkan gereja menyebutnya sebagai pengejawantahan misi yang holistik. Pelayanan terpadu dari gereja untuk menghadirkan kerajaan Allah di tengah dunia.</p>
<p style="text-align: justify;">Setibanya di Tenjo, ketika mentari hampir tiba di atas kepala, aku melihat betapa semringahnya setiap orang yang hadir di sana. Perjalanan jauh tak lagi jadi beban. “Pekerjaan” menjadi rekan sekerja Allah memang bukan suatu beban, melainkan kehormatan yang luar biasa.</p>
<p style="text-align: justify;">Perasaan itulah yang muncul ketika aku melihat para pekerja yang bergerak di Tenjo, bergerak selaras dengan kasih Yesus. Dengan mendengar cerita mereka, meski singkat, aku sadar setiap kesempatan untuk berbuat baik adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan, dan mereka bersyukur atas setiap kesempatan itu.</p>
<p style="text-align: justify;">Raut wajah yang gembira dari setiap anak yang ada di Tenjo adalah sebuah hadiah. Bingkisan terbaik dari muridmurid Tuhan yang mendedikasikan hidupnya untuk membuat mereka terus berpengharapan akan kasih Tuhan. Cinta kasih sesama, tanpa melihat latar belakang anak-anak dan keluarga yang bernaung di sana. Pengajaran gratis. Pengobatan gratis. Itulah kasih Tuhan.</p>
<p style="text-align: justify;">Mungkin rasa terima kasih itu pula yang ingin mereka sampaikan saat datang menghampiri jemaat di antara kursi-kursi gereja. Berharap, tidak hanya doa yang mereka dengar dari jemaat, tapi juga uluran tangan untuk mengajak anak-anak ikut serta dalam misi Allah di dunia. Langkah kaki jemaat yang bergerak seirama, menari bersama, bersukacita mensyukuri kasih Allah. Di tanah yang gersang Tenjo, yang suatu hari nanti akan kita sirami dengan kesejukan kasih Allah.</p>
<p style="text-align: justify;">Rasanya inilah yang dimaksudkan Pendeta Santoni Ong, M.Th. ketika membawakan tema kebaktian Minggu “Menjadi Murid Kristus yang Misioner” (Lukas 4:18-19), di minggu yang sama ketika anak-anak dari Tenjo hadir di tengahtengah gereja, ketika mereka hadir dan menyapa jemaat secara langsung. Sekadar ingin berterima kasih atas setiap perhatian, mulai dari doa hingga perbuatan, yang mereka rasakan betul manfaatnya sejak belasan tahun lalu.</p>
<p style="text-align: justify;">“Setiap orang Kristen adalah seorang misionaris, karena telah berjumpa dengan kasih Allah. Setiap orang percaya harus bergerak keluar. Tidak terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Gereja harus bergerak, menjadi berkat dan menjadi saksi,” kata Pendeta Santoni Ong, M.Th. mengawali khotbah.</p>
<p style="text-align: justify;">Sekilas teringat bagaimana seringnya Tuhan hanya mendapatkan sisa waktu yang kita punya. Waktu yang sedikit sekali. Bahkan hanya kurang dari semenit sebelum kita terlelap di malam hari. Sekadar mengucap syukur dan meminta perlindungan dari malam yang dingin, dan berharap esok hari terbangun dengan penuh sukacita. Atau, tergesa-gesa mengucap doa yang singkat dan spontan sebelum makan. Sesingkat itu.</p>
<p style="text-align: justify;">Padahal Allah begitu rindu bersekutu dengan kita. Bukankah menjadi “rekan sekerja Allah” dan memiliki “ranting yang berbuah” dapat kita lakukan sekaligus, ketika kita bergerak melayani dalam nama- Nya? Bukankah ketika kita mau turun menjalankan misi Allah di dunia, dengan bergerak membantu sesama misalnya, itu akan menjadi kehormatan yang luar biasa bagi kita?</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> Bukan Sekadar Melihat</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Wajar bila kemudian seruan bagi jemaat untuk bergerak semakin sering didengungkan belakangan ini. Meskipun kita tahu betul, Allah yang punya tuaian atas apa yang terjadi di ladang anggur-Nya, namun Allah rindu kita ikut terlibat dalam setiap rencana dan kehendak-Nya.</p>
<p style="text-align: justify;">Bagaimana pengutusan ini dikuatkan dalam Matius 9:36? Mengapa para murid diutus? “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba tidak bergembala.” Jadi, jangan ada lagi pencarian tanpa henti untuk memulai bergerak menjalankan misi Tuhan di dunia. Bahkan, perlahan namun tegas, Pendeta Santoni Ong, M.Th. menutup khotbah minggu itu dengan beberapa pertanyaan yang harus kita renungkan bersama. “Bagaimana kita memberikan kebaikan bagi banyak orang? Mengapa Tuhan mengutus kita menjadi jemaat yang misioner? Bukan hanya berkumpul di gereja dan saling bertanya apa yang ingin kamu lakukan. Harusnya, saya tahu apa yang harus saya lakukan,” katanya.</p>
<p style="text-align: justify;">Itulah segelintir pernyataan penting dari banyak pertanyaan yang masih kita cari jawabannya. Alih-alih menghabiskan waktu untuk menemukan jawaban yang tepat, Tuhan ingin kita bergerak lebih cepat, tanpa sekadar melihat dan menunggu. Ini juga menjadi refleksi bagi pencarianku tentang esensi menjadi ranting yang berbuah dan rekan sekerja Allah. Bertahun-tahun mencari tempat yang paling pas untukku bisa senyaman mungkin melayani Tuhan dan menjadi manfaat bagi dunia. Berpindah dari satu misi ke misi lainnya. Tanpa aku sadari, bukan misinya yang salah. Tapi VISIku yang salah. Padahal sebagai jemaat, kita bisa mengambil peran dalam setiap misi Tuhan di dunia ini. Ia tidak hanya memberikan kesuburan di tanah yang kita hampiri, tetapi Ia juga menginginkan kita sebagai rekan sekerja-Nya, penanam benih dan penyiram yang baik dalam pekerjaan Tuhan di dunia. </p>
<p style="text-align: center;">Bukankah menjadi “rekan sekerja Allah” dan memiliki “ranting yang berbuah” dapat kita lakukan sekaligus, ketika kita bergerak melayani dalam nama-Nya?</p>
<p style="text-align: justify;">*Penulis adalah anggota jemaat GKI Gading Serpong. </p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="300" height="168" loading="lazy"></p><p style="text-align: center;">“Setiap orang Kristen adalah seorang misionaris, karena telah berjumpa dengan kasih Allah. Setiap orang percaya harus bergerak keluar. Tidak terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Gereja harus bergerak, menjadi berkat dan menjadi saksi.”</p>
<p style="text-align: justify;">Seorang anak lelaki berumur sepuluh tahun berdiri dengan tegap di depan mimbar gereja. Ia berada di barisan paling kanan. Di sebelahnya, ada belasan anak lain yang juga berdiri. Anak itu menatap ke depan dengan mata berbinar, sambil menyanyikan kidung pujian dan penyembahan untuk Tuhan. Suasana begitu hidup. Senandung musik berpadu padan dengan suara khas mereka. Setelahnya, gemuruh tepuk tangan pun membahana. Mereka tersenyum puas. Mungkin karena senandung pujiannya telah menghibur ratusan jemaat yang hadir pagi itu.</p>
<p style="text-align: justify;">Penampilan mereka tak berhenti di situ. Satu per satu mereka melangkah ke lorong, di antara kursi-kursi gereja. Di tangan mereka terselip secarik kertas bergambar dan bertuliskan ayat Alkitab. Mataku mengikuti langkah mereka ke kerumunan jemaat. Mereka menghampiri jemaat secara acak dan menyerahkan kertas tersebut. Hingga akhirnya, anak lelaki yang berdiri paling kanan berhenti melangkah. Tepat di hadapanku. Tangannya mengulurkan kertas kecil itu. Matanya menatapku sambil tersenyum. Aku terdiam dan menerimanya sambil berucap terima kasih. Pelan-pelan kubaca tulisan di kertas kecil itu. Ada satu kata selain ayat Alkitab yang tertulis di sana. Tenjo.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> Ranting yang Berbuah</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Waktu menunjukkan pukul 09.00 pagi. Aku sedang dalam perjalanan menuju satu lokasi yang berada cukup jauh dari rumah. Namanya Tenjo. Belakangan, aku tahu kalau ini adalah lokasi yang sudah belasan tahun mendapatkan pendampingan dari GKI Gading Serpong. Bahkan gereja menyebutnya sebagai pengejawantahan misi yang holistik. Pelayanan terpadu dari gereja untuk menghadirkan kerajaan Allah di tengah dunia.</p>
<p style="text-align: justify;">Setibanya di Tenjo, ketika mentari hampir tiba di atas kepala, aku melihat betapa semringahnya setiap orang yang hadir di sana. Perjalanan jauh tak lagi jadi beban. “Pekerjaan” menjadi rekan sekerja Allah memang bukan suatu beban, melainkan kehormatan yang luar biasa.</p>
<p style="text-align: justify;">Perasaan itulah yang muncul ketika aku melihat para pekerja yang bergerak di Tenjo, bergerak selaras dengan kasih Yesus. Dengan mendengar cerita mereka, meski singkat, aku sadar setiap kesempatan untuk berbuat baik adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan, dan mereka bersyukur atas setiap kesempatan itu.</p>
<p style="text-align: justify;">Raut wajah yang gembira dari setiap anak yang ada di Tenjo adalah sebuah hadiah. Bingkisan terbaik dari muridmurid Tuhan yang mendedikasikan hidupnya untuk membuat mereka terus berpengharapan akan kasih Tuhan. Cinta kasih sesama, tanpa melihat latar belakang anak-anak dan keluarga yang bernaung di sana. Pengajaran gratis. Pengobatan gratis. Itulah kasih Tuhan.</p>
<p style="text-align: justify;">Mungkin rasa terima kasih itu pula yang ingin mereka sampaikan saat datang menghampiri jemaat di antara kursi-kursi gereja. Berharap, tidak hanya doa yang mereka dengar dari jemaat, tapi juga uluran tangan untuk mengajak anak-anak ikut serta dalam misi Allah di dunia. Langkah kaki jemaat yang bergerak seirama, menari bersama, bersukacita mensyukuri kasih Allah. Di tanah yang gersang Tenjo, yang suatu hari nanti akan kita sirami dengan kesejukan kasih Allah.</p>
<p style="text-align: justify;">Rasanya inilah yang dimaksudkan Pendeta Santoni Ong, M.Th. ketika membawakan tema kebaktian Minggu “Menjadi Murid Kristus yang Misioner” (Lukas 4:18-19), di minggu yang sama ketika anak-anak dari Tenjo hadir di tengahtengah gereja, ketika mereka hadir dan menyapa jemaat secara langsung. Sekadar ingin berterima kasih atas setiap perhatian, mulai dari doa hingga perbuatan, yang mereka rasakan betul manfaatnya sejak belasan tahun lalu.</p>
<p style="text-align: justify;">“Setiap orang Kristen adalah seorang misionaris, karena telah berjumpa dengan kasih Allah. Setiap orang percaya harus bergerak keluar. Tidak terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Gereja harus bergerak, menjadi berkat dan menjadi saksi,” kata Pendeta Santoni Ong, M.Th. mengawali khotbah.</p>
<p style="text-align: justify;">Sekilas teringat bagaimana seringnya Tuhan hanya mendapatkan sisa waktu yang kita punya. Waktu yang sedikit sekali. Bahkan hanya kurang dari semenit sebelum kita terlelap di malam hari. Sekadar mengucap syukur dan meminta perlindungan dari malam yang dingin, dan berharap esok hari terbangun dengan penuh sukacita. Atau, tergesa-gesa mengucap doa yang singkat dan spontan sebelum makan. Sesingkat itu.</p>
<p style="text-align: justify;">Padahal Allah begitu rindu bersekutu dengan kita. Bukankah menjadi “rekan sekerja Allah” dan memiliki “ranting yang berbuah” dapat kita lakukan sekaligus, ketika kita bergerak melayani dalam nama- Nya? Bukankah ketika kita mau turun menjalankan misi Allah di dunia, dengan bergerak membantu sesama misalnya, itu akan menjadi kehormatan yang luar biasa bagi kita?</p>
<p style="text-align: justify;"><strong> Bukan Sekadar Melihat</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Wajar bila kemudian seruan bagi jemaat untuk bergerak semakin sering didengungkan belakangan ini. Meskipun kita tahu betul, Allah yang punya tuaian atas apa yang terjadi di ladang anggur-Nya, namun Allah rindu kita ikut terlibat dalam setiap rencana dan kehendak-Nya.</p>
<p style="text-align: justify;">Bagaimana pengutusan ini dikuatkan dalam Matius 9:36? Mengapa para murid diutus? “Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba tidak bergembala.” Jadi, jangan ada lagi pencarian tanpa henti untuk memulai bergerak menjalankan misi Tuhan di dunia. Bahkan, perlahan namun tegas, Pendeta Santoni Ong, M.Th. menutup khotbah minggu itu dengan beberapa pertanyaan yang harus kita renungkan bersama. “Bagaimana kita memberikan kebaikan bagi banyak orang? Mengapa Tuhan mengutus kita menjadi jemaat yang misioner? Bukan hanya berkumpul di gereja dan saling bertanya apa yang ingin kamu lakukan. Harusnya, saya tahu apa yang harus saya lakukan,” katanya.</p>
<p style="text-align: justify;">Itulah segelintir pernyataan penting dari banyak pertanyaan yang masih kita cari jawabannya. Alih-alih menghabiskan waktu untuk menemukan jawaban yang tepat, Tuhan ingin kita bergerak lebih cepat, tanpa sekadar melihat dan menunggu. Ini juga menjadi refleksi bagi pencarianku tentang esensi menjadi ranting yang berbuah dan rekan sekerja Allah. Bertahun-tahun mencari tempat yang paling pas untukku bisa senyaman mungkin melayani Tuhan dan menjadi manfaat bagi dunia. Berpindah dari satu misi ke misi lainnya. Tanpa aku sadari, bukan misinya yang salah. Tapi VISIku yang salah. Padahal sebagai jemaat, kita bisa mengambil peran dalam setiap misi Tuhan di dunia ini. Ia tidak hanya memberikan kesuburan di tanah yang kita hampiri, tetapi Ia juga menginginkan kita sebagai rekan sekerja-Nya, penanam benih dan penyiram yang baik dalam pekerjaan Tuhan di dunia. </p>
<p style="text-align: center;">Bukankah menjadi “rekan sekerja Allah” dan memiliki “ranting yang berbuah” dapat kita lakukan sekaligus, ketika kita bergerak melayani dalam nama-Nya?</p>
<p style="text-align: justify;">*Penulis adalah anggota jemaat GKI Gading Serpong. </p>Sehati Sepemikiran untuk Satu Tujuan2024-09-03T16:48:45+07:002024-09-03T16:48:45+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/sehati-sepemikiran-untuk-satu-tujuanMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/derek-oyen-3Xd5j9-drDA-unsplash.jpg" alt="" width="4231" height="2380" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Ketika membayangkan binatang penguin, mungkin yang terbayang adalah binatang lucu dari film lama <em>Happy Feet.</em> Tahu tidak? Di film itu sebenarnya ada bermacam-macam spesies penguin, <em>lho</em>!</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/sehati-sepemikiran-untuk-satu-tujuan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/derek-oyen-3Xd5j9-drDA-unsplash.jpg" alt="" width="4231" height="2380" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Ketika membayangkan binatang penguin, mungkin yang terbayang adalah binatang lucu dari film lama <em>Happy Feet.</em> Tahu tidak? Di film itu sebenarnya ada bermacam-macam spesies penguin, <em>lho</em>!</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/sehati-sepemikiran-untuk-satu-tujuan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Jeritan Hati2024-09-01T12:51:03+07:002024-09-01T12:51:03+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/jeritan-hatiMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/luis-villasmil-mlVbMbxfWI4-unsplash.jpg" alt="" width="3768" height="4710" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Sejak kecil, aku sudah merasakan kesulitan, bahkan tidak dianggap oleh siapa pun. Meskipun memiliki teman dan komunitas yang mendukung, namun keluarga sendiri sering membuatku sakit hati. Siksaan, bahkan tekanan dari lingkungan sekitar sering kualami. Setiap hari, bahkan terus-menerus. Kadang ingin menjerit, namun terasa buntu, bingung harus menjerit ke mana, atau harus menjerit apa, karena kehilangan kata-kata.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/jeritan-hati" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/luis-villasmil-mlVbMbxfWI4-unsplash.jpg" alt="" width="3768" height="4710" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Sejak kecil, aku sudah merasakan kesulitan, bahkan tidak dianggap oleh siapa pun. Meskipun memiliki teman dan komunitas yang mendukung, namun keluarga sendiri sering membuatku sakit hati. Siksaan, bahkan tekanan dari lingkungan sekitar sering kualami. Setiap hari, bahkan terus-menerus. Kadang ingin menjerit, namun terasa buntu, bingung harus menjerit ke mana, atau harus menjerit apa, karena kehilangan kata-kata.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/jeritan-hati" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>BERSEKUTU DI TENGAH PERUBAHAN ZAMAN2024-03-27T11:14:11+07:002024-03-27T11:14:11+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/bersekutu-di-tengah-perubahan-zamanMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Di sebuah mal besar di kawasan sentra bisnis Gading Serpong, melalui alat pengeras suara, terdengar jelas pengumuman seorang anak mencari ibunya.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/bersekutu-di-tengah-perubahan-zaman" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Di sebuah mal besar di kawasan sentra bisnis Gading Serpong, melalui alat pengeras suara, terdengar jelas pengumuman seorang anak mencari ibunya.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/bersekutu-di-tengah-perubahan-zaman" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Teruslah Bersaksi2024-02-19T14:05:27+07:002024-02-19T14:05:27+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/teruslah-bersaksiMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Kesaksian ini didasarkan atas pengalaman pribadi saat penulis bersekolah dari jenjang sekolah dasar sampai kuliah, hingga bekerja saat ini.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/teruslah-bersaksi" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Kesaksian ini didasarkan atas pengalaman pribadi saat penulis bersekolah dari jenjang sekolah dasar sampai kuliah, hingga bekerja saat ini.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/teruslah-bersaksi" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Reruntuh Hujan dan Bias Cahaya 2024-02-05T12:45:56+07:002024-02-05T12:45:56+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/cMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Hujan tumpah dari awan-awan hitam seperti gemuruh bah, halilintar menyambarn-yambar di langit kelam seperti cahaya konslet yang tengah berdansa dengan irama cepat.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/c" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Hujan tumpah dari awan-awan hitam seperti gemuruh bah, halilintar menyambarn-yambar di langit kelam seperti cahaya konslet yang tengah berdansa dengan irama cepat.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/c" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Bersyukur 2023-12-05T20:44:21+07:002023-12-05T20:44:21+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/c-2Monica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Nama saya Asyuni Nari, biasa dipanggil Yuni, dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Di sini saya merantau bersama adik dan tinggal di Bojong Nangka. Saya bekerja sebagai tenaga <em>marketing</em> di sebuah perusahaan konstruksi di Gading Serpong.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/c-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Nama saya Asyuni Nari, biasa dipanggil Yuni, dari Tana Toraja, Sulawesi Selatan. Di sini saya merantau bersama adik dan tinggal di Bojong Nangka. Saya bekerja sebagai tenaga <em>marketing</em> di sebuah perusahaan konstruksi di Gading Serpong.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/c-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Pengaruh Christian Worldview dalam Kepemimpinan 2023-11-27T18:22:26+07:002023-11-27T18:22:26+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/x-2Monica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Sering kali kita tidak mengerti mengapa pemimpin rohani, terutama dalam lingkungan gereja, tidak seperti yang diharapkan. Bahkan kita membandingkan kepemimpinan gereja yang satu dengan gereja yang lain. Kita melihat kepemimpinan gereja di sana lebih baik, dan hal ini mendorong kita berpikir untuk pindah ke gereja yang “sempurna” tersebut. John Stott, dalam bukunya, <em>Calling Christian Leaders: Biblical Models of Church, Gospel and Ministry,</em> mengutip kalimat yang sering diucapkan Billy Graham, “<em>By all means look for the perfect church, and when you find it, join it. But remember, when you join it, it ceases to be perfect</em>.” Ketika pindah ke gereja tersebut, gereja yang kelihatan “sempurna” tersebut berhenti menjadi “sempurna.” Mengapa begitu? Untuk memahami realitas yang demikian, kita harus mengacu pada<em> worldview</em>. Berbicara mengenai <em>worldview,</em> mau tidak mau kita harus berbicara mengenai “<em>belief system.</em>”</p>
<p style="text-align: justify;"><em>Worldview</em> berkaitan erat dengan <em>internal belief system,</em> yang menjadi kerangka menyeluruh dan kepercayaan dasar seseorang dalam memahami segala hal, termasuk memahami Tuhan dan realita dunia, relasi manusia dengan Tuhan dan sesama, etika, moralitas, ilmu pengetahuan, politik dan lainnya. Worldview juga dapat digunakan sebagai kompas untuk menjawab - apa, mengapa, dan bagaimana cara kerja realita ini.</p>
<p style="text-align: justify;">Untuk melihat posisi diri kita dalam rancangan Allah, kita harus mengacu kepada konsep narasi <em>Christian atau Biblical Worldview</em>, dengan prinsip <em>Creation</em> (Penciptaan), <em>Fall</em> (Kejatuhan Manusia), <em>Redemption</em> (Penebusan), dan <em>Consummation</em> (Penyempurnaan/ Restorasi). Keempat prinsip tersebut adalah <em>grand narrative</em> atau <em>big picture</em> dari keseluruhan Alkitab.</p>
<p style="text-align: justify;">Untuk memahami keempat prinsip tersebut, kita dapat merujuk kepada Tata Gereja dan Tata Laksana GKI:</p>
<p style="text-align: justify;"><em><strong>Creation</strong> </em>– Alam semesta, langit dan bumi serta segenap isinya, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, adalah milik dan ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah menurut gambar/citra-Nya.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong><em>Fall</em> </strong>– Manusia telah menyalahgunakan kebebasannya dengan menolak untuk menerima kedudukannya sebagai ciptaan dan ingin menjadi seperti Allah. Ia dikuasai iblis, dan menjadi hamba dosa. Kejatuhan manusia ke dalam dosa ini telah menyeret seluruh ciptaan ke dalam kebinasaan, dan kehidupan di atas bumi ini menjadi rusak.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong><em> Redemption</em> </strong>– Allah tetap mengasihi manusia, walaupun manusia telah jatuh ke dalam dosa, dan bumi menjadi rusak dan penuh kekerasan. Untuk dunia yang demikian, Allah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, Yesus Kristus, dan di dalam Dia, Allah menyediakan keselamatan bagi orang yang percaya. Hanya pada-Nya manusia akan beroleh keselamatan yang kekal.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong><em> Consummation</em></strong> – Manusia baru (telah ditebus Kristus) yang mati dalam Kristus, akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>Keberdosaan Manusia</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Kisah hidup manusia tidak dapat dilepaskan dari rangkaian narasi C-FR-C (<em>Creation, Fall, Redemption and Consummation</em>). Dunia dan manusia yang semula diciptakan dengan sangat baik, telah rusak ketika manusia jatuh dalam dosa. Relasi yang rusak dengan Allah juga mengakibatkan gangguan dalam relasi manusia dengan sesamanya. Dampak dosa mencakup segala aspek kehidupan.3 Kejatuhan dalam dosa mengakibatkan terjadinya berbagai kejahatan dan penyimpangan. Dosa berkaitan dengan spiritualitas. Berbagai permasalahan di sekeliling kita ini berkaitan erat dengan spiritualitas.</p>
<p style="text-align: justify;">Karena kita mewarisi natur dosa, maka kegiatan apapun tidak akan terlepas dari dampak keberdosaan kita. Itulah sebabnya kita sering menjumpai, bahkan dalam diri kita sendiri, masih melekat dosa, berupa iri hati, tinggi hati, egois, dan lainnya. Hal ini yang menyebabkan berbagai krisis dan konflik. Yang terkena dampak bukan diri kita saja, tetapi juga komunitas kita. Satu orang berdosa berdampak terhadap seluruh komunitas. Sehingga komunitas tersebut juga tercemar dosa. Dan akibatnya, seluruh komunitas harus mempertanggungjawabkannya.</p>
<p style="text-align: justify;"><em><strong>Being, Not Doing </strong></em></p>
<p style="text-align: justify;">Seringkali pula kita berpendapat, untuk memuliakan Tuhan, kita harus melakukan/memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Kita berfokus pada “<em>doing</em>.” Kita bangga telah melakukan “<em>great job</em>” untuk Tuhan. Tetapi yang Tuhan inginkan, adalah “<em>being</em>” kita diubahkan/ditransformasi. Carver mengutip Peter Senge, pakar <em>leadership</em> dan <em>organizational development,</em> “<em>By contrast Greenleaf, invites people to consider a domain of leadership grounded in a state of being, not doing</em>.” Pilihan dari <em>servantleadership</em> yang ia jelaskan adalah “<em>not something you do, but an expression of your being.</em>” (Carver, 2004, 27).</p>
<p style="text-align: justify;"><em> Problem</em> kita adalah <em>being,</em> bukan <em>doing. Being</em> berkaitan dengan spritualitas. Karena <em>worldview</em> menyangkut komponen spiritualitas, maka pengakuan bahwa diri kita adalah orang berdosa yang telah ditebus oleh Kristus sangat penting.</p>
<p style="text-align: justify;">Keberhasilan kepemimpinan spiritual, terutama di lingkungan gereja, tidak diukur dengan hasil akhir (<em>bottom line</em>) ataupun kegiatan spektakuler, tetapi adanya perubahan anggotanya menjadi seperti yang Tuhan inginkan. Setelah menerima penebusan oleh Kristus, adakah perubahan diri kita? Perubahan akan terwujud, jika kita mengakui ketuhanan Kristus dalam segala aspek kehidupan kita.</p>
<p style="text-align: justify;">Relasi yang intim antara kita dengan Tuhan sangat penting, karena relasi yang demikianlah yang dapat mentranformasi diri kita. Tuhan menghendaki pemimpin yang dapat membawa anggotanya untuk mengenal Tuhan, bertumbuh dalam relasinya yang semakin intim dengan Tuhan, serta memuliakan Tuhan. Ketaatan Kepada Kristus Kepemimpinan rohani juga tidak menyibukkan diri untuk mengejar berbagai posisi dan jabatan di lingkungan pelayanannya. Fokus utama pemimpin rohani adalah Tuhan dan kehendakNya.</p>
<p style="text-align: justify;">Akar masalah kita sebagai pemimpin, yaitu kita sering bertumpu pada kemampuan kita sendiri, ketimbang membuka diri kita untuk dipimpin Kristus. Tuhan menghendaki kita percaya kepada-Nya sepenuhnya. Jangan bersandar kepada pemikiran kita yang terbatas dan tercemar dosa.</p>
<p style="text-align: justify;">Tugas seorang pemimpin bukanlah untuk menyenangkan semua orang, tetapi untuk mendengar, patuh, taat kepada Tuhan. Yesus adalah Kepala dan kita anggotanya. Spiritualitas akan bertumbuh, jika kita menaklukkan diri kita kepada Kristus. Tanpa Kristus dan kepimpinan Kristus dalam kehidupan kita, yang akan terjadi adalah kekacauan.</p>
<p style="text-align: justify;">Pemahaman<em> Biblical Worldview</em> dalam tahapan C-F-R-C (<em>Creation-Fall-Redemption-Consummation</em>) menjadi kepercayaan dasar, dan menyadarkan kita, bahwa kehidupan yang kita jalani saat ini adalah semata-mata anugerah kasih Allah. Kematian Yesus di kayu salib telah menebus kita dari dosa. Gambar Allah dalam diri kita dipulihkan. Sebagai orang yang telah ditebus, maka kita harus berjuang keras untuk melawan segala bentuk pencemaran, dengan menaati Allah sepenuhnya. Kita harus hidup kudus. Dengan demikian, Allah boleh dipermuliakan.</p>
<p style="text-align: justify;">Sehati Sepikir di dalam Kristus Paulus memberikan nasihat kepada jemaat di Korintus demikian, “Terimalah segala nasihatku! Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera; maka Allah, sumber kasih dan damai sejahtera akan menyertai kamu!” (2 Korintus 13:11b). Sebagai manusia yang telah ditebus oleh Kristus, kita harus menyelaraskan diri kita dengan kehendak Kristus. Jika jemaat sebagai tubuh Kristus terkoneksi dengan Kristus yang merupakan Kepala dan mendengarkan suara-Nya, akan tercipta kesatuan dan keteraturan. Kita akan sehati sepikir dalam Kristus, dan damai sejahtera akan menyertai kita.</p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Sering kali kita tidak mengerti mengapa pemimpin rohani, terutama dalam lingkungan gereja, tidak seperti yang diharapkan. Bahkan kita membandingkan kepemimpinan gereja yang satu dengan gereja yang lain. Kita melihat kepemimpinan gereja di sana lebih baik, dan hal ini mendorong kita berpikir untuk pindah ke gereja yang “sempurna” tersebut. John Stott, dalam bukunya, <em>Calling Christian Leaders: Biblical Models of Church, Gospel and Ministry,</em> mengutip kalimat yang sering diucapkan Billy Graham, “<em>By all means look for the perfect church, and when you find it, join it. But remember, when you join it, it ceases to be perfect</em>.” Ketika pindah ke gereja tersebut, gereja yang kelihatan “sempurna” tersebut berhenti menjadi “sempurna.” Mengapa begitu? Untuk memahami realitas yang demikian, kita harus mengacu pada<em> worldview</em>. Berbicara mengenai <em>worldview,</em> mau tidak mau kita harus berbicara mengenai “<em>belief system.</em>”</p>
<p style="text-align: justify;"><em>Worldview</em> berkaitan erat dengan <em>internal belief system,</em> yang menjadi kerangka menyeluruh dan kepercayaan dasar seseorang dalam memahami segala hal, termasuk memahami Tuhan dan realita dunia, relasi manusia dengan Tuhan dan sesama, etika, moralitas, ilmu pengetahuan, politik dan lainnya. Worldview juga dapat digunakan sebagai kompas untuk menjawab - apa, mengapa, dan bagaimana cara kerja realita ini.</p>
<p style="text-align: justify;">Untuk melihat posisi diri kita dalam rancangan Allah, kita harus mengacu kepada konsep narasi <em>Christian atau Biblical Worldview</em>, dengan prinsip <em>Creation</em> (Penciptaan), <em>Fall</em> (Kejatuhan Manusia), <em>Redemption</em> (Penebusan), dan <em>Consummation</em> (Penyempurnaan/ Restorasi). Keempat prinsip tersebut adalah <em>grand narrative</em> atau <em>big picture</em> dari keseluruhan Alkitab.</p>
<p style="text-align: justify;">Untuk memahami keempat prinsip tersebut, kita dapat merujuk kepada Tata Gereja dan Tata Laksana GKI:</p>
<p style="text-align: justify;"><em><strong>Creation</strong> </em>– Alam semesta, langit dan bumi serta segenap isinya, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, adalah milik dan ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah menurut gambar/citra-Nya.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong><em>Fall</em> </strong>– Manusia telah menyalahgunakan kebebasannya dengan menolak untuk menerima kedudukannya sebagai ciptaan dan ingin menjadi seperti Allah. Ia dikuasai iblis, dan menjadi hamba dosa. Kejatuhan manusia ke dalam dosa ini telah menyeret seluruh ciptaan ke dalam kebinasaan, dan kehidupan di atas bumi ini menjadi rusak.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong><em> Redemption</em> </strong>– Allah tetap mengasihi manusia, walaupun manusia telah jatuh ke dalam dosa, dan bumi menjadi rusak dan penuh kekerasan. Untuk dunia yang demikian, Allah mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal, Yesus Kristus, dan di dalam Dia, Allah menyediakan keselamatan bagi orang yang percaya. Hanya pada-Nya manusia akan beroleh keselamatan yang kekal.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong><em> Consummation</em></strong> – Manusia baru (telah ditebus Kristus) yang mati dalam Kristus, akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>Keberdosaan Manusia</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Kisah hidup manusia tidak dapat dilepaskan dari rangkaian narasi C-FR-C (<em>Creation, Fall, Redemption and Consummation</em>). Dunia dan manusia yang semula diciptakan dengan sangat baik, telah rusak ketika manusia jatuh dalam dosa. Relasi yang rusak dengan Allah juga mengakibatkan gangguan dalam relasi manusia dengan sesamanya. Dampak dosa mencakup segala aspek kehidupan.3 Kejatuhan dalam dosa mengakibatkan terjadinya berbagai kejahatan dan penyimpangan. Dosa berkaitan dengan spiritualitas. Berbagai permasalahan di sekeliling kita ini berkaitan erat dengan spiritualitas.</p>
<p style="text-align: justify;">Karena kita mewarisi natur dosa, maka kegiatan apapun tidak akan terlepas dari dampak keberdosaan kita. Itulah sebabnya kita sering menjumpai, bahkan dalam diri kita sendiri, masih melekat dosa, berupa iri hati, tinggi hati, egois, dan lainnya. Hal ini yang menyebabkan berbagai krisis dan konflik. Yang terkena dampak bukan diri kita saja, tetapi juga komunitas kita. Satu orang berdosa berdampak terhadap seluruh komunitas. Sehingga komunitas tersebut juga tercemar dosa. Dan akibatnya, seluruh komunitas harus mempertanggungjawabkannya.</p>
<p style="text-align: justify;"><em><strong>Being, Not Doing </strong></em></p>
<p style="text-align: justify;">Seringkali pula kita berpendapat, untuk memuliakan Tuhan, kita harus melakukan/memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Kita berfokus pada “<em>doing</em>.” Kita bangga telah melakukan “<em>great job</em>” untuk Tuhan. Tetapi yang Tuhan inginkan, adalah “<em>being</em>” kita diubahkan/ditransformasi. Carver mengutip Peter Senge, pakar <em>leadership</em> dan <em>organizational development,</em> “<em>By contrast Greenleaf, invites people to consider a domain of leadership grounded in a state of being, not doing</em>.” Pilihan dari <em>servantleadership</em> yang ia jelaskan adalah “<em>not something you do, but an expression of your being.</em>” (Carver, 2004, 27).</p>
<p style="text-align: justify;"><em> Problem</em> kita adalah <em>being,</em> bukan <em>doing. Being</em> berkaitan dengan spritualitas. Karena <em>worldview</em> menyangkut komponen spiritualitas, maka pengakuan bahwa diri kita adalah orang berdosa yang telah ditebus oleh Kristus sangat penting.</p>
<p style="text-align: justify;">Keberhasilan kepemimpinan spiritual, terutama di lingkungan gereja, tidak diukur dengan hasil akhir (<em>bottom line</em>) ataupun kegiatan spektakuler, tetapi adanya perubahan anggotanya menjadi seperti yang Tuhan inginkan. Setelah menerima penebusan oleh Kristus, adakah perubahan diri kita? Perubahan akan terwujud, jika kita mengakui ketuhanan Kristus dalam segala aspek kehidupan kita.</p>
<p style="text-align: justify;">Relasi yang intim antara kita dengan Tuhan sangat penting, karena relasi yang demikianlah yang dapat mentranformasi diri kita. Tuhan menghendaki pemimpin yang dapat membawa anggotanya untuk mengenal Tuhan, bertumbuh dalam relasinya yang semakin intim dengan Tuhan, serta memuliakan Tuhan. Ketaatan Kepada Kristus Kepemimpinan rohani juga tidak menyibukkan diri untuk mengejar berbagai posisi dan jabatan di lingkungan pelayanannya. Fokus utama pemimpin rohani adalah Tuhan dan kehendakNya.</p>
<p style="text-align: justify;">Akar masalah kita sebagai pemimpin, yaitu kita sering bertumpu pada kemampuan kita sendiri, ketimbang membuka diri kita untuk dipimpin Kristus. Tuhan menghendaki kita percaya kepada-Nya sepenuhnya. Jangan bersandar kepada pemikiran kita yang terbatas dan tercemar dosa.</p>
<p style="text-align: justify;">Tugas seorang pemimpin bukanlah untuk menyenangkan semua orang, tetapi untuk mendengar, patuh, taat kepada Tuhan. Yesus adalah Kepala dan kita anggotanya. Spiritualitas akan bertumbuh, jika kita menaklukkan diri kita kepada Kristus. Tanpa Kristus dan kepimpinan Kristus dalam kehidupan kita, yang akan terjadi adalah kekacauan.</p>
<p style="text-align: justify;">Pemahaman<em> Biblical Worldview</em> dalam tahapan C-F-R-C (<em>Creation-Fall-Redemption-Consummation</em>) menjadi kepercayaan dasar, dan menyadarkan kita, bahwa kehidupan yang kita jalani saat ini adalah semata-mata anugerah kasih Allah. Kematian Yesus di kayu salib telah menebus kita dari dosa. Gambar Allah dalam diri kita dipulihkan. Sebagai orang yang telah ditebus, maka kita harus berjuang keras untuk melawan segala bentuk pencemaran, dengan menaati Allah sepenuhnya. Kita harus hidup kudus. Dengan demikian, Allah boleh dipermuliakan.</p>
<p style="text-align: justify;">Sehati Sepikir di dalam Kristus Paulus memberikan nasihat kepada jemaat di Korintus demikian, “Terimalah segala nasihatku! Sehati sepikirlah kamu, dan hiduplah dalam damai sejahtera; maka Allah, sumber kasih dan damai sejahtera akan menyertai kamu!” (2 Korintus 13:11b). Sebagai manusia yang telah ditebus oleh Kristus, kita harus menyelaraskan diri kita dengan kehendak Kristus. Jika jemaat sebagai tubuh Kristus terkoneksi dengan Kristus yang merupakan Kepala dan mendengarkan suara-Nya, akan tercipta kesatuan dan keteraturan. Kita akan sehati sepikir dalam Kristus, dan damai sejahtera akan menyertai kita.</p>Jam Kehidupan2023-11-23T14:04:53+07:002023-11-23T14:04:53+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/xMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Adalah sebuah lagu yang merupakan ekspresi keyakinan iman dari komponisnya, ketika kota kecil tempat ia tinggal dilanda badai dan hancur:</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/x" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Adalah sebuah lagu yang merupakan ekspresi keyakinan iman dari komponisnya, ketika kota kecil tempat ia tinggal dilanda badai dan hancur:</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/x" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>AKU DAN COVID-192023-11-14T21:54:18+07:002023-11-14T21:54:18+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/aku-dan-covid-19Monica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">1 Korintus 10:13</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/aku-dan-covid-19" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">1 Korintus 10:13</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/aku-dan-covid-19" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>REMAJA YANG MENELADANI KRISTUS2023-10-31T18:00:25+07:002023-10-31T18:00:25+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/remaja-yang-meneladani-kristusMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Meneladani Kristus merupakan panggilan semua orang Kristen, termasuk para remaja. Remaja diajak untuk tidak sekadar melakukan ajaran agama sebatas ritual, melainkan sungguh-sungguh mengenal siapa Kristus dan meneladani apa yang dilakukan-Nya. Kristus bertindak dengan nilai kasih, keadilan, perdamaian, dan pembebasan. Perwujudan nilai tersebut dapat remaja perhatikan di sepanjang Injil. Kristus mewujudkannya ketika Ia bertemu siapa pun, khususnya mereka yang mengalami keterasingan dan penindasan. Kehadiran Kristus dirasakan mereka. Mereka memperoleh solusi dari masalah yang dihadapi. Tentu, apa yang dilakukan Kristus mengarah pada ketaatan pada Bapa yang mengutus-Nya. Seandainya, Kristus tidak taat pada Bapa, maka nilainilai itu tidak mungkin terwujud.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/remaja-yang-meneladani-kristus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Meneladani Kristus merupakan panggilan semua orang Kristen, termasuk para remaja. Remaja diajak untuk tidak sekadar melakukan ajaran agama sebatas ritual, melainkan sungguh-sungguh mengenal siapa Kristus dan meneladani apa yang dilakukan-Nya. Kristus bertindak dengan nilai kasih, keadilan, perdamaian, dan pembebasan. Perwujudan nilai tersebut dapat remaja perhatikan di sepanjang Injil. Kristus mewujudkannya ketika Ia bertemu siapa pun, khususnya mereka yang mengalami keterasingan dan penindasan. Kehadiran Kristus dirasakan mereka. Mereka memperoleh solusi dari masalah yang dihadapi. Tentu, apa yang dilakukan Kristus mengarah pada ketaatan pada Bapa yang mengutus-Nya. Seandainya, Kristus tidak taat pada Bapa, maka nilainilai itu tidak mungkin terwujud.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/remaja-yang-meneladani-kristus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Menemukan Makna Hidup di Tengah Pandemi COVID-192023-10-15T18:54:56+07:002023-10-15T18:54:56+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/sepercik-anugerah-edisi-13Monica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Siapa yang tidak bosan selama pandemi? Semua pasti bosan. Saya pun demikian. Apa yang bisa kita kerjakan untuk mengatasi kebosanan ini? Banyak orang memilih menekuni kembali hobi, contohnya berkebun, beternak, bersepeda. Masalahnya, apakah kebosanan akan sirna? Sirna untuk sementara. Lama-lama, orang akan bosan lagi bila terus melakukan sesuatu yang berulang-ulang sehingga membuat hal itu menjadi tidak menarik dan menjenuhkan. Kalau demikian, apa yang dapat dikerjakan agar tidak bosan?</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/sepercik-anugerah-edisi-13" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Siapa yang tidak bosan selama pandemi? Semua pasti bosan. Saya pun demikian. Apa yang bisa kita kerjakan untuk mengatasi kebosanan ini? Banyak orang memilih menekuni kembali hobi, contohnya berkebun, beternak, bersepeda. Masalahnya, apakah kebosanan akan sirna? Sirna untuk sementara. Lama-lama, orang akan bosan lagi bila terus melakukan sesuatu yang berulang-ulang sehingga membuat hal itu menjadi tidak menarik dan menjenuhkan. Kalau demikian, apa yang dapat dikerjakan agar tidak bosan?</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/sepercik-anugerah-edisi-13" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>BERLARI TANPA MENJADI LESU 2023-10-06T13:50:35+07:002023-10-06T13:50:35+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/berlari-tanpa-menjadi-lesuMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Apakah Anda tahu, bahwa Allah juga merindukan Anda untuk dapat menyediakan waktu berkomunikasi dengan-Nya?</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/berlari-tanpa-menjadi-lesu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Apakah Anda tahu, bahwa Allah juga merindukan Anda untuk dapat menyediakan waktu berkomunikasi dengan-Nya?</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/berlari-tanpa-menjadi-lesu" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Allah adalah Gunung Batuku2023-09-20T19:13:08+07:002023-09-20T19:13:08+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/allah-adalah-gunung-batukuMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, Tuhan itu benteng hidupku. Pada siapakah ‘ku kan gentar? (Mazmur 27:1)</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/allah-adalah-gunung-batuku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, Tuhan itu benteng hidupku. Pada siapakah ‘ku kan gentar? (Mazmur 27:1)</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/allah-adalah-gunung-batuku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Menebak Allah yang Tak Tertebak2023-09-19T15:31:22+07:002023-09-19T15:31:22+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/menebak-allah-yang-tak-tertebakMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="190" height="266" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Akhir Juni 2021, saat tulisan ini dibuat, situasi pandemi terasa memanas. Situs Kompas.id melaporkan, “Pulau Jawa Darurat Covid-19,” di mana jumlah pasien Covid-19 yang membutuhkan perawatan telah melebihi kapasitas fasilitas kesehatan di sejumlah daerah.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/menebak-allah-yang-tak-tertebak" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/images.jpg" alt="" width="190" height="266" loading="lazy"></p><p style="text-align: justify;">Akhir Juni 2021, saat tulisan ini dibuat, situasi pandemi terasa memanas. Situs Kompas.id melaporkan, “Pulau Jawa Darurat Covid-19,” di mana jumlah pasien Covid-19 yang membutuhkan perawatan telah melebihi kapasitas fasilitas kesehatan di sejumlah daerah.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/menebak-allah-yang-tak-tertebak" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Remaja Melayani di Sekolah2023-09-04T09:36:23+07:002023-09-04T09:36:23+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/remaja-melayani-di-sekolahMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Remaja sering merasa ogah-ogahan terlibat pelayanan, apalagi jika remaja tersebut terkategori <em>introvert.</em> Kalau sudah demikian, berbagai jurus menolak dikeluarkan. Orang tua atau pembina pun mengupayakan berbagai langkah untuk mendorong keinginan remaja melayani. Melihat hal ini, lantas apa yang menjadi masalah sebenarnya? Apakah pelayanan hanya dikerjakan di gereja semata, yang sering terkungkung dengan pelayanan mimbar, pujian, persekutuan, dan diakonia? Bukankah, remaja juga bisa melayani di sekolah, tempat di mana mereka menghabiskan sebagian besar waktu?</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/remaja-melayani-di-sekolah" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Remaja sering merasa ogah-ogahan terlibat pelayanan, apalagi jika remaja tersebut terkategori <em>introvert.</em> Kalau sudah demikian, berbagai jurus menolak dikeluarkan. Orang tua atau pembina pun mengupayakan berbagai langkah untuk mendorong keinginan remaja melayani. Melihat hal ini, lantas apa yang menjadi masalah sebenarnya? Apakah pelayanan hanya dikerjakan di gereja semata, yang sering terkungkung dengan pelayanan mimbar, pujian, persekutuan, dan diakonia? Bukankah, remaja juga bisa melayani di sekolah, tempat di mana mereka menghabiskan sebagian besar waktu?</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/remaja-melayani-di-sekolah" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>TELADAN ALLAH BAGI ORANG TUA2023-09-03T20:10:00+07:002023-09-03T20:10:00+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/melayani-di-tengah-keluargaMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Jika ada yang bertanya, “Siapa <em>role</em> <em>model</em> kita dalam mendidik anak?” Maka apa jawabnya? Mungkin sebagian besar dari kita mengatakan bahwa orang tua kitalah yang menjadi <em>role</em> <em>model</em> dalam mendidik anak. Sementara itu, sebagian yang lain mengatakan, “Aku tidak memiliki <em>role</em> model yang ideal di keluargaku, sehingga aku mencari tahu cara mendidik anakku dari orang lain, baik dari buku maupun artikel-artikel yang aku dapatkan di internet.”</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/melayani-di-tengah-keluarga" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Jika ada yang bertanya, “Siapa <em>role</em> <em>model</em> kita dalam mendidik anak?” Maka apa jawabnya? Mungkin sebagian besar dari kita mengatakan bahwa orang tua kitalah yang menjadi <em>role</em> <em>model</em> dalam mendidik anak. Sementara itu, sebagian yang lain mengatakan, “Aku tidak memiliki <em>role</em> model yang ideal di keluargaku, sehingga aku mencari tahu cara mendidik anakku dari orang lain, baik dari buku maupun artikel-artikel yang aku dapatkan di internet.”</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/melayani-di-tengah-keluarga" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Melayani di Tengah Keluarga 2023-09-03T20:10:00+07:002023-09-03T20:10:00+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/melayani-di-tengah-keluarga-2Monica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Melayani adalah panggilan setiap orang percaya. Bahkan Tuhan Yesus memberi teladan langsung bagaimana melayani sesama. Dalam Matius 20:28, Yesus berfirman, “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Demikianlah juga kita harus melayani Allah.”</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/melayani-di-tengah-keluarga-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Melayani adalah panggilan setiap orang percaya. Bahkan Tuhan Yesus memberi teladan langsung bagaimana melayani sesama. Dalam Matius 20:28, Yesus berfirman, “Sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Demikianlah juga kita harus melayani Allah.”</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/melayani-di-tengah-keluarga-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>KUESIONER KEPUASAN PERNIKAHAN 2023-08-29T13:40:28+07:002023-08-29T13:40:28+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/kuesioner-kepuasan-pernikahanMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Berdasarkan buku “<em>The Marriage Checkup</em>” karya Dr. H. Norman Wright</p>
<p style="text-align: center;">Ditulis ulang oleh Diana M. Sani, M.Psi, Psikolog</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/kuesioner-kepuasan-pernikahan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Berdasarkan buku “<em>The Marriage Checkup</em>” karya Dr. H. Norman Wright</p>
<p style="text-align: center;">Ditulis ulang oleh Diana M. Sani, M.Psi, Psikolog</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/kuesioner-kepuasan-pernikahan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Tuhan Ambil (Saja) Dompetku, Jangan Waktuku2023-08-29T12:35:44+07:002023-08-29T12:35:44+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/tuhan-ambil-saja-dompetku-jangan-waktukuMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">“Apa salah satu problema besar di keluarga dari dulu hingga saat ini?”</p>
<p style="text-align: center;">“Komunikasi!”</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/tuhan-ambil-saja-dompetku-jangan-waktuku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">“Apa salah satu problema besar di keluarga dari dulu hingga saat ini?”</p>
<p style="text-align: center;">“Komunikasi!”</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/tuhan-ambil-saja-dompetku-jangan-waktuku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Dosakah Aku Menyukai K-Pop?2023-08-27T14:43:49+07:002023-08-27T14:43:49+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/dosakah-aku-menyukai-k-popMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Sorakan penggemar BTS memenuhi ruangan studio bioskop. Saat itu, saya sedang menghadiri konsernya yang ditayangkan di salah satu bioskop di Tangerang. Dan mengejutkannya, seisi studio dengan kompak mengikuti alunan lagu-lagu yang dinyanyikan BTS. Tak hanya BTS, fenomena artis atau penyanyi asal Korea Selatan memang sangat luar biasa pengaruhnya di Indonesia, dengan aliran musik bernama K-Pop (<em>Korean pop</em>). Walaupun dilaksanakan secara daring, namun tidak menyurutkan euphoria para penonton (yang didominasi remaja wanita) yang menyaksikan.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/dosakah-aku-menyukai-k-pop" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Sorakan penggemar BTS memenuhi ruangan studio bioskop. Saat itu, saya sedang menghadiri konsernya yang ditayangkan di salah satu bioskop di Tangerang. Dan mengejutkannya, seisi studio dengan kompak mengikuti alunan lagu-lagu yang dinyanyikan BTS. Tak hanya BTS, fenomena artis atau penyanyi asal Korea Selatan memang sangat luar biasa pengaruhnya di Indonesia, dengan aliran musik bernama K-Pop (<em>Korean pop</em>). Walaupun dilaksanakan secara daring, namun tidak menyurutkan euphoria para penonton (yang didominasi remaja wanita) yang menyaksikan.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/dosakah-aku-menyukai-k-pop" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Membalas Kebaikan2023-08-23T12:47:54+07:002023-08-23T12:47:54+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/membalas-kebaikanMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Pada suatu waktu, ada seorang nenek yang rajin menyirami tanaman bunga-bunganya. Saat musim kemarau tiba, setiap hari nenek menyiram tanaman bunganya dengan air mengalir, sehingga tanamannya menjadi subur.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/membalas-kebaikan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Pada suatu waktu, ada seorang nenek yang rajin menyirami tanaman bunga-bunganya. Saat musim kemarau tiba, setiap hari nenek menyiram tanaman bunganya dengan air mengalir, sehingga tanamannya menjadi subur.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/membalas-kebaikan" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>BERBUAH DALAM KRISTUS2023-08-20T18:36:52+07:002023-08-20T18:36:52+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/berbuah-dalam-kristusMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><strong>APA ITU BERBUAH? </strong></p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/berbuah-dalam-kristus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><strong>APA ITU BERBUAH? </strong></p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/berbuah-dalam-kristus" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Mengasihi Kristus & Melayani Sesama2023-08-20T18:24:58+07:002023-08-20T18:24:58+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/mengasihi-kristus-melayani-sesamaMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><strong>Pendahuluan</strong></p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/mengasihi-kristus-melayani-sesama" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;"><strong>Pendahuluan</strong></p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/mengasihi-kristus-melayani-sesama" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>HIDUP TETAP DI DALAM KRISTUS2023-08-19T15:36:26+07:002023-08-19T15:36:26+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/hidup-tetap-di-dalam-kristusMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>Apakah yang diharapkan seseorang bila ia menanam pohon buah-buahan? Misalnya, orang yang menanam pohon mangga atau pohon jambu, apa yang diharapkannya? Tentu ia mengharapkan agar pohon itu dapat bertumbuh dan kemudian berbuah dengan baik.</em></p>
<p style="text-align: justify;">Agar dapat bertumbuh dan berbuah dengan baik, ada suatu faktor yang tidak boleh diabaikan, yaitu faktor akar. Jika akarnya sehat dan berada di tanah yang gembur, maka akar itu dapat menyerap air dan sari-sari makanan yang secukupnya dari dalam tanah—sehingga pohon itu dapat bertumbuh dengan subur dan menghasilkan buah pada waktunya.</p>
<p style="text-align: justify;">Sebagaimana sebatang pohon yang ingin bertumbuh dan berbuah harus berakar di dalam tanah yang gembur, demikian pula kehidupan iman seorang Kristen. Agar ia dapat bertumbuh dan berbuah, maka ia harus berakar di dalam Kristus. Firman Tuhan dengan tegas mengatakan: “<em>Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia…</em>” (Kol. 2:6-7a).</p>
<p style="text-align: justify;">Menerima Kristus Yesus, yaitu percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat, merupakan tahap yang sangat penting bagi manusia (Kol. 2:6). Karena tanpa Kristus kita semua berada dalam dosa (Rm. 3:23) dan mati karena dosa (Rm. 6:23; Ef. 2:1-3). Hanya di dalam Tuhan Yesuslah kita memperoleh keselamatan (Kis. 4:12; Ef. 2:4-9) dan memiliki kehidupan yang baru (Ef. 2:10; 2 Kor. 5:17).</p>
<p style="text-align: justify;">Kehidupan Kristen tidak berhenti pada tahap percaya atau menerima Tuhan Yesus saja, namun harus dilanjutkan dengan hidup tetap di dalam Dia. Rasul Paulus mengatakan kepada orang-orang di Kolose yang sudah menerima Kristus Yesus, “<em>Hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia”</em> (Kol. 2:6b). Ia menyadari betapa pentingnya hidup tetap di dalam Kristus, sebagaimana yang diajarkan-Nya. Tuhan Yesus mengatakan bahwa jika kita terlepas dari Dia, maka kita tidak dapat berbuat apa-apa, kita akan menjadi seperti ranting-ranting pokok anggur kering yang dibuang orang; namun apa bila kita tetap tinggal di dalam Dia dan Dia tinggal di dalam kita, maka kita akan berbuah banyak (Yoh. 15:5-6).</p>
<p style="text-align: justify;">Paulus menjelaskan kepada jemaat di Kolose empat cara untuk hidup tetap di dalam Dia, yaitu: “<em>Hendaklah kamu [a] b<strong>erakar di dalam Dia</strong> dan [b] <strong>dibangun di atas Dia</strong>, hendaklah kamu [c] <strong>bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu</strong>, dan hendaklah [d] <strong>hatimu melimpah dengan syukur</strong></em>” (Kol. 2:7).</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>a. Berakar di dalam Dia</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Hidup tetap di dalam Dia pertamatama diwujudkan dengan berakar di dalam Dia (Kol. 2:7a). Berakar di dalam Dia tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Sebagaimana pohon yang sehat terus-menerus menjulurkan akarnya di dalam tanah untuk mencari sari-sari makanan, demikian pula hendaknya tindakan orang-orang yang percaya.</p>
<p style="text-align: justify;">Kita sudah mulai berakar di dalam Dia pada saat kita percaya kepadaNya. Namun kita harus terus-menerus memperdalam akar kita di dalam Dia, sehingga mendapatkan makanan rohani yang cukup dan bertumbuh dengan sehat. Caranya adalah senantiasa menyisihkan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan melalui berdoa dan merenungkan firman-Nya. Orang beriman yang suka bersekutu dengan Tuhan dan merenungkan firman-Nya siang dan malam (Mzm. 1:2) akan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan tidak layu daunnya, dan apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mzm. 1:3).</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>b. Dibangun di atas Dia</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Berakar di dalam Kristus hendaknya dilanjutkan dengan dibangun di atas Dia (Kol. 2:7b). Bila berakar itu mengarah ke bawah permukaan tanah—sehingga pada umumnya tidak terlihat oleh orang lain, maka dibangun itu mengarah ke atas tanah—sehingga dapat dilihat dan dialami oleh orang-orang lain.</p>
<p style="text-align: justify;">Dibangun di atas Kristus artinya mau mewujudnyatakan iman kepada Tuhan Yesus ke dalam perbuatan yang nyata. Ia bukan hanya membiarkan Roh Kudus berdiam di dalam dirinya, tetapi juga mentaati Roh itu agar bekerja di dalam dan melalui dirinya (Ef. 5:18-21). Ia menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja (Yak. 1 :22). Dengan demikian imannya itu tidak kosong (Yak. 2:20) dan mati (Yak. 2:26), melainkan hidup dan dapat menjadi berkat bagi sesama. Dibangun di atas dasar Yesus Kristus (1Kor. 3:11) akan terlihat dalam kehidupan baru (2 Kor. 5:17) yang terwujud dalam pembaharuan budi (Rm. 12 :1-2), karakter yang diwarnai buah Roh Kudus (Gal. 5:22-23), dan melakukan perbuatan yang baik (Ef. 2:10).</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>c. Bertambah Teguh dalam Iman yang Telah Diajarkan-Nya</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Berakar di dalam Kristus menghasilkan orang-orang Kristen yang bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan-Nya (Kol. 2:7c).</p>
<p style="text-align: justify;">Sebatang pohon yang terus-menerus berakar di dalam tanah membuat akarnya merambat semakin dalam dan luas di tanah, sehingga pohon itu akan semakin kokoh. Begitu juga orang percaya yang terusmenerus berakar dalam Kristus akan bertambah teguh di dalam Dia.</p>
<p style="text-align: justify;">Rasul Paulus menasihati orang-orang percaya di Kolose untuk bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepada mereka (Kol. 2:7c). Nasihat ini disampaikan Rasul Paulus agar mereka dapat menghadapi orang-orang yang hendak menawan mereka dengan filsafatnya yang kosong dan palsu—ajaran yang bersumber dari manusia dan roh dunia, ajaran yang bukan bersumber dari Kristus (Kol. 2:8).</p>
<p style="text-align: justify;">Seperti orang-orang percaya di Kolose, orang-orang percaya pada masa kini juga menghadapi tantangan yang tidak kalah besarnya. Itu sebabnya kita pun harus bertambah teguh dalam iman yang diajarkan Tuhan kepada kita melalui para nabi dan para rasul, sebagaimana tertulis dalam Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Orang-orang Kristen yang memiliki pemahaman yang mendalam akan firman Tuhan dan memelihara firman itu dalam kehidupannya akan mendapat kekuatan di dalam menghadapi berbagai tantangan, cobaan, dan penindasan. Hal ini dapat diibaratkan seperti pohon yang telah merambatkan akarnya jauh ke dalam tanah akan dapat bertahan menghadapi sinar mentari yang terik, air hujan yang deras, atau angin badai yang dahsyat.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>d. Hati Melimpah dengan Syukur </strong></p>
<p style="text-align: justify;">Hati yang melimpah dengan syukur adalah buah yang dihasilkan oleh orang-orang percaya yang hidup tetap di dalam Kristus. Hidup tetap di dalam Dia tidak saja membuat seorang Kristen semakin berakar di dalam Dia, namun juga bertumbuh, dan pada akhirnya berbuah di dalam Dia.</p>
<p style="text-align: justify;">Orang Kristen yang berakar dan bertumbuh di dalam Dia akan semakin mengenal Allah yang sedemikian besar mengasihinya (Yoh. 3:16) serta menghayati perbuatanperbuatan-Nya yang ajaib, sehingga ungkapan syukur terus-menerus mengalir ke luar dari dalam hatinya. Hati yang melimpah dengan syukur itu bukanlah hasil produksi atau rekayasa dari luar, melainkan buah yang timbul dari dalam diri orang tersebut.</p>
<p style="text-align: justify;">Orang Kristen yang hatinya melimpah dengan syukur akan nampak dalam kehidupannya yang senantiasa memuliakan Tuhan dan mempersembahkan yang terbaik kepada-Nya. Bukan lagi ego dirinya yang menjadi fokus dan tujuan hidupnya, tetapi dirinya sendiri yang dipersembahkannya sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah (Rm. 12:1). Dengan penuh sukacita dan sukarela ia mempersembahkan talenta, pikiran, tenaga, uang, dan waktunya untuk melayani Tuhan sebagai ungkapan syukur. Hati yang melimpah dengan syukur itu bukan hanya diwujudkan dalam pelayanan di dalam gereja, tetapi juga di tengah keluarga, tempat kerja, masyarakat, dan dunia.</p>
<p style="text-align: justify;">Marilah kita senantiasa mengingat dan menerapkan firman Tuhan dalam Kolose 2:6-7 ini : “<em>Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.</em>”</p>
<p style="text-align: center;"><em> Kehidupan Kristen tidak berhenti pada tahap percaya atau menerima Tuhan Yesus saja, namun harus dilanjutkan dengan hidup tetap di dalam Dia.</em></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>Apakah yang diharapkan seseorang bila ia menanam pohon buah-buahan? Misalnya, orang yang menanam pohon mangga atau pohon jambu, apa yang diharapkannya? Tentu ia mengharapkan agar pohon itu dapat bertumbuh dan kemudian berbuah dengan baik.</em></p>
<p style="text-align: justify;">Agar dapat bertumbuh dan berbuah dengan baik, ada suatu faktor yang tidak boleh diabaikan, yaitu faktor akar. Jika akarnya sehat dan berada di tanah yang gembur, maka akar itu dapat menyerap air dan sari-sari makanan yang secukupnya dari dalam tanah—sehingga pohon itu dapat bertumbuh dengan subur dan menghasilkan buah pada waktunya.</p>
<p style="text-align: justify;">Sebagaimana sebatang pohon yang ingin bertumbuh dan berbuah harus berakar di dalam tanah yang gembur, demikian pula kehidupan iman seorang Kristen. Agar ia dapat bertumbuh dan berbuah, maka ia harus berakar di dalam Kristus. Firman Tuhan dengan tegas mengatakan: “<em>Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia…</em>” (Kol. 2:6-7a).</p>
<p style="text-align: justify;">Menerima Kristus Yesus, yaitu percaya kepada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat, merupakan tahap yang sangat penting bagi manusia (Kol. 2:6). Karena tanpa Kristus kita semua berada dalam dosa (Rm. 3:23) dan mati karena dosa (Rm. 6:23; Ef. 2:1-3). Hanya di dalam Tuhan Yesuslah kita memperoleh keselamatan (Kis. 4:12; Ef. 2:4-9) dan memiliki kehidupan yang baru (Ef. 2:10; 2 Kor. 5:17).</p>
<p style="text-align: justify;">Kehidupan Kristen tidak berhenti pada tahap percaya atau menerima Tuhan Yesus saja, namun harus dilanjutkan dengan hidup tetap di dalam Dia. Rasul Paulus mengatakan kepada orang-orang di Kolose yang sudah menerima Kristus Yesus, “<em>Hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia”</em> (Kol. 2:6b). Ia menyadari betapa pentingnya hidup tetap di dalam Kristus, sebagaimana yang diajarkan-Nya. Tuhan Yesus mengatakan bahwa jika kita terlepas dari Dia, maka kita tidak dapat berbuat apa-apa, kita akan menjadi seperti ranting-ranting pokok anggur kering yang dibuang orang; namun apa bila kita tetap tinggal di dalam Dia dan Dia tinggal di dalam kita, maka kita akan berbuah banyak (Yoh. 15:5-6).</p>
<p style="text-align: justify;">Paulus menjelaskan kepada jemaat di Kolose empat cara untuk hidup tetap di dalam Dia, yaitu: “<em>Hendaklah kamu [a] b<strong>erakar di dalam Dia</strong> dan [b] <strong>dibangun di atas Dia</strong>, hendaklah kamu [c] <strong>bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu</strong>, dan hendaklah [d] <strong>hatimu melimpah dengan syukur</strong></em>” (Kol. 2:7).</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>a. Berakar di dalam Dia</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Hidup tetap di dalam Dia pertamatama diwujudkan dengan berakar di dalam Dia (Kol. 2:7a). Berakar di dalam Dia tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Sebagaimana pohon yang sehat terus-menerus menjulurkan akarnya di dalam tanah untuk mencari sari-sari makanan, demikian pula hendaknya tindakan orang-orang yang percaya.</p>
<p style="text-align: justify;">Kita sudah mulai berakar di dalam Dia pada saat kita percaya kepadaNya. Namun kita harus terus-menerus memperdalam akar kita di dalam Dia, sehingga mendapatkan makanan rohani yang cukup dan bertumbuh dengan sehat. Caranya adalah senantiasa menyisihkan waktu untuk bersekutu dengan Tuhan melalui berdoa dan merenungkan firman-Nya. Orang beriman yang suka bersekutu dengan Tuhan dan merenungkan firman-Nya siang dan malam (Mzm. 1:2) akan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan tidak layu daunnya, dan apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mzm. 1:3).</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>b. Dibangun di atas Dia</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Berakar di dalam Kristus hendaknya dilanjutkan dengan dibangun di atas Dia (Kol. 2:7b). Bila berakar itu mengarah ke bawah permukaan tanah—sehingga pada umumnya tidak terlihat oleh orang lain, maka dibangun itu mengarah ke atas tanah—sehingga dapat dilihat dan dialami oleh orang-orang lain.</p>
<p style="text-align: justify;">Dibangun di atas Kristus artinya mau mewujudnyatakan iman kepada Tuhan Yesus ke dalam perbuatan yang nyata. Ia bukan hanya membiarkan Roh Kudus berdiam di dalam dirinya, tetapi juga mentaati Roh itu agar bekerja di dalam dan melalui dirinya (Ef. 5:18-21). Ia menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja (Yak. 1 :22). Dengan demikian imannya itu tidak kosong (Yak. 2:20) dan mati (Yak. 2:26), melainkan hidup dan dapat menjadi berkat bagi sesama. Dibangun di atas dasar Yesus Kristus (1Kor. 3:11) akan terlihat dalam kehidupan baru (2 Kor. 5:17) yang terwujud dalam pembaharuan budi (Rm. 12 :1-2), karakter yang diwarnai buah Roh Kudus (Gal. 5:22-23), dan melakukan perbuatan yang baik (Ef. 2:10).</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>c. Bertambah Teguh dalam Iman yang Telah Diajarkan-Nya</strong></p>
<p style="text-align: justify;">Berakar di dalam Kristus menghasilkan orang-orang Kristen yang bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan-Nya (Kol. 2:7c).</p>
<p style="text-align: justify;">Sebatang pohon yang terus-menerus berakar di dalam tanah membuat akarnya merambat semakin dalam dan luas di tanah, sehingga pohon itu akan semakin kokoh. Begitu juga orang percaya yang terusmenerus berakar dalam Kristus akan bertambah teguh di dalam Dia.</p>
<p style="text-align: justify;">Rasul Paulus menasihati orang-orang percaya di Kolose untuk bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepada mereka (Kol. 2:7c). Nasihat ini disampaikan Rasul Paulus agar mereka dapat menghadapi orang-orang yang hendak menawan mereka dengan filsafatnya yang kosong dan palsu—ajaran yang bersumber dari manusia dan roh dunia, ajaran yang bukan bersumber dari Kristus (Kol. 2:8).</p>
<p style="text-align: justify;">Seperti orang-orang percaya di Kolose, orang-orang percaya pada masa kini juga menghadapi tantangan yang tidak kalah besarnya. Itu sebabnya kita pun harus bertambah teguh dalam iman yang diajarkan Tuhan kepada kita melalui para nabi dan para rasul, sebagaimana tertulis dalam Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Orang-orang Kristen yang memiliki pemahaman yang mendalam akan firman Tuhan dan memelihara firman itu dalam kehidupannya akan mendapat kekuatan di dalam menghadapi berbagai tantangan, cobaan, dan penindasan. Hal ini dapat diibaratkan seperti pohon yang telah merambatkan akarnya jauh ke dalam tanah akan dapat bertahan menghadapi sinar mentari yang terik, air hujan yang deras, atau angin badai yang dahsyat.</p>
<p style="text-align: justify;"><strong>d. Hati Melimpah dengan Syukur </strong></p>
<p style="text-align: justify;">Hati yang melimpah dengan syukur adalah buah yang dihasilkan oleh orang-orang percaya yang hidup tetap di dalam Kristus. Hidup tetap di dalam Dia tidak saja membuat seorang Kristen semakin berakar di dalam Dia, namun juga bertumbuh, dan pada akhirnya berbuah di dalam Dia.</p>
<p style="text-align: justify;">Orang Kristen yang berakar dan bertumbuh di dalam Dia akan semakin mengenal Allah yang sedemikian besar mengasihinya (Yoh. 3:16) serta menghayati perbuatanperbuatan-Nya yang ajaib, sehingga ungkapan syukur terus-menerus mengalir ke luar dari dalam hatinya. Hati yang melimpah dengan syukur itu bukanlah hasil produksi atau rekayasa dari luar, melainkan buah yang timbul dari dalam diri orang tersebut.</p>
<p style="text-align: justify;">Orang Kristen yang hatinya melimpah dengan syukur akan nampak dalam kehidupannya yang senantiasa memuliakan Tuhan dan mempersembahkan yang terbaik kepada-Nya. Bukan lagi ego dirinya yang menjadi fokus dan tujuan hidupnya, tetapi dirinya sendiri yang dipersembahkannya sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah (Rm. 12:1). Dengan penuh sukacita dan sukarela ia mempersembahkan talenta, pikiran, tenaga, uang, dan waktunya untuk melayani Tuhan sebagai ungkapan syukur. Hati yang melimpah dengan syukur itu bukan hanya diwujudkan dalam pelayanan di dalam gereja, tetapi juga di tengah keluarga, tempat kerja, masyarakat, dan dunia.</p>
<p style="text-align: justify;">Marilah kita senantiasa mengingat dan menerapkan firman Tuhan dalam Kolose 2:6-7 ini : “<em>Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.</em>”</p>
<p style="text-align: center;"><em> Kehidupan Kristen tidak berhenti pada tahap percaya atau menerima Tuhan Yesus saja, namun harus dilanjutkan dengan hidup tetap di dalam Dia.</em></p>TRANSFORMED INSIDE OUT2023-08-18T12:10:28+07:002023-08-18T12:10:28+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/transformed-inside-outMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em> Ulat yang lama hilang, dan berubah bentuk menjadi kupu-kupu. Manusia yang lama hilang, dan berubah menjadi manusia baru </em></p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/transformed-inside-out" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em> Ulat yang lama hilang, dan berubah bentuk menjadi kupu-kupu. Manusia yang lama hilang, dan berubah menjadi manusia baru </em></p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/transformed-inside-out" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p> KESAKSIAN YANG HOLISTIK 2023-08-17T12:01:05+07:002023-08-17T12:01:05+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/kesaksian-yang-holistikMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>Kasih itu bukan sekedar kata-kata, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan nyata. </em></p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/kesaksian-yang-holistik" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>Kasih itu bukan sekedar kata-kata, melainkan harus diwujudkan dalam tindakan nyata. </em></p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/kesaksian-yang-holistik" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Seri Bina Prapentakosta Oleh Pdt. Santoni, M.Th | 22 Mei 2020 DOA ABRAHAM2023-08-13T11:49:05+07:002023-08-13T11:49:05+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/seri-bina-prapentakosta-oleh-pdt-santoni-m-th-22-mei-2020-doa-abrahamMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>“Demikianlah pada waktu Allah memusnahkan kotakota di Lembah Yordan dan menunggangbalikkan kota-kota kediaman Lot, maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggabalikkan itu” (Kejadian 19 : 29)</em></p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/seri-bina-prapentakosta-oleh-pdt-santoni-m-th-22-mei-2020-doa-abraham" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;"><em>“Demikianlah pada waktu Allah memusnahkan kotakota di Lembah Yordan dan menunggangbalikkan kota-kota kediaman Lot, maka Allah ingat kepada Abraham, lalu dikeluarkan-Nyalah Lot dari tengah-tengah tempat yang ditunggabalikkan itu” (Kejadian 19 : 29)</em></p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/seri-bina-prapentakosta-oleh-pdt-santoni-m-th-22-mei-2020-doa-abraham" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>KEPO EPS. 32023-08-09T20:35:54+07:002023-08-09T20:35:54+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/kepo-eps-3Monica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Halo Sobat KEPO!</p>
<p style="text-align: center;">Gereja sebagai rumah ibadah dan juga persekutuan Jemaat di dalamnya dengan rupa-rupa latar belakangnya. Perlu gak sih antar Jemaat saling mengenal??</p>
<p style="text-align: center;"><strong>KEPO episode 3 udah tayang! Only on Spotify KEPO 🎧</strong> https://open.spotify.com/episode/1DK5NyCEOPPKcWufA8DQ1j?si=0c2115b8aec64076</p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: center;">Halo Sobat KEPO!</p>
<p style="text-align: center;">Gereja sebagai rumah ibadah dan juga persekutuan Jemaat di dalamnya dengan rupa-rupa latar belakangnya. Perlu gak sih antar Jemaat saling mengenal??</p>
<p style="text-align: center;"><strong>KEPO episode 3 udah tayang! Only on Spotify KEPO 🎧</strong> https://open.spotify.com/episode/1DK5NyCEOPPKcWufA8DQ1j?si=0c2115b8aec64076</p>TUHAN ADALAH GEMBALA YANG BAIK (Yohanes 10:1-18, 27-30; Mazmur 23:1-6)2023-08-08T21:13:40+07:002023-08-08T21:13:40+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/tuhan-adalah-gembala-yang-baik-yohanes-10-1-18-27-30-mazmur-23-1-6Monica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Saat ini dunia, termasuk Indonesia, sedang dilanda pandemi Covid-19. Pandemi ini membuat banyak orang yang terpapar dan sakit, bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia. Selain itu pandemi juga membawa dampak sosial, ekonomi, dan psikologis.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/tuhan-adalah-gembala-yang-baik-yohanes-10-1-18-27-30-mazmur-23-1-6" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Saat ini dunia, termasuk Indonesia, sedang dilanda pandemi Covid-19. Pandemi ini membuat banyak orang yang terpapar dan sakit, bahkan tidak sedikit yang meninggal dunia. Selain itu pandemi juga membawa dampak sosial, ekonomi, dan psikologis.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/tuhan-adalah-gembala-yang-baik-yohanes-10-1-18-27-30-mazmur-23-1-6" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Menjalani Bisnis: Niat dan Tekad2022-09-21T13:50:12+07:002022-09-21T13:50:12+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/menjalani-bisnis-niat-dan-tekadMonica Horezkimonicahorezki143@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Bagaimana memulai dan menjalankan bisnis? Sepercik Anugerah akan mengangkat kisah seorang jemaat GKI Gading Serpong yang bergerak dalam dunia bisnis manufaktur pintu dan jendela UPVC dan distributor aksesori UPVC sebagai pilihan karirnya: Michael Ignatius Suryanto, 34 tahun, yang aktif melayani sebagai <em>worship leader</em> di Komisi Dewasa Muda.</p>
<p style="text-align: justify;">Sempat bekerja selama dua tahun setelah lulus kuliah dari bidang Teknik Sipil, Michael merintis bisnisnya dalam produksi pintu dan jendela, yang saat ini sudah berjalan selama sepuluh tahun. Walaupun dia mengakui, bahwa sebenarnya bisnisnya ini tidak terlalu sesuai dengan latar belakang kuliahnya, namun adanya arahan dari orang tuanya yang bergerak dalam bidang kontraktor, membuat Michael pun menekuni bidang ini.</p>
<p style="text-align: justify;">“Bermula dari membeli bahan baku dari orang lain, dengan dua orang tukang, dan mengambil tempat di ruko, kemudian semakin berkembang, sehingga dapat membeli tanah untuk dibuat pabrik, menambah mesin dan karyawan. Bahan baku serta material pun diimpor dari Cina, agar suplainya lebih terjamin dan harga lebih kompetitif. Setelah rutin mengimpor, pihak<em> supplier</em> meminta kami untuk memasarkan berbagai aksesori pintu dan jendela. Akhirnya sudah tiga tahun ini kami juga menjadi distributor untuk berbagai aksesori pintu dan jendela. Jadi jika pintu dan jendela dipasarkan kepada <em>end user</em> atau kontraktor, untuk aksesorinya dipasarkan kepada sesama pembuat pintu dan jendela juga.” Demikian Michael mengisahkan bisnis yang dijalankannya.</p>
<p style="text-align: justify;">Selama pandemi, Michael juga mengalami dampak dalam bidang bisnisnya. Berbagai proyek yang sedang berlangsung harus berhenti, sehingga dia sempat menghentikan semua kegiatan secara total selama satu bulan. Namun dengan berbagai strategi yang dilakukannya, dia pun bisa mempertahankan karyawannya, yang sekarang sudah berjumlah belasan dalam bidang manufaktur, dan lima orang dalam bidang distributor aksesori.</p>
<p style="text-align: justify;">“Ingin menjadi pebisnis yang takut akan Tuhan!” demikian yang dia katakan, ketika redaksi menanyakan apa tujuan Michael menjalankan bisnisnya, “Sukses itu adalah ketika saya bisa mengikuti rencana Tuhan dalam bisnis ini, karena saya tahu panggilan Tuhan pada saya adalah di dalam bisnis.”</p>
<p style="text-align: justify;">Dan ketika redaksi menanyakan apa sarannya untuk para pembaca yang berencana atau sedang merintis bisnis, Michael berkata, “Niat, tekad dan nekat, juga harus fokus! Untuk mengawali bisnis harus nekat, karena banyak yang takut untuk memulai bisnis. Kita harus berani, dan pastinya setelah itu, harus fokus, dan belajar sambil menjalaninya!” Tentu juga harus berdoa dan mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah dan keputusan yang diambil. </p>
<p style="text-align: justify;"><em> Berdasarkan wawancara pada tanggal 27 Juni 2022.</em></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org/" alt=""></p><p style="text-align: justify;">Bagaimana memulai dan menjalankan bisnis? Sepercik Anugerah akan mengangkat kisah seorang jemaat GKI Gading Serpong yang bergerak dalam dunia bisnis manufaktur pintu dan jendela UPVC dan distributor aksesori UPVC sebagai pilihan karirnya: Michael Ignatius Suryanto, 34 tahun, yang aktif melayani sebagai <em>worship leader</em> di Komisi Dewasa Muda.</p>
<p style="text-align: justify;">Sempat bekerja selama dua tahun setelah lulus kuliah dari bidang Teknik Sipil, Michael merintis bisnisnya dalam produksi pintu dan jendela, yang saat ini sudah berjalan selama sepuluh tahun. Walaupun dia mengakui, bahwa sebenarnya bisnisnya ini tidak terlalu sesuai dengan latar belakang kuliahnya, namun adanya arahan dari orang tuanya yang bergerak dalam bidang kontraktor, membuat Michael pun menekuni bidang ini.</p>
<p style="text-align: justify;">“Bermula dari membeli bahan baku dari orang lain, dengan dua orang tukang, dan mengambil tempat di ruko, kemudian semakin berkembang, sehingga dapat membeli tanah untuk dibuat pabrik, menambah mesin dan karyawan. Bahan baku serta material pun diimpor dari Cina, agar suplainya lebih terjamin dan harga lebih kompetitif. Setelah rutin mengimpor, pihak<em> supplier</em> meminta kami untuk memasarkan berbagai aksesori pintu dan jendela. Akhirnya sudah tiga tahun ini kami juga menjadi distributor untuk berbagai aksesori pintu dan jendela. Jadi jika pintu dan jendela dipasarkan kepada <em>end user</em> atau kontraktor, untuk aksesorinya dipasarkan kepada sesama pembuat pintu dan jendela juga.” Demikian Michael mengisahkan bisnis yang dijalankannya.</p>
<p style="text-align: justify;">Selama pandemi, Michael juga mengalami dampak dalam bidang bisnisnya. Berbagai proyek yang sedang berlangsung harus berhenti, sehingga dia sempat menghentikan semua kegiatan secara total selama satu bulan. Namun dengan berbagai strategi yang dilakukannya, dia pun bisa mempertahankan karyawannya, yang sekarang sudah berjumlah belasan dalam bidang manufaktur, dan lima orang dalam bidang distributor aksesori.</p>
<p style="text-align: justify;">“Ingin menjadi pebisnis yang takut akan Tuhan!” demikian yang dia katakan, ketika redaksi menanyakan apa tujuan Michael menjalankan bisnisnya, “Sukses itu adalah ketika saya bisa mengikuti rencana Tuhan dalam bisnis ini, karena saya tahu panggilan Tuhan pada saya adalah di dalam bisnis.”</p>
<p style="text-align: justify;">Dan ketika redaksi menanyakan apa sarannya untuk para pembaca yang berencana atau sedang merintis bisnis, Michael berkata, “Niat, tekad dan nekat, juga harus fokus! Untuk mengawali bisnis harus nekat, karena banyak yang takut untuk memulai bisnis. Kita harus berani, dan pastinya setelah itu, harus fokus, dan belajar sambil menjalaninya!” Tentu juga harus berdoa dan mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah dan keputusan yang diambil. </p>
<p style="text-align: justify;"><em> Berdasarkan wawancara pada tanggal 27 Juni 2022.</em></p>Iman dan Ketulusan: Jejak Hidup Edward Purba2019-07-12T10:13:34+07:002019-07-12T10:13:34+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/iman-dan-ketulusan-jejak-hidup-edward-purbaWeb Masterwebmaster@gkigadingserpong.org<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/banners/e-book/Iman-dan-Ketulusan-Jejak-Hidup-Edward-Purba.jpg" alt="Iman dan Ketulusan: Jejak Hidup Edward Purba"></p><p>Kesaksian adalah jejak hidup yang tak akan lekang oleh waktu, apa yang kita lakukan akan senantiasa dikenang oleh orang-orang di sekitar kita. Buku ini mengisahkan sepenggal perjalanan hidup Edward Purba saat menghadapi sakitnya.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/iman-dan-ketulusan-jejak-hidup-edward-purba" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/banners/e-book/Iman-dan-Ketulusan-Jejak-Hidup-Edward-Purba.jpg" alt="Iman dan Ketulusan: Jejak Hidup Edward Purba"></p><p>Kesaksian adalah jejak hidup yang tak akan lekang oleh waktu, apa yang kita lakukan akan senantiasa dikenang oleh orang-orang di sekitar kita. Buku ini mengisahkan sepenggal perjalanan hidup Edward Purba saat menghadapi sakitnya.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/iman-dan-ketulusan-jejak-hidup-edward-purba" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Sudah Saatnya2019-07-08T22:22:55+07:002019-07-08T22:22:55+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/sudah-saatnya-2Lydia Kurniawatilydia.kurniawati@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190708SudahSaatnya.jpg" alt=""></p><p> </p>
<p>SUDAH SAATNYA<br />Oleh : Poppie Larasati Adisurja</p>
<p>Pagi ini aku bangun dengan semangat<br /><em>Sudah saatnya</em> aku datang pada-Nya<br />Sudah duabelas tahun lamanya aku menderita sakit pendarahan<br /><em>Sudah saatnya</em> aku dibebaskan</p>
<p>Penyakit laknat ini membuat tubuhku lemah<br /><em>Sudah saatnya</em> aku bangkit<br />Aku mendengar kabar kedatangan-Nya<br /><em>Sudah saatnya</em> aku menghadap pada-Nya</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/sudah-saatnya-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20190708SudahSaatnya.jpg" alt=""></p><p> </p>
<p>SUDAH SAATNYA<br />Oleh : Poppie Larasati Adisurja</p>
<p>Pagi ini aku bangun dengan semangat<br /><em>Sudah saatnya</em> aku datang pada-Nya<br />Sudah duabelas tahun lamanya aku menderita sakit pendarahan<br /><em>Sudah saatnya</em> aku dibebaskan</p>
<p>Penyakit laknat ini membuat tubuhku lemah<br /><em>Sudah saatnya</em> aku bangkit<br />Aku mendengar kabar kedatangan-Nya<br /><em>Sudah saatnya</em> aku menghadap pada-Nya</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/sudah-saatnya-2" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Suara Pagi2015-11-30T11:46:39+07:002015-11-30T11:46:39+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/suara-pagiLydia Kurniawatilydia.kurniawati@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20151130SuaraPagi.jpg" alt="Suara Pagi"></p><p style="text-align: center;">Suara Pagi<br />(Tjhia Yen Nie)<br /><br />Suara pagi<br />Irama nafas beriring jam berdetak di dinding<br />Burung bercicit sahut-sahutan berseri<br />Perlahan diriku mengerjap terkesiap sang mentari<br />Geliat kehidupan mulai menyapa di hati<br />Suara sepi<br />Suara hati<br />Suara pagi<br />Penuh syukur atas detak detik yang Kauberi</p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20151130SuaraPagi.jpg" alt="Suara Pagi"></p><p style="text-align: center;">Suara Pagi<br />(Tjhia Yen Nie)<br /><br />Suara pagi<br />Irama nafas beriring jam berdetak di dinding<br />Burung bercicit sahut-sahutan berseri<br />Perlahan diriku mengerjap terkesiap sang mentari<br />Geliat kehidupan mulai menyapa di hati<br />Suara sepi<br />Suara hati<br />Suara pagi<br />Penuh syukur atas detak detik yang Kauberi</p>Bisikan2015-12-14T10:05:56+07:002015-12-14T10:05:56+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/bisikanLydia Kurniawatilydia.kurniawati@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20151214Bisikan.jpg" alt="Bisikan"></p><p>[ puisi oleh Tjhia Yen Nie ]</p>
<h3 style="font-size: 14px; text-align: center;">BISIKAN</h3>
<p style="text-align: center;">Ya Allahku,<br />aku membisikkan nama-Mu<br />ketika menyebut nama-Mu menjadi suatu batasan,<br />aku kehabisan kata,<br /><br />kubisikkan nama-Mu melalui daun pepohonan yang bergoyang,<br />kicau burung bersahutan,<br />gemerisik air mengalir, <br /><br />alam semesta menggemakan bisikan nama-Mu <br />……………………………………… <br />sampai nun jauh di sana</p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20151214Bisikan.jpg" alt="Bisikan"></p><p>[ puisi oleh Tjhia Yen Nie ]</p>
<h3 style="font-size: 14px; text-align: center;">BISIKAN</h3>
<p style="text-align: center;">Ya Allahku,<br />aku membisikkan nama-Mu<br />ketika menyebut nama-Mu menjadi suatu batasan,<br />aku kehabisan kata,<br /><br />kubisikkan nama-Mu melalui daun pepohonan yang bergoyang,<br />kicau burung bersahutan,<br />gemerisik air mengalir, <br /><br />alam semesta menggemakan bisikan nama-Mu <br />……………………………………… <br />sampai nun jauh di sana</p>Kabar Gembira2015-12-21T18:06:26+07:002015-12-21T18:06:26+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/kabar-gembiraLydia Kurniawatilydia.kurniawati@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20151221KabarGembira.jpg" alt="Kabar Gembira"></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20151221KabarGembira.jpg" alt="Kabar Gembira"></p>Rintik Hujan di Awal Desember2016-12-26T22:53:30+07:002016-12-26T22:53:30+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/rintik-hujan-di-awal-desemberLydia Kurniawatilydia.kurniawati@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20161226RintikHujan-2.jpg" alt="Rintik Hujan di Awal Desember"></p><div class="text-justify">
<p>[ Penulis: Tjhia Yen Nie ]</p>
<p>Slamat, Slamat datang...Yesus, Tuhanku..</p>
<p>Lagu ini dinyanyikan dengan lilin kecil di tangan, sambil berjalan menuju pintu rumah yang kami kunjungi, pada acara Christmas Carol GKI Gading Serpong, di awal Desember ini. Tuan rumah dengan tersenyum menyambut kehadiran kami dan ikut menyanyi. Rintik hujan yang mengiringi kami menambah sendu suasana awal natal yang penuh damai.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/rintik-hujan-di-awal-desember" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20161226RintikHujan-2.jpg" alt="Rintik Hujan di Awal Desember"></p><div class="text-justify">
<p>[ Penulis: Tjhia Yen Nie ]</p>
<p>Slamat, Slamat datang...Yesus, Tuhanku..</p>
<p>Lagu ini dinyanyikan dengan lilin kecil di tangan, sambil berjalan menuju pintu rumah yang kami kunjungi, pada acara Christmas Carol GKI Gading Serpong, di awal Desember ini. Tuan rumah dengan tersenyum menyambut kehadiran kami dan ikut menyanyi. Rintik hujan yang mengiringi kami menambah sendu suasana awal natal yang penuh damai.</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/rintik-hujan-di-awal-desember" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Aku Mencari2016-06-18T09:35:39+07:002016-06-18T09:35:39+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/aku-mencariLydia Kurniawatilydia.kurniawati@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20160618AkuMencari.jpg" alt="Aku Mencari"></p><p>[ Puisi oleh Leonita Easter Patricia ]</p>
<p style="text-align: justify;">Yang terbaik Tuhan...<br />Mungkin aku mencarinya di sana <br />Aku berlari kemari, mencari Tuhan…<br />Mungkin aku tidak tahu apa yang ku ingini</p>
<p style="text-align: justify;">Aku mengira uang membuatku terhibur<br />Aku mengira keramaian akan membuatku tidak sepi<br />Mungkin tempat tinggalku seperti alam kubur<br />Karena aku tidak tahu apa yang aku ingini</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/aku-mencari" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20160618AkuMencari.jpg" alt="Aku Mencari"></p><p>[ Puisi oleh Leonita Easter Patricia ]</p>
<p style="text-align: justify;">Yang terbaik Tuhan...<br />Mungkin aku mencarinya di sana <br />Aku berlari kemari, mencari Tuhan…<br />Mungkin aku tidak tahu apa yang ku ingini</p>
<p style="text-align: justify;">Aku mengira uang membuatku terhibur<br />Aku mengira keramaian akan membuatku tidak sepi<br />Mungkin tempat tinggalku seperti alam kubur<br />Karena aku tidak tahu apa yang aku ingini</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/aku-mencari" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Siapakah Tuhanku?2016-05-11T11:54:45+07:002016-05-11T11:54:45+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/siapakah-tuhankuLydia Kurniawatilydia.kurniawati@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20160511Puisi.jpg" alt="Siapakah Tuhanku?"></p>
<p style="text-align: center;">Siapakah Tuhanku?<br />Dia adalah pencipta langit dan bumi <br />Hari menceritakan perbuatan tanganNya</p>
<p style="text-align: center;">Siapakah Tuhanku?<br />Dia adalah Allah penciptaku <br />Allah yang memelihara kami</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/siapakah-tuhanku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/20160511Puisi.jpg" alt="Siapakah Tuhanku?"></p>
<p style="text-align: center;">Siapakah Tuhanku?<br />Dia adalah pencipta langit dan bumi <br />Hari menceritakan perbuatan tanganNya</p>
<p style="text-align: center;">Siapakah Tuhanku?<br />Dia adalah Allah penciptaku <br />Allah yang memelihara kami</p>
<p class="feed-readmore"><a target="_blank" href="https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/siapakah-tuhanku" rel="noopener">Selengkapnya...</a></p>Ketika Aku Menjauh Dari-Mu2015-11-12T09:51:47+07:002015-11-12T09:51:47+07:00https://mail.gkigadingserpong.org/artikel/humaniora/ketika-aku-menjauh-dari-muLydia Kurniawatilydia.kurniawati@gmail.com<p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/KetikaMenjauhdariMu.jpg" alt="Credit Image: imagoDeus"></p><p style="text-align: center;">KETIKA AKU MENJAUH DARI-MU<br />(Leonita Easter Patricia)<br /><br /><br />Jiwaku kering kerontang <br />Ketika aku menjauh dariMu <br />Laksana gurun pasir dahaga <br />Demikianlah jiwaku tandus merindu <br /><br />Hai alam semesta raya <br />Ketika kusesak kau meredup, menggelap? <br />T’lah kutarik larik demi larik susahku <br />Mengapakah perahuku kian jauh dari tepian? <br /><br />Sendiri di makan sunyi <br />Akankah Kautemukan aku? <br />Jauhkan aku dari geram serigala <br />Ketika kuhilang dari kerumunan <br /><br />Temukan aku Tuhan... <br />Ketika aku menjauh dariMu <br />Aku takut akan mati...</p><p><img src="https://mail.gkigadingserpong.org//images/bidang/berita/KetikaMenjauhdariMu.jpg" alt="Credit Image: imagoDeus"></p><p style="text-align: center;">KETIKA AKU MENJAUH DARI-MU<br />(Leonita Easter Patricia)<br /><br /><br />Jiwaku kering kerontang <br />Ketika aku menjauh dariMu <br />Laksana gurun pasir dahaga <br />Demikianlah jiwaku tandus merindu <br /><br />Hai alam semesta raya <br />Ketika kusesak kau meredup, menggelap? <br />T’lah kutarik larik demi larik susahku <br />Mengapakah perahuku kian jauh dari tepian? <br /><br />Sendiri di makan sunyi <br />Akankah Kautemukan aku? <br />Jauhkan aku dari geram serigala <br />Ketika kuhilang dari kerumunan <br /><br />Temukan aku Tuhan... <br />Ketika aku menjauh dariMu <br />Aku takut akan mati...</p>